Selasa, 05 Maret 2019

Manajemen dapur


Kalau ditanya, pekerjaan apa yang cukup menyibukkan dan memakan waktu di antara pekerjaan rumah tangga yang lain?? Jawabku ada dua yakni hal-hal yang berurusan dengan dapur dan pakaian.
Yup, pertama dapur dan segala embel-embelnya, memasak, mencuci piring, dan merapikan dapur. 

Kedua, hal-hal yang berhubungan dengan pakaian, memilah pakaian kotor, mencuci, menjemur, melipat dan menyetrika. Baru dipikir sudah capek duluan... hahaha.

Tapi kita harus realistis, pekerjaan ini tak bisa terhindarkan bagi para ibu-ibu rumah tangga, kecuali kalau memiliki asisten rumah tangga. Namun saya memilih untuk mengerjakan semuanya tanpa bantuan art dengan beberapa pertimbangan, kalaupun kalau ada yang didelegasikan yaa... didelegasikan ke anggota rumah tangga yang lain. Cukup.

Di postingan kali ini saya hanya akan membahas tentang salah satu yang menjadi bagian dari point pertama, yakni urusan masak memasak. Untuk yang kedua mungkin suatu saat nanti, saat saya sudah mendapatkan jalan keluar terbaik dan  tersistimatis, tsaaah... Sayangnya sampai saat ini masih trial dan error. Masih belum dapat solusi yang pas, masih sering kewalahan dengan urusan pakaian ini -_-.

Nah, untuk urusan masak memasak, alhamdulillah, selama 3 bulan terakhir ini seolah mendapat angin segar. Dulunya, kegiatan di dapur setiap harinya memakan waktu lama, mulai dari memasak nasi, memotong sayuran, menyiangi dan memotong ikan, dan lainnya. Terutama jika menyiapkan masakan berbumbu, memulainya saja sudah terbayang repotnya hehe...

Namun sekarang, dengan membuat manajemen dapur sendiri melalui beberapa informasi, alhamdulillah waktu di dapur semakin singkat dan semakin menikmati, masakan berbumbu sudah tidak menjadi pikiran... tinggal plung...plung... selesai...

Sebenarnya insiprasi mengatur manajemen dapur saya dapatkan dari kuliah ibu profesional beberapa tahun yang lalu mengenai manajemen menu 10 hari. Memang selama ini sudah diterapkan sedikit demi sedikit sesuai dengan kondisi pribadi namun tetap juga kadang kewalahan dan belum konsisten.
Berikut beberapa point yang saya terapkan :

Menanak nasi

Seperti kebanyakan ibu yang lain, saya pengguna rice cooker dalam menanak nasi. Namun kendalanya kadang waktu yang digunakan cukup lama hingga matangnya. Tidak efektif kalau lagi buru-buru hehe. Dulu, agar matangnya lebih cepat biasanya saya didihkan dulu di atas kompor, tapi resikonya bisa gosong klo lalai, terutama di bagian bawahnya. Jadi, bukan solusi terbaik.

Ramadhan baru-baru ini, saya terinspirasi dengan status seorang teman facebook, yang agak kesiangan bangun sahur padahal belum masak nasi. Akhirnya dia menempuh cara yang menurut saya sangat efektif untuk mempercepat proses menanak nasi, yakni mendidihkan air yang digunakan untuk menanak nasi terlebih dahulu. Alhasil, proses memasak yang biasanya sampai sejam dipersingkat menjadi kurang lebih 15 menit saja. Efektif bukan? Sampai sekarang, klo menanak nasi menggunakan cara ini.

Memasak sayur dan lauk

Selama ini yang cukup memakan waktu adalah tahap persiapannya, oleh karena itu butuh manajemen yang baik agar waktu memasak lebih efektif. Untuk tahapan ini, saya lebih memilih untuk repot di awal.

Waktu ke pasar untuk keluarga saya yaitu pada saat hari libur, maklum selama ini masih bergantung dengan suami untuk mengantarkan ke pasar. Jadi waktu ke pasar yaitu pada saat dia memiliki waktu luang, dan itu hanya pada hari libur.

Jadi saya memilih untuk repot sekali dalam sepekan. Setelah balik dari pasar, tentu banyak belanjaan kan ya. Ikan, sayur dan lainnya. Nah untuk ini ada tahapannya, yuk disimak

Tahap pertama, saya memilih untuk mengerjakan ikan dan teman-temannya terlebih dahulu. Biasanya di pasar, saya meminta tolong penjual ikannya untuk membantu menyisik dan memotong ikan yang cukup sulit untuk di potong dan disisik. Jadi, di rumah cukup membersihkan ikan dan teman-temannya, dan menaruh dalam wadah plastik sesuai jenisnya lalu dimasukkan ke dalam freezer
Tahap kedua
Memotong sayur, terutama sayur yang berdaun. Semua sudah selesai disiangi dan ditempatkan di wadah plastik yang berbeda sesuai jenis sayurannya. begitu juga dengan tahu, sudah diiris terlebih dahulu lalu ditempatkan dalam wadah palstik lalu dimasukkan dan ditata dalam kulkas.
Menyimpannya dalam keadaan kering alias belum dicuci. Dicuci saat akan dimasak saja. Setidaknya mencegah sayuran cepat membusuk.
Untuk tomat, cabe dan semacamnya yang belum diolah, biasanya saya juga tempatkan di wadah yang sebelumnya dialasi tisu terlebih dahulu.

Tahap ketiga

Membuat bumbu dasar merah, putih, dan sambel.
Menurutku, membuat bumbu adalah proses yang paling memakan waktu lama. Mengupas bawang, mengiris cabe, memblender dst. Jadi, agar prosesnya lebih cepat biasanya di pasar saya memilih untuk membeli bawang merah dan bawang putih kupas sesuai kebutuhan, tidak lupa juga membeli yang utuh tentunya karena kadang butuh yang fresh.

Bumbu dasar merah ala saya, sederhana saja. Cukup kombinasi bawang merah, bawang putih, dan cabe merah. Tumis hingga matang dan layak untuk disimpan dalam jangka waktu beberapa hari, paling minimal sepekan.

Bumbu dasar putih juga sederhana, cukup dengan memblender bawang merah dan putih, dengan komposisi bawang putih lebih banyak dari bawang merah dan ditumis bersama merica. Selesai.

Untuk Sambel, cukup memblender lombok kecil dan kemiri dengan sedikit tomat, lalu ditumis dan disimpan dalam kulkas. Kalau butuh sambel tumis, cukup menambahkan tomat, irisan bawang, dan gula garam. Selesai.

Silahkan dikembangkan berdasarkan selera masing-masing. Kalau saya ingin bumbu yang lebih komplit, tinggal menambahkan bumbu dasar tersebut dengan bumbu lainnya misalnya geprekan sereh, lengkuas, jahe, dsb. Apalagi sekarang sudah lebih banyak bumbu dalam bentuk bubuk misalnya ketumbar bubuk. Alhamdulillah semakin membantu.

Dengan konsisten menerapkan 3 tahapan tersebut, alhamdulillah waktu di dapur semakin efektif, kulkas juga semakin tertata rapi, tidak semrawut dan mudah dibersihkan. Proses memasak tinggal plung-plung, yang dulunya memasak bisa sampai sejam. Sekarang dengan 15 menit sudah bisa terhidang. Memasak masakan berbumbu, tidak lagi menjadi masalah.
Untuk menu, masih suka-suka.


Semoga postingan ini bermanfaat. Sekedar berbagi ^_^

Paser, 6 Maret 2019

Sayur yang telah dipotong-potong ditaruh dalam wadah plastik

Kulkas kelihatan lebih tertata rapi

Siap mengolah bumbu

stok freezer, ikan dan teman-temannya yang sudah dipotong-potong




Manajemen kresek


Apa saya saja yang berpikiran manajemen kresek itu penting??

Bagi seorang ibu rumah tangga, berinteraksi dengan yang namanya kantung plastik (kresek) itu sangat sering kan ya, terutama setelah berbelanja. Mulai dari ukuran yang kecil hingga yang paling besar.

Terus terang selama ini kepikiran, melihat kresek yang bertambah setiap waktu. Walapun kita sudah berusaha menguranginya, tetap saja bertambah -_-.

Disimpan di wadah tertentu agar lebih rapi, tapi saat dibutuhkan, dibongkar lagi untuk mencari ukuran yang sesuai. Akhirnya berantakan kembali. Begitu seterusnya.

Sebenarnya sudah dari duluuuuuuu ingin mengatur kresek-kresek ini, ada sih salah satu cara menyimpan kresek yang beredar di sosmed yakni dengan menaruhnya dalam wadah seperti tempat tisu dan klo dibutuhkan tinggal menariknya selayaknya selembar tisu. Pernah dicoba, tapi kekuarangannya, kresek-kresek itu menjadi tidak rapi kelihatannya. Padahal kan, lebih nyaman menggunakan kresek yang lebih rapi. Itu menurut saya loh ya.

Salah satu cara agar dia rapi menurut saya yaitu melipatnya dengan rapi. Kurang kerjaan banget ya, pakaian yang bertumpuk masih menjadi pikiran, ini kresek segala yang mau dilipat rapi hahaha...

Akhirnya, saya mencoba meluangkan satu waktu untuk menangani kresek-kresek ini, walau pekerjaan rumah sedikit terbengkalai. Lagian tidak setiap hari juga urusan kresek ini.

Tahapan pertama yang kulakukan adalah menyusun lembaran-lembaran kresek ini sesuai ukurannya sebelum melipatnya.

Tahapan kedua, melipat kresek-kresek tersebut dengan cara tertentu hingga tidak mudah terbongkar lipatannya (cara ini terinspirasi dari mertua).

Tahap terakhir yakni menaruh kresek tersebut di wadah berbeda sesuai klasifikasi ukurannya. Saya membaginya menjadi size XS, S, M, L dan XL (kayak size pakaian saja hehe).




Walaupun sangat melelahkan saudara-saudara, karena kresek ini lumayan banyak. Namun setelahnya, saya sangat lega. Tidak lagi melihat kresek yang bertumpuk yang menurut saya sangat merusak pemandangan, tidak lagi membuka lipatan kresek untuk mencari ukuran yang diinginkan karena semua sudah diklasifikasikan sesuai ukuran. Dan yang lebih penting, setelah itu saya lebih memeperhatikan masalah kresek, kresek baru segera dilipat dan tidak dibiarkan begitu saja (kebayang kalau harus mengatur tumpukan kresek lagi). Kresek yang sekiranya masih bisa digunakan dan agak kotor seperti bekas sayuran dicuci terlebih dahulu kemudian dijemur untuk dikeringkan (terinspirasi dari kakak ipar ^_^).

Repot? Nggak kok. Coba deh tips sederhana ini. Atau ada cara yang lebih efektif? Sharing yuk!

Update :

Alhamdulillah sekarang sudah mulai mengurangi penggunaan kresek, seiring dengan kampanye mengurangi sampah plasti dimana-mana. Ke pasar menggunakan keranjang belanja sendiri dan berusaha menggunakan kresek bekas jika diperlukan.

Ke minimarket juga berusaha membawa kantung kain sendiri, begitupula jika ingin membeli makanan jadi. Sebisa mungkin menggunakan wadah sendiri. Kecuali lupa membawa dari rumah -_-
Belum maksimal sebenarnya, tetapi setidaknya sudah mulai mengurangi sedikit demi sedikit.

Paser, 6 Maret 2019