Kamis, 25 September 2014

Rich Kids, Belajar Kaya Sejak Dini


Judul Buku : RICH KIDS
Penulis       : Irawati Istadi, Ahmad Gozali
Penerbit     : Pustaka Inti
Cetakan     : Pertama, Februari 2008
ISBN         : 979-3751-49-45
Ketebalan   : 162 halaman
Ukuran       : 14x20 cm
                                 
Buku ini merupakan kolaborasi antara dua orang penulis. Penulis pertama adalah ibu Irawati istadi, seorang penulis sekaligus aktivis pendidikan anak yang menelorkan beberapa buku-buku parenting best seller. Saya juga memiliki salah satu bukunya yakni “Melipatgandakan Kecerdasan Emosi Anak”.

Penulis kedua adalah bapak Ahmad Gozali, seorang pakar perencana keuangan, termasuk mengenai perencenaan keuangan keluarga. Sebuah kolaborasi yang apik untuk sebuah buku yang berbicara tentang masalah keuangan keluarga yang fokus pada pendidikan finansial untuk anak. Bagaiamana pendidikan finansial dibelajarkan sesuai dengan psikologi mereka sebagai anak-anak.

Mengapa usia dini??
Karena pada usia inilah anak mengalami proses pembentukan tercepat dan terbesar, sehingga apa saja yang masuk ke dalam otak akan melekat menjadi batu bata dasar pola pikir mereka hingga dewasa kelak. Jika mereka belajar mengenai konsep-konsep keuangan sejak balita maka hingga dewasa, konsep ini tetap akan tertancap dalam bawah sadar mereka. Orang tua tinggal mengembangkan dan memperkaya pembelajaran disesuaikan dengan perkembangan usianya. (hal.12)

Buku ini sekaligus mematahkan persepsi sebagian orang tua, dulu saya salah satunya, bahwa tidak perlu terlalu cepat mengenalkan uang pada anak. Padahal, pendidikan finansial perlu ditanamkan sejak dini, sebagaimana kutipan dalam buku ini “Jika kecerdasan finansial diajarkan sejak kecil, otak anak akan terbiasa mengambil kebijakan dalam hal finansial dengan baik. Otak kiri diperlukan untuk menghitung perkiraan keuntungan. Sementara otak kanan ditugaskan berpikir kreatif mengupayakan cara mendapatkan keuntungan finansial tersebut”. (hal.14)

Di awal buku ini, kita dihantar untuk memahami konsep dari kecerdasan finansial dengan sebuah ilustrasi yang bermuara pada pemahaman bahwa kecerdasan finansial tidak melulu tentang perhitungan untung dan rugi, tapi lebih pada bagaimana membuat kebijakan-kebijakan keuangan yang menyangkut sisi-sisi lain dalam kehidupan sehari-hari.

Dan satu hal bahwa kecerdasan finansial tidak selalu sebanding dengan kecerdasan intelektual seseorang. Tidak setiap sarjana atau profesor sekalipun akan sekaligus pandai mengelola keuangan. Sebaliknya, belum tentu orang yang hanya memahami operasi tambah-kurang-kali-bagi saja lantas tak bisa mengelola keuangan.

Dalam buku ini juga disebutkan bahwa pengenalan mengenai finansial dibelajarkan mulai usia 2 tahun secara bertahap :
1.       Pengenalan mengenai fungsi uang sebagai alat tukar
2.       Pemanfaatan uang, dimana si anak harus mampu memanfaatkan uang yang ada dengan efektif
3.  Pembelajaran dalam menentukan pilihan yang sesuai dengan prioritas kebutuhan, memilah antara kebutuhan atau sekedar keinginan
4.       Pembelajaran tentang upaya mendapatkan tambahan uang

Dalam membelajarkan keempat tahapan tersebut, dibarengi dengan pembelajaran kecerdasan emosi untuk anak.

Banyak hal yang kita bisa dapatkan dari buku ini, mulai dari pemahaman kondisi psikologis si anak, bagaimana cara untuk melaksanakan tahapan pembelajaran finansial yang telah disebutkan, tips agar anak suka menabung, pengelolaan uang saku, melatih kepekaan sosial si anak bahwa sesungguhnya harta itu milik Allah,tips untuk meminimalkan “pengeluaran tak terencana” saat berbelanja dengan anak, dan banyak lagi yang lainnya…

Untuk masalah menabung, ada yang menarik. Biasakan si anak menyisihkan uang saku untuk ditabung sebelum berangkat ke sekolah atau sebelum membelanjakannya, bukan setelah pulang sekolah atau  ada sisa dari yang dibelanjakan. Hal ini untuk mengajarkan paradigma menabung yang benar, bahwa menabung bukan menyisakan uang, tapi mengalokasikan pengeluaran yang prioritas untuk kebutuhan di masa yang akan datang (hal.84)

Ini juga sebenarnya harus sudah dilakukan oleh para orang tua, yakni menyisihkan terlebih dahulu alokasi untuk tabungan sebelum membelanjakannya untuk kebutuhan rumah tangga. Bagaimana dengan anggaran keuangan bunda sekalian di rumah, apa sudah demikian?

Akhirnya, buku ini ditutup dengan perlunya merekayasa pendidikan finansial, bahwa perlu ada suasana pendidikan yang sengaja dibangun agar anak mendapatkan pembelajaran terbaik, walaupun  itu mengharuskan mereka sedikit mengalami kesusahan dan kesengsaraan. Anak perlu merasakan beratnya mencari uang, jika ingin menumbuhkan rasa penghargaan mereka terhadap uang. Maka, walaupun orang tua memiliki uang berlimpah, tidak berarti bisa diminta oleh anak kapan saja dan dimanapun mereka inginkan. Jika perlu, beri batasan-batasan, seperti hanya diizinkan membeli mainan sebulan sekali, hanya diberi uang saku yang terbatas agar anak memiliki kemampuan mengelola uang dan menentukan prioritas kebutuhan. (hal.154)

Dan, saya sampai pada kesimpulan bahwa buku ini sangat direkomendasikan bagi orangtua yang ingin memberikan pendidikan finansial sejak dini untuk anak. Bahasa yang digunakan sederhana dan sangat mudah dipahami untuk diterapkan.

Satu hal yang  perlu digaris bawahi dalam hal ini.
Pertama, DISIPLIN… konsisten terhadap pendidikan finansial yang diberikan
Kedua, KETELADANAN, ada pepatah “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Akan terasa janggal jika kita memberikan pengarahan terhadap anak tentang kecerdasan finansial, sementara kita tidak terlihat memiliiki kecerdasan finansial tersebut. Hal ini juga terangkum dalam pembahasan “Mengoreksi Kesalahan Orang Tua” dalam buku ini. (hal.143)

Tidak ada kekurangan yang berarti dalam buku ini, itu mungkin karena saya sangat menikmati isi buku yang disajikan. Masalah EYD, saya sendiri masih banyak kekurangan dalam hal in ^_^
Hanya satu kesalahan yang jelas terlihat yakni pada kalimat terakhir pada pembahasan buku ini.
“Insya Allah, anak akan tumbuh menjadi anak yang”(hal.154)
Sangat jelas kalimatnya terpotong bukan? Tapi saya berpikir hal ini merupakan kesalahan cetak saja. Tapi insya Allah bisa diperbaiki untuk cetakan selanjutnya.








Rabu, 24 September 2014

Serba-serbi bulan Dzulhijjah

sumber: www.purwoudiutomo.com
Dalam penanggalan hijriyah, ada beberapa bulan yang memiliki keutamaan dibandingkan dengan bulan-bulan hijriyah, diantaranya bulan Dzulhijjah.
Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu dari bulan-bulan haram yang di dalamnya Allah mengharamkan untuk berperang, kecuali dalam keadaan membela diri dan terdesak. Bulan-bulan lainnya yang termasuk bulan-bulan haram adalah Muharram, Rajab dan Dzulqa’dah,

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda;
Setahun ada 12 bulan, di antaranya terdapat 4 bulan haram: tiga bulan berurutan yaitu adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharam, dan (satu bulan sendiri yaitu) Rajab Mudhar yang berada di antara bulan Jumadil (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari No. 3025 dan Muslim no. 3179)

Alhamdulillah mulai Rabu kemarin kita sudah memasuki bulan Dzulhijjah, bulan yang digambarkan dalam beberapa dalil, baik dari Al-Qur’an maupun hadits, memiliki keutamaan terutama pada 10 hari pertama.


Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. (Q.S Al Hajj:28)

Berkata Ibnu Abbas pada kalimat "supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang ditentukan", yang dimaksud adalah 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah..                                                                                                       
Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Tidak ada hari dimana amal shalil pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Mereka bertanya:”Tidak juga jihad fii sabiilillah?. Beliau menjawab : “ Tidak juga jihad fisabilillah, kecuali orang yang pergi (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun” (HR. Bukhari)

Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Baari berkata : “Sebab yang tampak dari keistimewaan sepuluh hari pertama Dzulhijjah adalah karena pada waktu tersebut berkumpul ibadah-ibadah yang agung. Yaitu shalat, puasa, shadaqah dan haji.

Nah, tentunya kita sebagai umat Islam tidak ingin melewatkan keutamaan-keutamaan tersebut, apa yang seharusnya kita lakukan untuk meraihnya??

1. Berpuasa pada 9 hari pertama


Berpuasa adalah salah satu amalan yang disyariatkan pada 9 hari pertama di bulan Dzulhijjah terutama pada hari Arafah yang jatuhnya pada tanggal 9 Dzulhijjah, hari dimana Allah memerintahkan kepada jama’ah haji untuk wuquf di arafah.

“Dahulu Nabi shallallahu’alaihi wasallam berpuasa di sembilan hari pertama bulan dzulhijjah, hari ‘Asyura, tiga hari setiap bulan” (HR. An Nasa’i, Abu Daud, Ahmad, dan disahihkan Al-Albani)

Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu” (HR. Muslim no. 1162

Dan juga hadits dari Aisyah radhiyallaahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:

Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arofah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?”(HR. Muslim no. 1348).

2. Memperbanyak takbir


Sebagian besar kita mungkin hanya mengetahui bahwa takbir dikumandangkan pada hari Idul Adha sebagaimana lazimnya, tapi ternyata takbir di sini disunnahkan sejak 1 Dzulhijjah hingga tanggal 13 Dzulhijjah

Yang menjadi dalil dalam hal ini adalah hadits dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Tidak ada amal yang dilakukan di hari yang lebih agung dan lebih dicintai Allah melebihi amal yang dilakukan pada tanggal 1 – 10 Dzulhijjah. Oleh karena itu, perbanyaklah membaca tahlil, takbir, dan tahmid pada hari itu.” (HR. Ahmad dan Sanadnya dishahihkan Syekh Ahmad Syakir).

3. Memperbanyak amal shalih


Sebagaimana dalil sebelumnya yang menunjukkan bahwa beramal shalih pada 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah lebih utama dibanding jihad fisabilillah.

4. Shalat Idul Adha


Hadits dari anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
Bahwa ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, masyarakat Madinah memiliki dua hari yang mereka rayakan dengan bermain. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Dua hari apakah ini?” Mereka menjawab, “Kami merayakannya dengan bermain di dua hari ini ketika zaman jahiliyah. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah memberikan ganti kepada kalian dengan dua hari yang lebih baik: Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR. An-Nasa’i, Abu Daud, Ahmad, dan disahihkan al-Albani).

5. Menyembelih hewan kurban


“Siapa yang memililki kelapangan namun dia tidak berkurban maka jangan mendekat ke masjid kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah. Dihasankan Al-Albani)

Dalam hal ini ada yang harus diperhatikan sebelum menyembelih kurban, bahwa adanya pelarangan memotong rambut dan kuku sejak tanggal 1 Dzulhijjah hingga kurbannya disembelih., berdasarkan hadits dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam

“Barangsiapa yang memiliki hewan yang hendak dia sembelih (di hari raya), jika sudah masuk tanggal 1 Dzulhijjah maka janganlah dia memotong rambutnya dan kukunya sedikitpun, sampai dia menyembelih hewan kurbannya.” (HR. Muslim).

Hal ini berlaku untuk siapa??
Larangan di atas hanya berlaku bagi pengkurba saja.
Apabila yang berkurban adalah kepala keluarga, maka larangan  tidak terkena pada isteri dan anaknya.
Lain halnya jika masing-masing anggota keluarga turut berkurban. Maka larangan berlaku bagi tiap individu yang berkurban.

Semoga bermanfaat,
Dan semoga dengan adanya artikel ini semakin memotivasi kita untuk memaksimalkan amalan di bulan Dzulhijjah ini. Karena segala sesuatu butuh ilmu… J

Sumber:





Selasa, 23 September 2014

Hikmah begadang si kecil

Si pelaku begadang :D
Akhir-akhir ini ada kebiasaan baru si kecil. Bermain sepuasnya sebelum tidur. Walau kita berusaha menidurkannya di jam yang tepat, kalau belum ngantuk tetap saja dia main.
Padahal kami sudah berusaha mematikan lampu dengan harapan segera tidur, tapi sia-sia, main tetap berlanjut hehe..
Yang menjadi masalah,  kalau dia main, saya juga diajak main, jadinya sama-sama tidak bisa tidur :(
Akhirnya saya berkeputusan untuk tidur pada saat dia mengajak tidur.

Namun, selalu ada hikmah dibalik setiap kejadian..
Dengan begadang si kecil, saya mencoba mencari kesibukan pada saat menemani si kecil bermain, dan memilih untuk mengisi waktu dengan membaca buku. Syukur-syukur jika berhasil menyelesaikan sebuah buku :)

Membaca memang merupakan hobi menyenangkan untukku sejak dulu, tapi entah kapan rasanya sudah sangat sulit untuk menyelesaikan membaca satu buah buku saja. Mungkin waktu lebih banyak tersita dengan anak-anak dan pekerjaan rumah tangga, dan satu lagi "gadget", tak dapat dipungkiri termasuk salah satu yang menyita perhatianku...

Namun alhamdulillah Allah mempertemukanku dengan moment ini, senaaang rasanya...  Pikiran lebih konsentrasi tanpa ada gangguan karena yang lain sudah pada terlelap. Si bungsuku juga sedang asyik bermain sendiri, saya hanya cukup menemani di sampingnya.

Selain membaca, saya memilih untuk menuliskan ide-ide tulisan di dalam sebuah buku walau hanya berupa point-point...tapi setidaknya sudah tertuang dalam tulisan, sisa membacanya ulang saat ingin menjadikannya tulisan utuh.

Walau menyenangkan, tentu kebiasaan begadang si kecil ini tidak cukup baik untuk kesehatannya.  Saya tetap berusaha mencari cara bagaimana agar pola tidurnya teratur seperti sediakala....
Untuk sementara menikmati dulu apa yang ada :)

Renungan siang...menulislah...

Setelah sekian lama, akhirnya ingin menulis kembali. Terpicu dari sebuah buku karangan ibu Indari Mastuti yang nyentil banget. “Ternyata menulis itu gampang”
Kesimpulan intinya adalah jika ingin ahli dalam menulis, resep dasarnya hanya satu yakni MENULISLAH. Bahwa penulis popular yang ada saat ini, sebut saja Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, bahkan mbak Indari Mastuti pun, semua tidak didapatkannya dengan cara instan… ada proses panjang dibaliknya, ada latihan panjang yang mereka lakukan sehingga menjadi seperti saat ini.

Saya sadar bahwa saya memang seorang penulis pemula yang kebanyakan mikirnya dulu sebelum menulis..hehe.. akhirnya tulisan yang diinginkan tak kunjung jadi, padahal sadar euy… dikau adalah penulis pemula (*nunjuk diri sendiri)… yang mesti kau lakukan saat ini hanyalah melatih dirimu dalam menulis…

Menulislah, ummu abdillah… mudah-mudahan suatu saat engkau bisa menelorkan sebuah tulisan yang bermanfaat untuk orang banyak terutama buat agamamu.
Sering merasa teriris, melihat begitu banyak orang yang berhasil memindahkan pemikiran nyelenehnya ke orang lain dengan  lewat tulisan… hanya mungkin dia memiliki kata-kata yang indah dan membuat orang banyak terhipnotis untuk membacanya dan sedikit demi sedikit memiliki pola pikir yang mendekati pola pikir si penulis. Walau saat membacanya, hati ini teriak “No.. ini tidak benar!!!..” tapi saya tidak dapat berbuat selain menggeleng tanpa bisa berbuat lebih jauh… ingin menulis tentang ini, masih sangat sadar kemampuan saya masih sebatas apa?? Dan keberanian masih sebatas mana??

Yah, saya pernah membaca, kita itu apa yang kita baca… apa bacaanmu bisa memberikan warna dalam hidupmu begitu juga dengan tulisanmu. Maka, tetap…perhatikan bacaanmu!! Jangan sampai bacaan itu merusakmu, bacalah yang bermanfaat untuk hidupmu terutama untuk agamamu.

Tulisan ini mungkin melompat-lompat, seperti melompat-lompatnya pikiranku saat ini.
Ide itu banyak, terkadang ide itu muncul tiba-tiba, tersusun baik di pikiran…tapi sayang selalu kandas saat ingin menuangkannya dalam bentuk tulisan.

Alhamdulillah saat ini mencoba belajar menuliskan sesuatu yang berkelebat di pikiran di dalam sebuah buku, walau mungkin entah kapan menjadi sebuah tulisan utuh, setidaknya bentuk ikhtiar…saat luapan keinginan untuk menulis itu ada.


Tidak ada kata terlambat meski itu baru berawal dari hari ini…