Rabu, 27 November 2013

Oseng-oseng Buncis Labu Siam

Sayur sederhana..menu sayur untuk makan siang, tapi nggak apalah..hitung-hitung meramaikan postingan..
Seperti judulnya, bahan dasarnya ya..labu siam dan buncis.

Langsung ke resep ya..

Bahan:
2 buah labu siam, potong korek api
Buncis secukupnya (lupa komposisinya berapa), potong serong
1 buah tomat, potong 8 bagian
3 butir bawang merah, iris tipis
1 butir bawang putih, iris tipis melintang
Garam secukupnya
Gula secukupnya
Penyedap rasa secukupnya (saya pake yang non MSG)

Cara membuat:
1. Tumis bawang putih dan bawang merah hingga kecoklatan.
2. Masukkan sayuran dan potongan tomat, tumis hingga layu
3. Tambahkan air secukupnya.
4. Masukkan garam, gula dan penyedap rasa
5. Masak kembali hingga matang.
6. Angkat dan sajikan


Cara membuat

Senin, 25 November 2013

Waduh, pertanyaannya koq banyak banget?

Di usia pra sekolah, anak memasuki fase bertanya (questioning age). Tak heran bila dari mulut mungilnya akan terlontar banyak pertanyaan.

Bukan cuma banyak, pertanyaannya biasanya sulit, kritis dan tak pernah ada habisnya. Ini adalah tahapan perkembangan yang akan dilalui semua anak pra sekolah. Artinya, setiap orang tua harus siap meladeni rentetan pertanyaan anak.

Keinginan untuk terus bertanya ini seiring dengan perkembangan kognitif anak. Di usia ini, kemempuan anak untuk memahami sesuatu semakin baik karena perkembangan otaknya sudah semakin kompleks. Ini pula yang merangsang perkembangan pusat bicara anak.

Anak pada usia ini akan menanyakan segala sesuatu yang berada di hadapannya, baik itu hal-hal yang baru atau hal yang sudah dikenalnya. Dia juga tak mau tahu, apakah orang tua yang ditanya tahu/mengerti atau tidak, sedang malas menjawab, capek dan sebaginya. Hal ini karena perkembangan sosial emosi anak berada dalam tahap egosentris. Akibatnya, anak tidak mau tahu dengan kondisi orang lain.

Anak juga belum mampu memahami etika bertanya, kapan harus bertanya dan kapan harus menahan diri.

Dalam kaitannya dengan hal ini, berikut ada beberapa panduan bagi orang tua dalam meladeni pertanyaan si kecil:

Hindari memberikan jawaban asal-asalan/mengada-ada hanya agar anak cepat selesai dan berhenti bertanya

Jawaban yang mengada-ada akan membuat anak semakin penasaran, sehingga ia akan terus memburu dengan pertanyaan lanjutan. Akibatnya, orang tua  boleh jadi akan kelimpungan atau bahkan harus menyiapkan jawaban mengada-ada lainnya.

Bahkan, ada kemungkinan anak berhenti bertanya pada hari itu, tapi esok harinya ketika materi tersebut kembali diingatnya, anak dapat melontarkan pertanyaan yang sama. Kebohongan demi kebohongan pun terpaksa dilakukan orangtua. Secara tidak langsung kita mengajarkan anak berbohong.

Lebih repot lagi jika jawaban yang salah ini menjadi acuan anak.

Berikan jawaban faktual

Idealnya, jawaban yang diberikan atas pertanyaan anak adalah yang faktual alias berdasarkan fakta yang ada.

Bersikap jujur

Bila orangtua benar-benar tidak tahu jawaban yang bersifat faktual, sebaiknya jujur dengan mengatakan, saat ini orangtua tidak mengetahui jawabannya.

Menunda jawaban

Boleh juga orang tua menunda jawaban. Setelah orangtua mendapatkan informasi yang tepat dan akurat, barulah jawaban diberikan.

Perilaku menunda jawaban juga dapat dilaksanakan ketika orang tua merasa keget dan tidak siap memberikan jawabannya. Ini kerap terjadi pada pertanyaan yang berbau "sex education".

Bersama-sama mencri jawabannya

Selain menunda jawaban, untuk menyiasati jawaban pertanyaan anak yang sulit, juga bisa dilakukan dengan mengajak anak bersama-sama mencari jawabannya. Entah lewat ensiklopedia, berkunjung ke perpustakaan atau surfing di dunia maya.

Kegiatan ini sekaligus menumbuhkan rasa ingin tahu, menciptakan kebiasaan yang baik dengan mencari jawaban sendiri, serta menjalin kedekatan antara orangtua dan anak.

Jangan jadikan tameng

Penting diingat, perilaku menunda jawaban sebaiknya tidak menjadi "tameng pelindung" bagi orang tua setiap kali anak bertanya. Karena malas menjawab, orang tua dengan entengnya berkata, "Jawabannya nanti saja yah" atau "Maaf, Mama tidak tahu jawabannya". Padahal orang tua tahu dan memiliki kesempatan untuk menjawab. 

Jika itu terjadi, bisa-bisa anak kehilangan kepercayaan karena orangtuanya tidak tahu apa-apa. Anak pun jadi malas bertanya lagi.

Semoga bermanfaat!


sumber :tabloid Nakita 




  

Minggu, 24 November 2013

Jangan biarkan Ramadhan-mu berlalu sia-sia

Bulan Ramadhan sebentar lagi datang menghampiri. Alangkah meruginya kita jika terluput dari keutamaan bulan suci ini..
Alangkah meruginya kita jika melewati bulan ini dengan hanya sekedar menahan haus dan lapar saja..
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam 

رَبَّ صَائِمِ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

"Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut melainkan hanya rasa lapar dan dahaga " (H,R. Ahmad)



Tentu kita tidak menginginkannya bukan?


Terutama kita sebagai seorang muslimah yang kerap melakukan sesuatu yang tanpa kita sadari dapat menodai pahala ibadah kita di bulan yang penuh berkah ini.
Kenapa muslimah? Jawabannya karena saya seorang muslimah..ingin berbagi dengan saudaraku sesama muslimah walaupun sangat mungkin saudara-saudara muslim lainnya kerap melakukan kesalahan-kesalahan serupa.

Yuk, kita tengok, kebiasaan-kebiasaan di bulan Ramadhan yang kiranya dapat melalaikan kita di bulan suci ini bahkan sampai mengurangi pahala ibadah kita. Wal 'iyadzubillah

1. Berdusta

مَنْ لَمْ يَدْعُ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدََعَ طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ

"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan" (H.R.Bukhari)

Ibnu Hajar mengatakan, "Perbuatan yang disebutkan dalam hadits ini, itulah yang menguarangi pahala puasa seseorang". Al Baidhowi mengatakan , ibadah puasa bukanlah hanya menahan diri dari lapar dan dahaga. Bahkan seseorang yang menjalankan puasa hendaklah mengekang berbagai syahwat, mengajak jiwa kepada kebaikan. Jika tidak demikian, sungguh Allah tidak akan melihat amalannya, dalam artian tidak akan menerimanya (Fathul Baari)

2. Ghibah (bergosip/bergunjing) 

Sudah menjadi rahasia umum kalau kebiasaan yang satu ini kerap menjadi kegiatan rutin jika ibu-ibu berkumpul (tapi nggak semuanya loh). Nggak sreg rasanya klo nggak menceritakan orang lain..Tidak terkecuali pada bulan suci ini.
Bahkan, salah satu godaan terbesar, manghabiskan waktu menonton hal-hal yang sia-sia. Salah satu acara yang menjadi favirit yakni tayangan infotainment yang notabene banyak berisi gosip para selebritis.

Tidakkah kita pernah membaca firman Allah :

وَلاَ يغتبَْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ وَاتَّقُوْا اللهَ إِنَّ اللهَ تَوَّابٌ رَحِيْمٌ
Dan janganlah sebagian kalian mengghibahi sebagian yang lain. Sukakah salah seorang dari kalian memakan daging bangkai saudaranya yang telah mati, pasti kalian membencinya. Maka bertaqwalah kalian kepada Allah, sungguh Allah Maha Menerima taubat dan Maha Pengasih. (Al Hujurat 12)


Begitu pula sabda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ  tأَنَّ رَسُوْلَ اللهِr  قَالَ : أَتَدْرُوْنَ مَا الْغِيْبَةُ ؟ قَالُوْا : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ : ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ، فَقِيْلَ : أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِيْ أَخِيْ مَا أَقُوْلُ ؟ قَالَ : إِنْ كَانَ فِيْهِ مِا تَقُوْلُ فَقَدِ اْغْتَبْتَهُ, وَ إِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ مِا تَقُوْلُ فَقَدْ بَهَتَّهُ

Dari Abu Huroiroh RA bahwsanya Rosulullah SAW bersabda : Tahukah kalian apakah ghibah itu? Sahabat menjawab : Allah dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui. Nabi SAW berkata : “Yaitu engkau menyebutkan sesuatu yang tidak disukai oleh saudaramu”, Nabi SAW ditanya : Bagaimanakah pendapatmu jika itu memang benar ada padanya ? Nabi SAW menjawab : “Kalau memang sebenarnya begitu berarti engkau telah mengghibahinya, tetapi jika apa yang kau sebutkan tidak benar maka berarti engkau telah berdusta atasnya” (H.R. Muslim)

dalam hadits yang lain

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَة أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ  قَالَ : كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ، دَمُهُ وَعِرْضُهُ وَمَالُهُ
Dari Abu Huroiroh RA bahwasanya Rosulullah SAW bersabda : Semua muslim terhadap muslim yang lain adalah harom, yaitu darahnya, kehormatannya, dan hartanya. (Muslim)

Orang yang mengghibah berati dia telah mengganggu kehormatan saudaranya, karena yang dimaksud dengan kehormatan adalah sesuatu yang ada pada manusia yang bisa dipuji dan dicela.

3. Lalai dari shalat 5 waktu

Hal yang sungguh memprihatinkan, sampai saat ini masih sangat banyak saudara-saudara seiman yang kurang memperhatikan masalah shalatnya, terutama shalat 5 waktu. Mereka sangat takut kehilangan 1 hari puasa Ramadhannya namun sangat mudahnya mereka kehilangan satu waktu dari shalat 5 waktunya. Seakan-akan mereka berpendapat bahwa puasa Ramadhan jauh lebih wajib dibandingkan shalat 5 waktu.
Sama-sama kita mengetahui bahwa kedua ibadah ini merupakan kewajiban kita sebagai muslim karena termasuk dari 5 rukun islam. Namun, tahukah kita bahwa amalan shalat merupakan amalan yang paling pertama dihisab oleh Allah??!!.

Sebagaimana hadits berikut:

Dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu- dia berkata: Nabi -alaihishshalatu wassalam- bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمْ الصَّلَاةُ قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلَائِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِي صَلَاةِ عَبْدِي أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِي فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ الْأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ

“Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari kiamat adalah shalatnya. Rabb kita Jalla wa ‘Azza berfirman kepada para malaikat-Nya -padahal Dia lebih mengetahui-, “Periksalah shalat hamba-Ku, sempurnakah atau justru kurang?” Sekiranya sempurna, maka akan dituliskan baginya dengan sempurna, dan jika terdapat kekurangan maka Allah berfirman, “Periksalah lagi, apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat sunnah?” Jikalau terdapat shalat sunnahnya, Allah berfirman, “Sempurnakanlah kekurangan yang ada pada shalat wajib hamba-Ku itu dengan shalat sunnahnya.” Selanjutnya semua amal manusia akan dihisab dengan cara demikian.” (HR. Abu Daud no. 964, At-Tirmizi no. 413, An-Nasai no. 461-463, dan Ibnu Majah no. 1425. Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 2571) 

Bahkan, terlihat pada bulan ini banyak dari kaum muslim sangat memperhatikan ibadah Tarawih mereka dibanding shalat 5 waktunya.. seakan-akan shalat Tarawih lebih wajib dibanding shalat 5 waktu..
Kita menyadari akan keutamaan shalat pada malam bulan Ramadhan namun tetaplah kita menjaga shalat 5 waktu kita.
Renungkanlah!!
 

4. Memperbanyak tidur

Adalah sebuah fenomena menghabiskan waktu di bulan Ramadhan untuk memperbanyak tidur. Sehingga lalai dari ibadah-ibadah yang seharusnya mengisi hari-hari kita.
Bahkan, yang lebih menyedihkan terkadang ada yang sampai lalai dari mengerjakan shalat.. terutama shalat subuh..
Ada sebagian orang yang mempercepat sahur. Sehingga jeda antara sahur dan subuh masih sangat lama sehingga banyak yang menunggu waktu shalat dengan tidur..sehingga terkadang lalailah dia dari shalatnya. Ini merupakan  salah satu hikmah untuk disunnahkannya memperlambat sahur..

Penyebab lainnya karena banyak yang mnghabiskan malamnya dengan begadang, padahal hanya untuk perbuatan yang sia-sia.

Mungkin ini sedikit tips untuk memanage waktu tidur kita:

a.    Kita harus belajar mengendalikan makan. Lebih tertib dan teratur. Kalau di bulan Ramadhan pastikan pada saat berbuka bukan sebagai ajang balas dendam. Makanlah secukupnya pada saat berbuka. Bisa juga dilanjutkan makan setelah taraweh.


b.    Sebaiknya tidak merubah pola tidur di bulan Ramadhan dan bulan-bulan lainnya. Jika pola tidur terbaik adalah di bulan Ramadhan yaitu dengan mengurangi jumlah jam tidur dan banyak menghidupkan malam. Maka dibulan selain bulan Ramadhan seharusnya sama.


c.    Menanamkan semangat yang tinggi, misalnya dengan selalu mengingat keutamaan-keutamaan Ramadhan terutama dalam menghidupkan malam-malamnya. Pahala yang berlipat ganda. Keridloan Allah dalam genggaman dll.


Berlebihan dalam tidur dapat menyebabkan bertambahnya rasa kantuk. Sedangkan kekurangan tidur dapat menyebabkan gelisah, tidak dapat beristirahat, dan pikiran kacau. Oleh karena itu, sebaik-baik perkara adalah yang tengah-tengah.

5. Memperbanyak permainan

Fenomena yang lain, ketika bulan suci mulai masuk, untuk menghabiskan hari-hari, menunggu waktu berbuka. Dikeluarkanlah  segala jenis permainan-permainan yang memang membuat kita lupa waktu sehingga tiba waktu berbuka. Yang paling sering saya jumpai, permainan dalam bentuk kartu aatau dadu-daduan
Tanpa kita menyadari bahwa waktu berlalu dengan terbuang percuma. Kalau kita mengisi waktu kita dengan membaca Al-Qur'an misalnya, sudah berapa ayat bahkan berapa juz yang kiranya sudah terlewati.
Duhai alangkah meruginya kita, kita memang tidak terjatuh ke dalam kemaksiatan namun sudah terjatuh kesia-siaan..

6. Terlalu sibuk dengan menu buka puasa 

Menyiapkan menu buka puasa memang menjadi salah satu perhatian besar bagi para ibu. Bahkan selalu ada menu-menu spesial yang jarang disajikan pada saat selain Ramadhan..
Hal ini pada dasarnya tidak salah, bahkan memiliki nilai tersendiri jika kita dapat memberi makan orang yang berpuasa.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam 

“Barangsiapa yang memberi makan buka puasa kepada orang yang berpuasa maka akan dituliskan untuknya pahala seperti pahalanya, hanya saja tidak dikurangi sedikit pun dari pahala orang yang berpuasa.” (HR. At-Tirmizi no. 807, An-Nasai dalam Al-Kubra: 2/256 dan Ibnu Majah no. 1746)

Yang kurang tepat jika sebagian besar waktu kita dihabiskan hanya untuk mempersiapkan buka puasa sehingga lalai dari ibadah-ibadah yang memiliki keutamaan yang besar, misal membaca Al-Qur'an.
Padahal, dengan makanan yang sederhana pun insya Allah tidak mengapa. Malah yang mesti diperhatikan adalah jenis makanan yang disunnahkan pada saat berbuka puasa yaitu kurma. Sunnah yang mulai ditinggalkan..

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٍ فَعَلَى ثَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ

“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berbuka dengan ruthab sebelum melaksanakan shalat (Maghrib), maka jika tidak ada ruthab (beliau berbuka) dengan tamr, jika tidak ada (tamr) maka beliau berbuka dengan meneguk air.” (Hadits hasan shahih, riwayat Abu Dawud dan lainnya, lihat Shahih Sunan Abi Dawud, 2/59 no. 2356 dan Al-Irwa, 4/45 no. 922)

Alangkah sedihnya jika berbagai macam menu makanan terhidang sedangkan sepotong kurmapun tak tampak di meja makan.


7. Berhias pada saat ke masjid


Pemandangan yang lazim pada saat bulan Ramadhan, terutama di awal Ramadhan, subhanallah..  masjid-masjid penuh dengan jama'ah baik dari kalangan laki-laki dan wanita. Hal yang mungkin sangat aneh jika dijumpai di luar bulan Ramadhan..sangat menyedihkan memang..namun bukan saatnya untuk membahas hal ini..
Terkhusus dengan kaum wanita, berlomba-lomba keluar dari rumahnya untuk melaksanakan shalat jama'ah di masjid, walaupun sebenarnya jauh lebih afdhal  melaksanakannya di rumah kita masing-masing sebagaimana sabda Rasulullah :


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah bersabda kepada para wanita: “Shalatnya salah seorang di makhda’-nya (kamar khusus yang digunakan untuk menyimpan barang berharga) lebih utama daripada shalatnya di kamarnya. Dan shalatnya di kamar lebih utama daripada shalatnya di rumahnya. Dan shalatnya di rumahnya lebih utama daripada shalatnya di masjid kaumnya. Dan shalatnya di masjid kaumnya lebih utama daripada shalatnya bersamaku.” (HR. Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahih keduanya. Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Jilbab Al-Mar’ah Al-Muslimah, hal. 155)


Hal yang menyedihkan dikarenakan para  wanita keluar dari rumah mereka dalam keadaan "bersolek". Bahkan kelihatan para remaja putri yang memperlihatkan aurat-aurat mereka dilengkapi dengan dandanan serta aroma minyak wangi nan semerbak yang cukup untuk membuat para pemuda bersegera "menggoda" mereka. Tidak jarang pula masjid dijadikan tempat "pacaran" oleh sebagian muda mudi. Wal 'iyadzu billah..


Islam sebenarnya tidak melarang kaum wanita untuk shalat berjama'ah di masjid.
Dari Ibnu umar, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam  bersabda :


لاَ تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ وَبُيُوتُهُنَّ خَيْرٌ لَهُنَّ


“Janganlah kalian melarang istri-istri kalian untuk ke masjid, namun shalat di rumah mereka (para wanita) tentu lebih baik.” (HR. Abu Daud. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Namun dengan syarat-syarat sebagai berikut:


Pertama, minta izin kepada suami atau mahrom terlebih dahulu dan hendaklah suami tidak melarangnya.
Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِذَا اسْتَأْذَنَكُمْ نِسَاؤُكُمْ إِلَى الْمَسَاجِدِ فَأْذَنُوا لَهُنَّ


“Jika istri kalian meminta izin pada kalian untuk ke masjid, maka izinkanlah mereka.” (HR. Muslim).
An Nawawi membawakan hadits ini dalam Bab “Keluarnya wanita ke masjid, jika tidak menimbulkan fitnah dan selama tidak menggunakan harum-haruman.”
Bahkan tidak boleh seseorang menghalangi wanita atau istrinya ke masjid sebagaimana dapat dilihat dalam kisah berikut. Lihatlah kisah Bilal bin Abdullah bin ‘Umar dengan ayahnya berikut.
Dalam Shohih Muslim no. 442 dari jalan Salim bin Abdullah bin Umar bahwasanya Abdullah bin ‘Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,




لاَ تَمْنَعُوا نِسَاءَكُمُ الْمَسَاجِدَ إِذَا اسْتَأْذَنَّكُمْ إِلَيْهَا


Janganlah kalian menghalangi istri-istri kalian untuk ke masjid. Jika mereka meminta izin pada kalian maka izinkanlah dia.”
Kemudian Bilal bin Abdullah bin ‘Umar mengatakan,
وَاللَّهِ لَنَمْنَعُهُنَّ


“Demi Allah, sungguh kami akan menghalangi mereka.”
Lalu Abdullah bin ‘Umar mencaci Bilal dengan cacian yang keras yang aku belum pernah mendengar sama sekali cacian seperti itu dari beliau. Kemudian Ibnu Umar mengatakan, “Aku mengabarkan padamu hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu engkau katakan, ‘Demi Allah, kami akan mengahalangi mereka!!’
Kedua, tidak boleh menggunakan harum-haruman dan perhiasan yang dapat menimbulkan fitnah.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّمَا امْرَأَةٍ أَصَابَتْ بَخُورًا فَلاَ تَشْهَدْ مَعَنَا الْعِشَاءَ الآخِرَةَ


“Wanita mana saja yang memakai harum-haruman, maka janganlah dia menghadiri shalat Isya’ bersama kami.” (HR. Muslim)
Zainab -istri ‘Abdullah- mengatakan bahwa Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam mengatakan pada para wanita,
إِذَا شَهِدَتْ إِحْدَاكُنَّ الْمَسْجِدَ فَلاَ تَمَسَّ طِيبًا


"Jika salah seorang di antara kalian ingin mendatangi masjid, maka janganlah memakai harum-haruman.” (HR. Muslim)
Ketiga, jangan sampai terjadi ikhtilath (campur baur yang terlarang antara pria dan wanita) ketika masuk dan keluar dari masjid.
Dalilnya adalah hadits dari Ummu Salamah:
كان رسول الله صلى الله عليه و سلم إذا سلم قام النساء حين يقضي تسليمه ويمكث هو في مقامه يسيرا قبل أن يقوم . قال نرى – والله أعلم – أن ذلك كان لكي ينصرف النساء قبل أن يدركهن أحد من الرجال


“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salam dan ketika itu para wanita pun berdiri. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tetap berada di tempatnya beberapa saat sebelum dia berdiri. Kami menilai –wallahu a’lam- bahwa hal ini dilakukan agar wanita terlebih dahulu meninggalkan masjid supaya tidak berpapasan dengan kaum pria.” (HR. Bukhari)
Bertakwalah kepada Allah wahai para muslimah, sesungguhnya  segala aturan yang Allah tetapkan kepada kita adalah bentuk memuliakan kaum wanita


8. Lalai dari 10 malam terakhir
Adalah hal yang masyhur mengenai keutamaan 10 malam terakhir di bulan Ramadhan sehingga Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh beribadah pada malam ini
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ
.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim) 


Namun, apa realita yang terjadi sekarang??!!
Terutama kita kaum wanita, apa yang kita sibukkan pada 10 malam terakhir??
Masjid-masjid mulai kosong dari jama'ah, pasar-pasar penuh... Orang-orang sibuk berbelanja..memenuhi kebutuhan sandangnya untuk persiapan hari Raya. Sehingga sebagian malamnya bukannya dipenuhi dengan beribadah malah digunakan untuk berjalan dari mall satu ke mall lainnya.


Para ibu rumah tangga disibukkan di dapur untuk mempersiapkan kue-kue lebaran. Begadang, menghabiskan malam di dapur sehingga luput dari beribadah untuk meraih ampunan di sepuluh malam terakhir.


Padahal.. kesempurnaan Ramadhan tidaklah diukur dengan ada tidaknya pakaian baru yang akan kita kenakan di hari Raya..
Kesempurnaan Ramadhan tidaklah diukur dari ada tidaknya kue lebaran yang tersedia pada saat hari Raya..
Namun, kesempurnaan Ramadhan dapat kita peroleh jika kita memperoleh rahmat dan ampunan oleh Allah Rabbul 'Aalamiin.. dan itu diperoleh dengan memaksimalkan ibadah di bulan suci ini..
Semoga Allah mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan..
Semoga kita dapat meraih keutamaan di bulan yang penuh berkah ini..
Amin..amin.. yaa Rabbal 'Aalamiin..

sumber bacaan : http://www.percikaniman.org/detail_artikel.php?cPub=Hits&cID=552
http://nadiyyah.net/2009/07/shalat-jamaah-wanita/
sumber gambar :http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:lBGK1wy7oi2xUM::&t=1&usg=__VGUMdyrqSHNNa_vQqaz7aNiZ618=


Jumat, 22 November 2013

Benarkah ada amalan tertentu di bulan Rajab ?!! (bagian 2)

RajabMelanjutkan artikel sebelumnya mengenai amalan di bulan Rajab.. Yuk kita simak bersama lanjutan artikelny..


Kedua, Mengkhususkan Umrah di bulan Rajab
Diriwayatkan bahwa Ibn Umar pernah mengatakan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan umrah di bulan Rajab. Kemudian ucapan beliau ini diingkari A’isyah dan beliau diam saja. (HR. Al Bukhari & Muslim)

Umar bin Khatab dan beberapa sahabat lainnya menganjurkan umrah bulan Rajab. A’isyah dan Ibnu Umar juga melaksanakan umarah bulan Rajab. 

Ibnu Sirin menyatakan, bahwa para sahabat melakukan hal itu. Karena rangkaian haji dan umrah yang paling bagus adalah melaksanakan haji dalam satu perjalanan sendiri dan melaksanakan umrah dalam satu perjalanan yang lain, selain di bulan haji. (Al Bida’ Al Hauliyah, hal 119).
Dari penjelasan Ibn Rajab menunjukkan bahwa melakukan umrah di bulan Rajab hukumnya dianjurkan. Beliau berdalil dengan anjuran Umar bin Khatab untuk melakukan umrah di bulan Rajab. Dan dipraktekkan oleh A’isyah dan Ibnu Umar.

Diriwayatkan Al Baihaqi, dari Sa’id bin Al Musayib, bahwa A’isyah radliallahu ‘anha melakukan umrah di akhir bulan Dzulhijjah, berangkat dari Juhfah, beliau berumrah bulan Rajab berangkat dari Madinah, dan beliau memulai Madinah, namun beliau mulai mengikrarkan ihramnya dari Dzul Hulaifah. (HR. Al Baihaqi dengan sanad hasan) 

Namun ada sebagian ulama yang menganggap umrah di bulan Rajab tidak dianjurkan. Karena tidak ada dalil khusus terkait umrah bulan Rajab. Ibnu Atthar mengatakan: Diantara berita yang sampai kepadaku dari penduduk Mekah, banyaknya kunjungan di bulan Rajab. Kejadian ini termasuk masalah yang belum kami ketahui dalilnya. Bahkan terdapat hadis yang shahih bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Umrah di bulan Ramadhan nilainya seperti haji.” (HR. Al Bukhari) 

Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh mengatakan, bahwa para ulama mengingkari sikap mengkhususkan bulan Rajab untuk memperbanyak melaksanakan umrah. (Majmu’ Fatawa Syaikh Muhammad bin Ibrahim, 6/131)

Kesimpulan:
Pendapat yang lebih kuat dalam masalah ini, mengkhususkan umrah di bulan Rajab adalah perbuatan yang tidak ada landasannya dalam syariat. Karena tidak ada satupun dalil yang menunjukkan anjuran mengkhususkan bulan Rajab untuk pelaksanaan umrah. Disamping itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri tidak pernah melakukan umrah di bulan Rajab, sebagaimana disebutkan dalam hadis sebelumnya.
Andaikan ada keutamaan mengkhususkan umrah di bulan Rajab, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan memberi tahukan kepada umatnya. Sebagaimana beliau memberi tahu umatkan akan keutamaan umrah di bulan Ramadlan. Sedangkan riwayat dari Umar bahwa beliau menganjurkan umrah di bulan Rajab, yang benar sanadnya dipermasalahkan. 

Ketiga, Menyembelih hewan (Atirah)
Atirah adalah hewan yang disembelih di bulan Rajab untuk tujuan beribadah.
Ulama berselisih pendapat tentang hukum atirah. 

Pendapat pertama, athirah dianjurkan. Dalilnya adalah hadis dari Abdullah bin Amr bin Ash, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang ‘Athirah, kemudian beliau menjawab: “Athirah itu hak.” (HR. Ahmad, An Nasa’i dan As Suyuthi dalam Jami’us Shaghir)
Pendapat kedua, atirah tidak disyariatkan, namun tidak makruh. Dalilnya, hadis dari Abu Razin, Laqirh bin Amir Al Uqaili, beliau bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Kami menyembelih hewan di bulan Rajab di zaman Jahilliyah. Kami memakannya dan memberi makan tamu yang datang. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak masalah.” (HR. An Nasa’i, Ad Darimi, dan Ibn Hibban)
Pendapat ketiga, atirah hukumnya makruh. Berdasarkan hadis, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada Fara’a dan tidak ada Atirah.” (HR. Al Bukhari & Muslim)
Fara’a adalah anak pertama binatang, yang disembelih untuk berhala. 

Pendapat keempat, atirah hukumnya haram. Ini adalah pendapat yang dipilih Ibnul Qoyim dan Ibnul Mundzir. Ibnul Qoyim mengatakan: “Dulu masyarakat arab melakukan atirah di masa jahiliyah, kemudian mereka tetap melakukannya, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendukungnya. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya, melalui sabdanya: “Tidak ada fara’a dan tidak ada atirah.” akhirnya para sahabat meninggalkannya, karena adanya larangan beliau. Dan telah dipahami bersama, bahwa larangan itu hanya akan muncul, jika sebelumnya ada yang melakukannya. Sementara tidak kita jumpai adanya satupun ulama yang mengatakan: Dulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang atirah kemudian beliau membolehkannya kembali…” (Tahdzib Sunan Abu Daud, 4/92 – 93). InsyaaAllah, pendapat inilah yang lebih mendekati kebenaran.

Bid’ah-Bid’ah di Bulan Rajab
Bid’ah yang umumnya terjadi di bulan Rajab adalah mengkhususkan bulan ini untuk melakukan amal ibadah tertentu, seperti puasa shalat malam, shalat Raghaib, dan semacamnya. Mereka yang melakukan hal ini biasanya berdalil dengan hadis dhaif dan hadis palsu. Syaikhul Islam Ibn Taimiyah mengatakan: Mengkhususkan bulan Rajab…. untuk berpuasa dan i’tikaf, tidak terdapat riwayat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak pula dari para sahabatnya, dan tidak pula dari para ulama kaum muslimin masa silam. Sebaliknya, disebutkan dalam hadis yang shahih bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpusa Sya’ban. Dan beliau tidak berpuasa dalam satu tahun yang lebih banyak dari pada puasa beliau di bulan Sya’ban. (HR. Al Bukhari & Muslim).” (Majmu’ Fatawa, 25/ 290 – 291) 

Syaikhul Islam juga mengatakan: Sesungguhnya mengagungkan bulan Rajab (dengan memperbanyak amal) termasuk perbuatan bid’ah yang selayaknya dihindari. Demikian pula menjadikan bulan Rajab sebagai momen khusus untuk melaksanakan puasa, termasuk perbuatan makruh (dibenci), menurut Imam Ahmad dan beberapa ulama lainnya. (Iqtidha’ Shirathal Mustaqim, 2/624 – 625)
Secara khusus ada beberapa amalan bid’ah yang sering dilakukan di bulan Rajab, diantaranya adalah:

Pertama, Shalat Raghaib
Bid’ah ini berdasarkan satu hadis palsu yang panjang, menceritakan tentang tata cara shalat Raghaib, do’a-do’anya, dan janji pahala yang akan diperoleh bagi setiap orang yang melaksanakannya dengan sempurna. Para ulama telah sepakat bahwa hadis tentang shalat Raghaib adalah hadis palsu. As Syaukani mengatakan: “Para ulama pakar hadis telah sepakat bahwa hadis tentang shalat Raghaib adalah hadis palsu.” (Al Fawaid Al Majmu’ah, hal. 47 – 48). keterangan yang sama juga disampaikan oleh Al Fairuz Abadzi As Syafi’i. 

Imam Ibnul Jauzi mengatakan: “Orang yang membuat hadis ini menetapkan aturan bahwa orang yang hendak melaksanakan shalat Raghaib harus berpuasa terlebih dahulu di siang harinya. Kemudian dia tidak boleh berbuka sampai melaksanakan shalat maghrib dan shalat sunah Raghaib. Dalam shalat ini, dia harus membaca tasbih panjang sekali dan bacaan sujud yang sangat panjang. Sehingga orang yang melaksanakan amalan ini akan merasakan keletihan yang luar biasa. Sungguh saya merasa cemburu dengan Ramadlan dan shalat tarawih. Bagaimana seseorang lebih memilih shalat ini dibandingkan puasa Ramadlan dan tarawih. Namun sebaliknya, masyarakat lebih memilih dan lebih memperhatikan shalat ini, sehingga orang yang tidak pernah shalat jamaah-pun ikut menghadirinya.” (Al Maudhu’at, 2/125 – 126)

Kedua, Peringatan Isra’ dan Mi’raj
Tanggal 27 Rajab menjadi satu agenda penting bagi kaum muslimin. Mereka meyakini bahwa pada tanggal itu terjadi peristiwa isra dan mi’raj. Padahal para ulama berselisih pendapat tentang tanggal terjadinya isra – mi’raj. Disebutkan oleh Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarokfuri, ada sekitar 6 pendapat ulama, terkait dengan tanggal kejadian isra – mi’raj. Salah satunya adalah tanggal 27 Rajab tahun ke-10 setelah beliau diutus sebagai nabi. Namun pendapat ini tertolak, karena para ahli sejarah menegaskan bahwa Khadijah meninggal di bulan Ramadlan tahun kesepuluh setelah kenabian. Sampai Khadijah meninggal belum ada kewajiban shalat lima waktu. 

Para ulama sepakat bahwa peringatan isra – mi’raj adalah acara bid’ah. Ibnul Qoyim menukil keterangan Syaikhul Islam Ibn Taimiyah, yang mengatakan: “Tidak diketahui dari seorang-pun kaum muslimin, yang menjadikan malam isra – mi’raj lebih utama dibandingkan malam yang lainnya. Lebih-lebih menganggap bahwa malam isra lebih mullia dibandingkan lailatul qadar. Tidak seorang-pun sahabat, maupun tabi’in yang mengkhususkan malam isra dengan kegiatan tertentu, dan mereka juga tidak memperingati malam ini. Karena itu, tidak diketahui secara pasti, kapan tanggal kejadian isra – mi’rah.” (Zadul Ma’ad, 1/58 – 59) 

Ibnu Nuhas mengatakan: “Memperingati malam isra – mi’raj adalah bid’ah yang besar dalam urusan agama. Termasuk perkara baru yang dibuat-buat teman-teman setan.” (Tanbihul Ghafilin, hal. 379 – 380. Dinukil dari Al Bida’ Al Hauliyah, hal. 138)


Kamis, 14 November 2013

TPA kecil-kecilan

Alhamdulillah.. selesai sudah kegiatan anak-anak santriku mengaji pagi ini... Meski jumlahnya masih sangat sedikit, untuk sementara masih berjumlah 3 orang namun alhamdulillah tetangga lainnya juga menginginkan anak-anaknya mengaji di tempat kami. Jadi, insya Allah akan bertambah 4 orang lagi sehingga berjumlah 7 orang.

TPA kecil-kecilan yang baru kurintis ini sebenarnya sudah begitu lama kurencanakan, mulai saya pertama kali pindah ke tempat ini (sekitar akhir 2011, cukup lama bukannn??!!),

keinginan untuk mengajari anak-anak di sini belajar membaca Al-Qur'an dengan metode Iqro', sedikit menambah pengetahuan mereka tentang agama ini meski hanya untuk hal-hal yang sederhana, misalnya penerapan do'a harian, tata cara wudhu, tata cara shalat, adab-adab Islami, dasar-dasar aqidah, dll... Namun selalu tertunda, dan tertunda...dengan berbagai kendala/alasan yang mungkin sebenarnya masih bisa ditolerir...

Ternyata memulainya saja yang sulit... 
Dimulai pekan lalu, alhamdulillah akhirnya hari-hariku terasa semakin bermakna dengan kehadiran para santri dan waktu juga tidak terbuang sia-sia untuk hal-hal yang terkadang tidak begitu bermanfaat..

Berawal dari percakapan singkat dengan seorang ibu yang tinggal tidak begitu jauh dari rumah, kebetulan beliau juga sempat belajar membaca Al-Qur'an beberapa waktu yang lalu, namun karena satu dan lain hal belum berlanjut sampai saat ini.
Beliau bercerita kalau ada juga tetangga dekat rumah yang ingin anaknya (yang bernama Salsa) juga bisa belajar membaca Al-Qur'an, kebetulan tinggalnya di lorong sebelah. Nah, saat itu ibu tadi disarankan agar bagaimana kalau anaknya  mengaji di tempat kami. Keinginan itu disampaikan langsung oleh beliau dan saya mengiyakan.. Akhirnya mengaji perdana dimulai pekan lalu dan berlanjut sampai hari ini.. :) 

Jadi teringat masa-masa mengajar TPA di daerah terpencil di kaltim dulu... bersama para santri yang memberi warna dalam kehidupanku di sana... Kenangan indah yang tak terlupa.. ^_^







Rabu, 13 November 2013

Kari Sapi




Masih dalam misi menghabiskan daging-daging yang ada..sekarang resepnya masih bertema daging.
Rembukan ama suami..mau dibikin apa yah??? mau bikin bakso, suami gak doyan bakso, akhirnya aku usulkan gimana kalau buat kari aja?? Karena saya suka kari, abinya juga suka, anak-anak juga suka.. kali ini resep dari ummiku tercinta.. yang masakan karinya nggak bikin eneg dan saya selalu suka :)


Langsung saja yah ...


Bahan :
Daging, iris lebar, agak tebal (+ 1 cm)
Air asam
Kunyit bubuk
Gula merah
Garam
Santan
Air
Bumbu halus :
Bawang merah
Bawang Putih
Ketumbar, sangrai, haluskan
merica
Lengkuas
Sereh, sebagian dihaluskan bersama bumbu yang lain,
sebagian lagi kumemarkan
Lombok merah, buang bijinya


Cara membuat :
1. Remas-remas daging bersama kerukan gula merah dan air asam.
2. Masak dengan sereh yang sudah dimemarkan, masukkan tambahan air dan garam
3. Tumis bumbu halus...lalu masukkan ke dalam masakan daging
4. Masak hingga matang dan daging betul-betul lunak
5. Masukkan santan, masak hingga mendidih
6. Hidangkan


Untuk ukurannya, kembali sesuai hati nurani yah..he...
Jika daging belum betul-betul lunak sementara airnya udah hampir habis, beri lagi tambahan air.. begitu seterusnya. Klo pengen dagingnya cepat lunak, bisa dimasak denzgan menggunakan panci presto..

Selamat mencoba yah!!

Susu





Dalam dunia perbakingan, dikenal beberapa macam susu, antara lain:


Susu UHT (Ultra High Temperature)
Dibuat dari susu cair yan dipanaskan dengan suhu 137oC.
Praktis karena awet dan tahan berbulan-bulan tanpa disimpan dalam lemari es. Rasanya mirip susu homogen. Ada beberapa macam pilihan rasa, untuk memasak/kue pilihlah yang tawar.

Susu Evaporasi
Jenis susu yang telah diuapkan sebagian airnya, hingga kental.
Untuk menggunakannya, tambahkan 2 bagian air. Sering dipakai sebagai pengganti krim untuk kopi atau sup.

Susu kental manis
Sesuai namanya, susu ini kental dan manis sekali. Jika digunakan untuk kue/puding, perhitungkan kadar gulanya. Untuk siraman es campur, martabak manis, pancake.

Susu Bubuk
Hasil olah susu segar yang dikeringkan hingga berbentuk bubuk. Ada yang penuh kandungan lemak (full cream), dibuang sebagian lemaknya (low fat) atau yang tanpa lemak (skim/non fat). Untuk memperoleh susu cair, larutkan 3 sdm susu bubuk dalam 250 ml air, atau ikuti keterangan dalam kemasan.
Ada jenis sus tertentu yang banyak dipakai dalam resep masakan atau kue Barat. Jika ada resep yang menggunakan salah satu bahan berikut, anda bisa menggantinya dengan mudah.

Buttermilk
Cairan sisa pemrosesan mentega. Susu jenis ini biasanya kental dan bisa langsung diminum. JIka diberi soda kue, susu ini berfungsi sebagai bahan pengembang. Sebagai pengganti, pakailah susu asam atau buat sendiri dari susu cair (lihat susu asam)

Susu asam (sour milk)
Rasanya asam karena proses fermentasi. Fungsinya sama dengan butter milk. Untuk membuat sendiri, tambahkan 1 sdm air jeruk lemon/cuka dalam 300ml susu cair.
Aduk, tungu 10 menit sampai kental lalu pakai untuk memberi cita rasa khas pada kue/masakan. Tambahkan 1/2 sdt soda kue dan oakailah sebagai bahan pengembang.

Yoghurt
Susu yang difermentasikan. Rasanya asam, lebih kental dari susu asam.
Untuk masakan, campuran minuman, saus salad atau marinade.

sumber : 18 Cake Cookies, penulis Fatmah Bahalwan dan Tim NCC

Semur Daging Praktis





Alhamdulillah.. masih dalam suasana Iedul Adha atau biasa disebut Iedul Kurban kami tidak lupa mengucapkan Taqabbalallaahu minnaa wa minkum (semoga Allah menerima amal ibadah kita).


Pada Idul Kurban kali ini, kami mendapat rezeki daging kurban yang lebih..alhmadulillah...sehari dapat 4 kantung daging sekaligus dari orang-orang yang berbeda.

Kantung pertama dari iparku, kantung kedua dari mertuaku, dua kantung selanjutnya dari dua tetangga sebelah dan depan rumah... Tapi yang jadi pikiran mau diapakan yah..semua daging-daging ini???

Untuk kantung daging pertama, akhirnya kuputuskan untuk membuat Semur daging praktis, warisan mertuaku..he..
Bahannya sangat simple.. Cocok buatku pencinta makanan praktis ^_^
Sebenarnya sudah lama pengen ccoba resep ini tapi saya nggak pernah sengaja untuk menstok daging..karena suami bukan pencinta kuliner berbahan daging..he..tapi karena bahannya ada, kebetulan dicoba..

Langsung aja yah ...

Bahan :
Daging, iris tipis
Bawang putih, iris tipis
Kecap manis
Merica
Air asam
Garam

Cara membuat :
1. Remas-remas daging bersama kecap manis bawang putih.
2. Masak daging bersama bawang putih tadi hingga airnya sedikit (jangan tambah air dulu yah)
3. Tambahkan air asam, merica dan garam
4. Masak hingga daging empuk dan betul-betul lunak
   (suamiku pesan, masak yang lama supaya dagingnya lunak).
5. Hidangkan
Praktis kan!! dicoba deh, enak, nggak bikin eneg.
Eh, untuk takarannya sesuai hati nurani yah..

Udang Tumis Kunyit Asam


Udang, sebagian besar pasti suka jenis sea food yang satu ini.. Tapi hati-hati loh buat yang asam urat ^^.
Untuk, udang saya paling suka diolah seperti ini, simple tapi enak.. Memang dasarnya lidahku kurang terlalu suka masakan yang kebanyakan bumbu.. sekali-sekali bolehlah..

Resep ini dari ummiku tercinta, cukup ditumis, dengan tambahan air asam dan kunyit.. Jadi deh..
Untuk resep kali ini saya menggunakan udang kupas. Tapi biasanya, walau ditumis tanpa dikupas juga enak kok..

Berikut komposisi resepnya

Bahan :
Udang kupas
3 siung Bawang merah, iris tipis
2 butir  Bawang putih, geprek, cincang
Air asam secukupnya
sedikit Kunyit
1 batang daun bawang
Garam secukupnya

Cara membuat
1. Tumis bawang merah dan bawang putih
2. Masukkan udang kupas, air asam, kunyit, garam dan penyedap rasa
3. Masukkan daun bawang
4. Masak hingga udang matang dan bumbu menyerap
5. Angkat, sajikan
 Resep dasar sebenarnya cukup dengan irisan bawang merah, air asam dan kunyit.

Agar-agar anda Pandan Saus Santan



Agar-agar lagi..agar-agar lagi.. Ga papa ya.. abis gampang dan enak sih..
Agar-agar ini sebenarnya agar-agar biasa saja.. plus tambah saus santan di atasnya..
Inspirasinya dari resep cantik manis kemarin.. Ingat kan??..Cuman bedanya, gak pake tepung hun kwee tapi agar-agar..

Ini komposisi resepnya :

Bahan puding

2 bks agar-agar
2 gelas gula pasir (atau sesuai selera)
6 gelas santan (saya pake kara campur air, kekentalan sesuai selera)
2 butir telu, kocok
Pandan pasta secukupnya

Cara membuat :
1. Campur semua bahan, kecuali telur di atas panci, masak sambil diaduk.
2. Sebelum adonan agar-agar mendidih benar, ambil 1 sendok sayur lalu masukkan ke kocokan telur. Lalu masukkan kembali ke dalam adonan.
3. Aduk kembali hingga mendidih.
4. Masukkan adonan ke dalam pirex atau cetakan agar-agar..
5. Tunggu hingga mengeras
6. Tuangkan sedikit demi sedikit bahan saus di atasnya

Untuk resep sausnya..ngintip resep cantik manis saja ya.. Sama kok, cuman kali ini sausnya dibuat lebih kental agar mudah kepotong bersama agar-agarnya..Tapi boleh aja kok dibuat seperti adonan dasar.
Banyaknya tergantung keinginan..dikalikan aja jumlah resepnya.. dasar males yah nulis resep he..

Disabilitas Dan Pandangan Masyarakat

disabilitas dan pandangan masyarakat
Disabilitas dan pandangan masyarakatSebenarnya tema ini sudah pernah kupaparkan pada artkel sebelumnya dengan judul yang sama disabilitas dan pandangan masyarakat.
Dalam artikel tersebut dikisahkan bagaimana seorang penyandang disabilitas, khusunya tunanetra seperti tanteku mampu mandiri dan meraih segudang prestasi yang menjadikannya sangat patut untuk diteladani.
Bagaimana beliau dan suaminya merawat dan mendidik 4 orang anaknya yang terlahir normal dengan tangan mereka sendiri, walaupun sang suami menyandang disabilitas yang sama.

Disabilitas dan Pandangan Masyarakat – Saat kekurangan menjadi ajang eksploitasi

Dalam artikel ini, saya mencoba mengangkat isu disabilitas dan pandangan masyarakat dalam sisi yang berbeda dari artikel sebelumnya, yakni banyaknya pihak-pihak tertentu yang menjadikan kekurangan mereka sebagai ajang eksploitasi demi keuntungan sesaat.

Dengan mata kepala saya sendiri, terkadang saya melihat di perempatan-perempatan lampu merah di jalan-jalan, sosok peminta-minta yang sangat terlihat menonjolkan kekurangan mereka yang tentunya untuk memancing rasa iba.

Miris melihatnya… padahal banyak cara untuk mencari sesuap nasi dibandingkan hanya mengeksploitasi kekurangan mereka.

Kemiskinan, tentu saja menjadi alasan utama sehingga dengan mudahnya mereka dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu.

Kita memang tidak bisa menyalahkan mereka sepenuhnya, persaingan hidup yang cukup berat bagi mereka penyandang disabilitas.

Diskriminasi di dunia kerja seakan sudah menjadi rahasia umum, dan alasan kuat untuk menolak mereka hanyalah karena disabilitas yang disandangnya, terlepas dari skill dan background  pendidikan yang disandangnya.

Saat berkunjung ke sebuah blog, saya mendapatkan sebuah contoh kisah seorang sarjana ekonomi yang terpaksa menjadi seorang petani, karena tidak mendapat “tempat” di dunia kerja hanya karena alasan disabilitas.

Disabilitas dan Pandangan Masyarakat – Mereka punya hak yang sama

Mereka, para penyandang disabilitas mempunyai hak yang sama dengan kita, baik di hadapan Allah maupun di mata masyarakat.

Di hadapan Allah

Bukankah di hadapan Allah ,seseorang dinilai dari tingkat ketaqwaannya??? Bisa jadi kita menilai mereka rendah secara fisik tapi di hadapan Allah, mereka jauh lebih tinggi derajatnya dibandingkan kita jika mereka adalah penyandang disabilitas yang bertakwa…

Mengutip Firman Allah subhaanahu wa Ta’aala, dalam Q.S Al Hujurat :13, yang artinya :
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu
Maka dari itu, bagi yang menghina mereka takutlah kepada Allah!!!
Nikmat kesempurnaan fisik merupakan ujian bagi kita, sejauh mana kita menggunakan kesempurnaan tersebut…
Boleh jadi itu hanyalah “titipan sementara”. Dan kalau nikmat tersebut dicabut dari kita apakah kita sanggup menjalani hal serupa dengan apa yang mereka alami.?? Wal ‘iyadzubillah.

Sebagai warga negara

Sebenarnya hak mereka sebagai warga negara sudah diatur dalam undang-undang No.4 tahun 1997. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan secara gamblang.

Dalam undang-undang tersebut dijelaskan definisi penyandang disabilitas yang tertera dalam pasal 1:
Penyandang cacat adalah setiap orang yang memiliki kelainan fisik/mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya yang terdiri dari :
a. penyandang cacat fisik
b. penyandang cacat mental
c. penyandang cacat fisik dan mental

dari sisi hak, dijelaskan pada pasal 6 :

1. pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis dan jenjang pendidikan
2. pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai dengan derajat kecacatan, pendidikan dan kemampuannya
3. perlakuan yang sama untuk berperan dalam pembangunan dan menikmati hasil-hasilnya.
4. aksesibilitas dalam rangka kemandiriannya
5. rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial; dan
6. hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampuan dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.

Namun, seakan-akan sederet penjelasan hak mereka dalam undang-undang tersebut hanya berlaku di atas kertas,  dan dalam praktek keseharian ternyata pandangan negatif masyarakat terus saja “menghantui” mereka.

Ada memang yang merasa bahwa haknya terpenuhi tapi itupun harus dilalui dengan perjuangan ekstra, baik hak tersebut diperjuangkan oleh diri mereka sendiri ataupun keluarga mereka.

Peran pemerintah sangat besar dalam hal ini guna mensosialisasikan keberadaan serta hak mereka. Tindakan tegas serta praktik nyata sangat diharapkan bagi mereka penyandang disabilitas.

Sebagai contoh, instansi-instansi di bawah naungan pemerintah dalam menerima tenaga kerja hendaknya mempertimbangkan para pelamar penyandang disabilitas yang memang memiliki skill yang memadai untuk dipekerjakan tentunya sesuai dengan derajat kecacatan yang mereka alami.

Disabilitas dan Pandangan masyarakat – Keberadaan Kartunet 

Mendengar kata kartunet apa yang berada di pikiran kalian??
Awalnya saya berpikir Kartunet itu akronim dari kata Kartun Network…tapi ternyata setelah menelusuri situsnya www.kartunet.com ternyata kartunet berasal dari kata “Karya Tunanetra Community” yang diolah oleh sekelompok pemuda tunanetra yang menguasai teknologi informasi khususnya internet.

disabilitas dan pandangan masyarakat

Saya jadi berpikir, masya Allah sangat  patut diacungi jempol!!
Mereka, dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, terutama dari sisi penglihatan, ternyata mampu menguasai bidang ini, sesuatu yang awalnya sempat berpikir “mustahil” mereka bisa melakukannya.

Teknologi informasi memang berkembang dengan sangat pesatnya, dan alhamdulillah sudah merambah kepada mereka yang berkebutuhan khusus. Sehingga mereka penyandang disabilitas mampu terlibat aktif, entah sebagai penerima maupun pemberi informasi.

Keberadaan kartunet ini, benar-benar menjadi salah satu solusi bagi mereka yang ingin membuka mata dunia tentang eksistensi mereka, menyebarkan isu-isu disabilitas serta memperkenalkan karya-karya mereka.
Sehingga disabilitas bukan hanya menjadi isu di kalangan interen mereka saja tapi juga di kalangan masyarakat umum, tentu yang menjadi harapan utama yakni mewujudkan masyarakat inklusif, masyarakat tanpa diskriminasi baik di bidang pendidikan maupun pekerjaan.

Salah satu usaha mereka dalam menyebarkan isu disabilitas yakni dengan mengadakan kontes semi SEO dengan tema “ Disabilitas dan Pandangan Masyarakat”, Dengan terselenggaranya kontes ini diharapkan masyarakat, khususnya para blogger, dapat lebih mengenal dunia disabilitas dan dapat berpartisipasi dalam mewujudkan masyarakat inklusi (masyarakat tanpa diskriminasi).
Dan apa yang saya paparkan dalam blog ini merupakan keikutsertaan saya dalam ajang tersebut.

Disabilitas dan pandangan masyarakat - Peranan Teknologi

Oh iya, satu pertanyaan yang menggelitik saya selama ini, bagaimana yah mereka itu bisa mengoperasikan komputer walau memiliki kekurangan dari sisi penglihatan, terutama dalam membaca informasi-informasi yang ada.

Akhirnya saya mendapatkan jawabannya di situs milik mereka sendiri. Ternyata mereka menggunakansoftware yang disebut screen reader  yang berfungsi membacakan setiap teks di layar. Kemudian teks tersebut diterjemahkan dalam bentuk audio berupa bahasa atau bisa juga dalam bentuk tulisan braille dengan menggunakan hardware tambahan yang disebut braille display.

Tapi yang menjadi kendala bagi mereka yang ingin menggunakan software ini yakni harga beli yang cukup mahal sehingga sangat sulit bagi mereka untuk memilikinya secara pribadi.

Tapi alhamdulillah, masih ada kelompok yang peduli terhadap mereka sebut saja Yayasan Mitra Netra, organisasi non profit yang didirikan juga oleh beberapa orang tunanetra bersama dengan sahabat-sahabat mereka yang non tunanetra. Yayasan ini sangat membantu penyediaan sarana serta memperluas akses tunanetra di seluruh Indonesia terhadap teknologi komputer dan internet.

Inovasi-inovasi mereka sangat patut untuk diberikan apresiasi, mulai dari penyelenggaraan kursus atau pelatihan, dan salah satu gebrakan yang mereka buat yakni merintis penyelenggaraan pusat layanan internet ( Internet Center) di Jakarta. Di internet center ini, disediakan beberapa komputer bicara dan akses internet secara cuma-cuma. Merupakan salah satu solusi mengingat harga screen reader yang tidak sedikit. Dan alhamdulillah sudah mulai melebarkan sayapnya ke beberapa kota besar di Indonesia, sebut saja bandung, Yogyakarta dan Makassar.

Satu kata, semoga Allah memberikan balasan yang baik bagi mereka yang telah berjuang, mengerahkan segenap waktu, pikiran dan tenaga untuk menelorkan berbagai inovasi yang sangat berarti bagi mereka penyandang disabilitas.

Disabilitas dan pandangan masyarakat – Berterima kasihlah pada mereka

Sayang sekali, begitu banyak pandangan negatif terhadap penyandang disabilitas
Padahal, kalau kita ingin merenungi lebih dalam..sungguh berterima kasih terhadap keberadaan mereka.
Begitulah, Allah tidak akan menciptakan dan berbuat sesuatu tanpa ada hikmah di dalamnya.

Teringat akan status singkat seorang sahabat facebook
Keterlaluan jika perjalanan ini tdk menyisa hikmah, sebab tetakdir berjumpa dgn sepasang suami istri tuna netra, gembira memboyong dua buah hatinya yg bermata indah. Sementara saya, sibuk menyembunyikan air mata; malu pada nikmatNya yg sering terlupa. ;(
Yah, salah satu hikmahnya adalah Syukur tak terkira

Alhamdulillah saudaraku..Allah memberikan nikmat kesempurnaan fisik yang sebagian dari kesempurnaan itu saudara kita yang lain -para penyandang disabilitas- tak bisa menikmatinya.

Dengan keberadaan mereka, kita menjadi tahu betapa berharganya salah satu bagian saja dari tubuh yang Allah subhaanahu wa Ta’aala ciptakan…

Yang tanpa keberadaan mereka, kemungkinan besar kita akan menjadi lupa untuk bersyukur kepada Yang Menciptakan.

Hikmah yang kedua, memotivasi diri untuk berbuat lebih baik

Apa yang ada di pikiran kalian ketika membaca kisah sukses para penyandang disabilitas??
Seorang ulama yang ditakdirkan oleh Allah kehilangan penglihatannya, namun tetap bisa memberikan hikmah dan ilmu bagi para penuntut ilmu…
atau seorang penulis terkenal yang berkarya hanya dengan satu tangan….
atau seorang pelukis yang pernah saya saksikan di layar kaca, dia kehilangan kedua tangannya sehingga melukis dengan kakinya…
atau seorang loper koran dengan semangat menghidupi keluarganya hanya dengan sebelah kakinya….

Subhaanallah.. satu mungkin kalimat sederhana yang minimal muncul dalam diri kita, “Kalau mereka dengan kekurangan yang ada mampu menorehkan prestasi, mengapa kita yang diberi kesempurnaan fisik tidak bisa melakukannya??


***********

Akhir kata, terima kasih kepada kartunet, terselenggaraanya kontes ini benar-benar memberikan hal baru untukku pribadi, untuk lebih peka, untuk lebih bersyukur, untuk lebih peduli akan keberadaan mereka, para penyandang disabilitas.

Semoga bermanfaat!

Selasa, 12 November 2013

Wahai anakku (surat seorang ibu kepada anaknya)

Untuk anakku yang ku sayangi di bumi Alloh ta'ala
Segala puji ku panjatkan ke hadirat Alloh ta'ala, yang telah memudahkan ibu untuk beribadah kepada-Nya.
Sholawat serta salam, ibu sampaikan kepada Nabi Muhammad -shollallohu alaihi wasallam-, keluarga, dan para sahabatnya.
 
Wahai anakku…
surat ini datang dari ibumu, yang selalu dirundung sengsara. Setelah berpikir panjang, ibu mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri ini.
Setiap kali menulis, setiap itu pula gores tulisan ini terhalangi oleh tangis. Dan setiap kali menitikkan air mata, setiap itu pula, hati ini terluka.
Wahai anakku…
Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kulihat engkau telah menjadi laki-laki dewasa, laki-laki yang cerdas dan bijak. Karenanya engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau akan remas kertas ini, lalu engkau robek-robek, sebagaimana sebelumnya engkau telah remas hati ibu, dan telah engkau robek pula perasaannya.

Wahai anakku…
25 tahun telah berlalu, dan tahun-tahun itu merupakan tahun kebahagiaan dalam kehidupanku.
Suatu ketika dokter datang menyampaikan tentang kehamilanku, dan semua ibu sangat mengerti arti kalimat tersebut. Bercampur rasa gembira dan bahagia dalam diri ini, sebagaimana ia adalah awal mula dari perubahan fisik dan emosi ibu.
 
Semenjak kabar gembira tersebut, aku membawamu sembilan bulan. Tidur, berdiri, makan, dan bernafas dalam kesulitan. Akan tetapi, itu semua tidak mengurangi cinta dan kasih sayangku kepadamu, bahkan ia tumbuh bersama berjalannya waktu.
 
Aku mengandungmu wahai anakku, pada kondisi lemah di atas lemah. Bersamaan dengan itu, aku begitu gembira tatkala merasakan dan melihat terjalan kakimu, atau balikan badanmu di perutku.
 
Aku merasa puas, setiap aku menimbang diriku, karena bila semakin hari semakin berat perutku, berarti dengan begitu engkau sehat wal afiat di dalam rahimku.
 
Anakku…
Penderitaan yang berkepanjangan menderaku, sampailah tiba pada malam itu, yang aku tidak bisa tidur sekejap pun, aku merasakan sakit yang tidak tertahankan, dan merasakan takut yang tidak bisa dilukiskan.
Sakit itu berlanjut, sehingga membuatku tidak dapat lagi menangis. Sebanyak itu pula, aku melihat kematian di hadapanku, hingga tibalah waktunya engkau keluar ke dunia, dan engkau lahir. Bercampur air mata kebahagiaanku dengan air mata tangismu.
 
Ketika engkau lahir, menetes air mata bahagiaku. Dengan itu, sirna semua keletihan dan kesedihan, hilang semua sakit dan penderitaan, bahkan kasihku kepadamu semakin bertambah, dengan bertambah kuatnya sakit.
Aku raih dirimu, sebelum ku raih minuman. Aku peluk cium dirimu, sebelum meneguk satu tetes air yang ada di kerongkongan.
 
Wahai anakku…
Telah berlalu setahun dari usiamu. Aku membawamu dengan hatiku, memandikanmu dengan kedua tangan kasih sayangku. Sari pati hidupku, kuberikan kepadamu. Aku tidak tidur, demi tidurmu, berletih demi kebahagiaanmu. Harapanku pada setiap harinya, agar aku selalu melihat senyumanmu. Kebahagiaanku setiap saat, adalah setiap permintaanmu agar aku berbuat sesuatu untukmu. Itulah kebahagiaanku.
 
Lalu berlalulah waktu, hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, selama itu pula, aku setia menjadi pelayanmu yang tidak pernah lalai… menjadi dayangmu yang tidak pernah berhenti… menjadi pekerjamu yang tidak pernah lelah… dan mendoakan selalu kebaikan dan taufiq untukmu.
 
Aku selau memperhatikan dirimu, hari demi hari, hingga engkau menjadi dewasa. Badanmu yang tegap, ototmu yang kekar, kumis dan jambang tipis telah menghiasi wajahmu, telah menambah ketampananmu, wahai anakku…
Tatkala itu, aku mulai melirik ke kiri dan ke kanan, demi mencari pasangan hidupmu, semakin dekat hari perkawinanmu anakku, semakin dekat pula hari kepergianmu.
 
Tatkala itu, hatiku serasa teriris-iris, air mataku mengalir, entah apa rasanya hati ini. Bahagia telah bercampur dengan duka. Tangis telah bercampur pula dengan tawa.
 
Bahagia karena engkau mendapatkan pasangan… karena engkau telah mendapatkan jodoh… karena engkau telah mendapatkan pendamping hidup… Sedangkan sedih karena engkau adalah pelipur hatiku, yang akan berpisah sebentar lagi dari diriku.
 
Waktu pun berlalu, seakan-akan aku menyeretnya dengan berat, kiranya setelah perkawinan itu, aku tidak lagi mengenal dirimu.
 
Senyummu yang selama ini menjadi pelipur duka dan kesedihanku, sekarang telah sirna bagaikan matahari yang ditutupi oleh kegelapan malam. Tawamu yang selama ini kujadikan buluh perindu, sekarang telah tenggelam, seperti batu yang dijatuhkan ke dalam kolam yang hening, dengan dedaunan yang berguguran, aku benar-benar tidak mengenalmu lagi, karena engkau telah melupakanku dan melupakan hakku.
 
Terasa lama hari-hari yang ku lewati, hanya untuk melihat rupamu. Detik demi detik ku hitung demi mendengar suaramu. Akan tetapi penantianku seakan sangat panjang. Aku selalu berdiri di pintu hanya untuk menanti kedatanganmu. Setiap kali berderit pintu, aku menyangka bahwa engkaulah orang yang datang itu. Setiap kali telepon berdering, aku merasa bahwa engkau yang akan menelponku. Setiap suara kendaraan yang lewat, aku merasa bahwa engkaulah yang datang.
 
Akan tetapi semua itu tidak ada, penantianku sia-sia, dan harapanku hancur berkeping. Yang ada hanya keputus-asaan… Yang tersisa hanya kesedihan dari semua keletihan yang selama ini ku rasakan, sambil menangisi diri dan nasib yang memang ditakdirkan oleh-Nya.
 
Anakku…

Ibumu tidaklah meminta banyak, ia tidaklah menagih padamu yang bukan-bukan.
Yang ibu pinta kepadamu:
Jadikan ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu.
Jadikanlah ibumu yang malang ini sebagai pembantu di rumahmu, agar bisa juga aku menatap wajahmu, agar ibu teringat pula dengan hari-hari bahagia masa kecilmu.
Dan ibu memohon kepadamu nak, janganlah engkau pasang jerat permusuhan dengan ibumu.
Jangan engkau buang wajahmu, ketika ibumu hendak memandang wajahmu.
Yang ibu tagih kepadamu:
Jadikanlah rumah ibumu, salah satu tempat persinggahanmu, agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana, sekalipun hanya sedetik.
Jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi. Atau sekiranya terpaksa engkau datang sambil engkau tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi.
 
Anakku…
Telah bungkuk pula punggungku… bergemetar tanganku… karena badanku telah dimakan oleh usia, dan telah digerogoti oleh penyakit… Berdirinya seharusnya telah dipapah… duduk pun seharusnya dibopong…
Akan tetapi, yang tidak pernah sirna -wahai anakku- adalah cintaku kepadamu… masih seperti dulu… masih seperti lautan yang tidak pernah kering… masih seperti angin yang tidak pernah berhenti…
Sekiranya engkau dimuliakan satu hari saja oleh seseorang, niscaya engkau akan balas kebaikan dengan kebaikan, sedangkan ibumu, mana balas budimu, mana balasan baikmu?! bukankah air susu seharusnya dibalas dengan air serupa?! bukan sebaliknya air susu dibalas dengan air tuba?! Dan bukankah Alloh ta'ala, telah berfirman:
 
هل جزاء الإحسان إلا الإحسان
Bukankah balasan kebaikan, melainkan kebaikan yang serupa?!
Sampai begitukah keras hatimu, dan sudah begitu jauhkah dirimu setelah berlalunya hari dan berselangnya waktu.
 
Wahai anakku…
Setiap kali aku mendengar bahwa engkau bahagia dengan hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagiaanku. Bagaimana tidak?! Karena engkau adalah buah dari kedua tanganku… Engkau adalah hasil dari keletihanku… Engkaulah laba dari semua usahaku…
 
Dosa apakah yang telah ku perbuat, sehingga engkau jadikan diriku musuh bebuyutanmu?!
Pernahkah suatu hari aku salah dalam bergaul denganmu?!
Atau pernahkah aku berbuat lalai dalam melayanimu?!
Tidak dapatkah engkau menjadikanku pembantu yang terhina dari sekian banyak pembantu-pembantumu yang mereka semua telah engkau beri upah?!
Tidak dapatkah engkau berikan sedikit perlindungan kepadaku di bawah naungan kebesaranmu?!
Dapatkah engkau sekarang menganugerahkan sedikit kasih sayang demi mengobati derita orang tua yang malang ini?!
إن الله يحب المحسنين
Sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang berbuat baik.
 
Wahai anakku…
Aku hanya ingin melihat wajahmu, dan aku tidak menginginkan yang lain.
 
Wahai anakku…
Hatiku terasa teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau sehat wal afiat. Orang-orang sering mengatakan, bahwa engkau adalah laki-laki yang supel, dermawan dan berbudi.
 
Wahai anakku…
Apakah hatimu tidak tersentuh, terhadap seorang wanita tua yang lemah, binasa dimakan oleh rindu berselimutkan kesedihan, dan berpakaian kedukaan?!
Mengapa? Tahukah engkau itu?! Karena engkau telah berhasil mengalirkan air matanya… Karena engkau telah membalasnya dengan luka di hatinya… Karena engkau telah pandai menikam dirinya dengan belati durhakamu tepat menghujam jantungnya… Karena engkau telah berhasil pula memutuskan tali silaturrahim.
 
Wahai anakku…
Ibumu inilah sebenarnya pintu surga, maka titilah jembatan itu menujunya… Lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, kemaafan, dan balas budi yang baik… Semoga aku bertemu denganmu di sana, dengan kasih sayang Alloh ta'ala sebagaimana di dalam hadits:
 
الوالد أوسط أبواب الجنة فإن شئت فأضع ذلك الباب أو احفظه


Orang tua adalah pintu surga yang paling tinggi. Sekiranya engkau mau, sia-siakanlah pintu itu, atau jagalah! (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi, dishohihkan oleh Albani)
 
Anakku…
Aku mengenalmu sejak dahulu… semenjak engkau telah beranjak dewasa… aku tahu engkau sangat tamak dengan pahala… engkau selalu cerita tentang keuatamaan berjamaah… engkau selalu bercerita terhadapku tentang keutamaan shof pertama dalam sholat berjamaah… engkau selalu mengatakan tentang keutamaan infak, dan bersedekah…
 
Akan tetapi satu hadits yang telah engkau lupakan… satu keutamaan besar yang telah engkau lalaikan… yaitu bahwa Nabi -shollallohu alaihi wasallam- telah bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Abdulloh bin Mas'ud, ia mengatakan:
 
سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم، قلت: يا رسول الله أي العمل أفضل؟ قال: الصلاة على ميقاتها. قلت: ثم أيُّ؟ قال: ثم بر الوالدين. قلت: ثم أيُّ؟ قال: الجهاد في سبيل الله. فسكت عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ولو استزدته لزادني. (متفق عليه)
 
Aku bertanya kepada Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam-: Wahai Rosululloh, amal apa yang paling mulia? Beliau menjawab: sholat pada waktunya. Aku bertanya lagi: Kemudian apa wahai Rosululloh? Beliau menjawab: Kemudian berbakti kepada kedua orang tua. Aku bertanya lagi: Kemudian apa wahai Rosululloh? Beliau menjawab: Kemudian jihad di jalan Alloh. Lalu aku pun diam (tidak bertanya) kepada Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- lagi, dan sekiranya aku bertanya lagi, niscaya beliau akan menjawabnya.
Itulah hadits Abdulloh bin Mas'ud…
 
Wahai anakku…
Inilah aku, ibumu… pahalamu… tanpa engkau harus memerdekakan budak atau banyak-banyak berinfak dan bersedekah… aku inilah pahalamu…
Pernahkah engkau mendengar, seorang suami yang meninggalkan keluarga dan anak-anaknya, berangkat jauh ke negeri seberang, ke negeri entah berantah untuk mencari tambang emas, guna menghidupi keluarganya?! Dia salami satu persatu, dia ciumi isterinya, dia sayangi anaknya, dia mengatakan: Ayah kalian, wahai anak-anakku, akan berangkat ke negeri yang ayah sendiri tidak tahu, ayah akan mencari emas… Rumah kita yang reot ini, jagalah… Ibu kalian yang tua renta ini, jagalah…
 
Berangkatlah suami tersebut, suami yang berharap pergi jauh, untuk mendapatkan emas, guna membesarkan anak-anaknya, untuk membangun istana mengganti rumah reotnya.
 
Akan tetapi apa yang terjadi, setelah tiga puluh tahun dalam perantauan, yang ia bawa hanya tangan hampa dan kegagalan. Dia gagal dalam usahanya. Pulanglah ia kembali ke kampungnya. Dan sampailah ia ke tempat dusun yang selama ini ia tinggal.
 
Apa lagi yang terjadi di tempat itu, setibanya di lokasi rumahnya, matanya terbelalak. Ia melihat, tidak lagi gubuk reot yang ditempati oleh anak-anak dan keluarganya. Akan tetapi dia melihat, sebuah perusahaan besar, tambang emas yang besar. Jadi ia mencari emas jauh di negeri orang, kiranya orang mencari emas dekat di tempat ia tinggal.
 
Itulah perumpaanmu dengan kebaikan, wahai anakku…
Engkau berletih mencari pahala… engkau telah beramal banyak… tapi engkau telah lupa bahwa di dekatmu ada pahala yang maha besar… di sampingmu ada orang yang dapat menghalangi atau mempercepat amalmu masuk surga…
Ibumu adalah orang yang dapat menghalangimu untuk masuk surga, atau mempercepat amalmu masuk surga… Bukankah ridloku adalah keridloan Alloh?! Dan bukankan murkaku adalah kemurkaan Alloh?!
 
Anakku…
Aku takut, engkaulah yang dimaksud oleh Nabi Muhammad -shollallohu alaihi wasallam- di dalam haditsnya:
 
رغم أنفه ثم رغم أنفه ثم رغم أنفه قيل من يا رسول الله قال من أدرك والديه عند الكبر أحدهما أو كليهما ثم لم يدخل الجنة (رواه مسلم)
 
Celakalah seseorang, celakalah seseorang, dan celakalah seseorang! Ada yang bertanya: Siapakah dia wahai Rosululloh? Beliau menjawab: Dialah orang yang mendapati orang tuanya saat tua, salah satu darinya atau keduanya, akan tetapi tidak membuat dia masuk surga. (HR. Muslim 2551)
 
Celakalah seorang anak, jika ia mendapatkan kedua orang tuanya, hidup bersamanya, berteman dengannya, melihat wajahnya, akan tetapi tidak memasukkan dia ke surga.
 
Anakku…
Aku tidak akan angkat keluhan ini ke langit, aku tidak akan adukan duka ini kepada Alloh, karena jika seandainya keluhan ini telah membumbung menembus awan, melewati pintu-pintu langit, maka akan menimpamu kebinasaan dan kesengsaraan, yang tidak ada obatnya dan tidak ada tabib yang dapat menyembuhkannya…
 
Aku tidak akan melakukannya wahai anakku… tidak… bagaimana aku akan melakukannya, sedangkan engkau adalah jantung hatiku… bagaimana ibu ini kuat menengadahkan tangannya ke langit, sedangkan engkau adalah pelipur lara hatiku… bagaimana ibu tega melihatmu merana terkena doa mustajab, padahal engkau bagiku adalah kebahagiaan hidupku…
 
Bangunlah nak… bangunlah… bangkitlah nak… bangkitlah… uban-uban sudah mulai merambat di kepalamu. Akan berlalu masa, sehingga engkau akan menjadi tua pula.
 
الجزاء من جنس العمل

Sebagaimana engkau akan berbuat, seperti itu pula orang akan berbuat kepadamu.
 
الجزاء من جنس العمل
 
Ganjaran itu sesuai dengan amal yang engkau telah tanamkan. Engkau akan memetik sesuai dengan apa yang engkau tanam.
Aku tidak ingin engkau menulis surat ini… aku tidak ingin engkau menulis surat yang sama, dengan air matamu kepada anak-anakmu, sebagaimana aku telah menulisnya kepadamu.
 
Wahai anakmu…
bertakwalah kepada Alloh… takutlah engkau kepada Alloh… berbaktilah kepada ibumu… peganglah kakinya, sesungguhnya surga berada di kakinya… basuhlah air matanya, balurlah kesedihannya… kencangkan tulang ringkihnya… dan kokohkan badannya yang telah lapuk…

Anakku…
setelah engkau membaca surat ini, terserah padamu. Apakah engkau sadar dan engkau akan kembali, atau engkau akan merobeknya.
Wa shollallohu ala nabiyyina muhammadin wa ala alihi wa shohbihi wa sallam.
Dari Ibumu yang merana.

(Disadur dari kajian Ustadz Armen -rohimahulloh- dan akan disambung dengan jawaban si anak kepada sang ibu)

www.addariny.wordpress.com
gambar: http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:TLFXBoyA1ilAHM