Jumat, 28 Februari 2014

Teriris pisau

Biasanya, kalau saya mendapati anak-anakku memegang benda-benda tajam (pisau, gunting, jarum, peniti, dsb) pasti akan berkata, “Hati-hati ya nak”…sambil berusaha mengambil benda tersebut dari mereka.

Kemarin pagi, saat lagi sibuk di dapur mengiris-iris sayur tiba-tiba tanpa sengaja jariku ikut teriris. Spontan saya menyebut, “Astaghfirullah”
Anak-anak yang sementara bermain-main jadi mendekat melihat darah yang mulai keluar dari bekas irisan tadi…

Abdullah bertanya, “Kenapa ummi?”
“Teriris pisau, nak” jawabku sambil berusaha membersihkan sisa-sisa darah yang ada di jariku.
Setelah nampak darahnya berhenti mengalir, saya kembali mengiris sayuran.

Tiba-tiba Abdullah berkata, “Hati-hati ummi”… Saya tersenyum, dia mencontek kata-kataku ^_^
“Iya nak, makanya ummi selalu bilang hati-hati sama Abdullah kalau megang pisau, gunting…karena kalau tidak hati-hati bisa berdarah kayak ummi nih” Abdullah menyimak dengan serius…

Minimal dari kejadian ini, saya bisa memberikan contoh bahayanya memegang benda-benda tajam kalau kurang hati-hati pada mereka.

Manfaatkan kejadian sekecil apapun untuk memberikan pelajaran hidup bagi mereka

sumber gambar http://sidomi.com/wp-content/uploads/2011/10/mengiris-sayuran.jpg

Yuk.. mengenal warna.. (hijau)

Gimana.. udah jago mengenal warna merah dan biru?
Abdullah aja sekali ajar langsung hapal.. Padahal dulunya masih ketuker-tuker. Merah dibilang kuninglah, birulah..

Nah.. sekarang kalau udah lancar kita pindah ya..

Sekarang kita mengenal warna hijau, tapi tetap dengan menyertakan warna sebelumnya..


Untuk para bunda..jangan mengajarkan yang ini dulu ya..sebelum warna sebelumnya belum dikuasai karena bisa-bisa targetnya nggak tercapai.

Bagi yang ingin mendownload, silahkan klik di sini..

Seperti biasa, bisa dibuat sebagai buku atau sebagai flas card, ataupun diajarkan dalam bentuk file pdf.

Mengapa anak berbohong?

berbohong
Berbohong adalah berbicara yang tidak sebenarnya dan dilakukan dengan sengaja, bertujuan untuk memperdayakan orang lain.
Seorang ibu rumah tangga, mempunyai anak yang bru berusia 8 tahun dan sedang duduk di kelas 2 SD. Si ibu merasa sering putus asa mengasuh putranya ini, katakanlah bernama Andi, karena sering berbohong kepada ibunya. Andi seringkali mengatakan yang tidak sebenarnya kepada ibunya.

Andi mengatakan ke timur, tapi kenyataanya dalam tindakannya dia berbuat ke barat. Sebagai akibat dari perbuatannya ini, dia sering mendapat cubitan atau tamparan dari ibunya. Namun, ternyata hal itu tidak membuatnya jera, bahkan intensitas kebohongannya semakin hari grafiknya semakin meningkat.

Pada suatu hari, sepulang dari pasar, ibu Andi menaruh belanjaannya di meja termasuk kue-kue yang disediakan untuk ayahanya..Andi sempat melihatnya.

Setelah melihat ke kiri dan ke kanan serta menngok ke belakang, tidak ada yg lalu lalang, segera diambilnya kue itu dan dilahap. Tidak terpikirkan olehnya untuk siapa sebenarnya kue-kue itu.
Setelah kue tersebut dilahap, ibu Andi datang dan dilihatnya bahwa ada beberapa kue yang hilang. Dia berpaling pada anaknya, bekas kue di bibrnya masih berbekas. Sebagaimana maling yang tertangkap basah, Andi menundukkan kepalanya.

“Andi! Siapa yang mengambil kue-kue dari atas meja?

“Tidak tahum bu, “ Jawab Andi singkat

“Berani kamu berbohong lagi pada ibu ya!”

“Sungguh-sungguh Andi tidak tahu bu.”

“Di rumah ini tidak ada orang lain selain kamu, adik dan ayahmu kan pergi bersama-sama ke kampung melihat nenekmu, siapa lagi kalau bukan kamu yang melahapnya.”

Andi tidak dapat menjawab lagi segala bentuk omelan ibunya, kepalanya semakin memnunduk. Dengan situasi yang demikian, ibunya merasa jengkel, dan selanjutnya mencubit paha Andi. Dasar Andi memiliki otak encer, dia langsung menangis meraung-raung. Sebab berdasarkan pengalamannya dengan menangis meraung-raung, ibunya akan segera menyelesaikan cubitannya. Dan seperti biasa, si ibu sebelum mengakhiri cubitannya akan berkata, “Awas kalau berani sekali lagi berbohong.

Berdasarkan ilustrasi di atas, setiap kebohongan yang dilakukan oleh anak sangat menjengkelkan. Apalagi bukti kebohongannya terlihat jelas.

Mengapa anak berbohong? Mungkin saja anak itu berbohong disebabkan karena orang tua seringkali mencegah si anak untuk menceritakan kejadian atau masalah yang benar. Misalnya Fitri, secara terus terang dia mengatakan bahwa dia memmbenci adiknya, dengan mendengar ucapan ini Fitri langsung saja mendapat cubitan di pahanya. Pada kesempatan Fitri marah lagi dengan adiknya, ibunya datang, hati Fitri masih marah, namun di hadapan ibunya Fitri toh berkata bahwa dia sayang adiknya.
Mendengar ucapan anaknya, si ibu langsung merangkul Fitri dengan mencium dan mengelusnya.

Dari contoh ini disimpulkan, bahwa berbicara benar membuat seoranga anak kesakitan, sedangkan berbicara bohong mendatangkan sesuatu yang menyenangkan. Pengalaman mengajarkan kepada seorang anak bahwa ibu mencinti anaknya yang berbohong.. Hal yang semacam inilah yang sering menyebabkan para ibu mengeluh karena anaknya sering berbohong.

Para ibu sering menyalahkan anakanya yang selalu berbicara bohong.
Dia tidak sadar bahwa anak-anakberbicara bohong tersebut karena didikannya sendiri.

Berbohong meliputi 3 faktor:
  • berbicara yang tidak sebenarnya,
  • dilakukan dengan sengaja,
  • bertujuan memperdayakan orang lain.
Bila orang tua menghendaki anaknya jujur, maka orang tua harus bersedia mengajarkan kebenaran yang manis ataupu pahit, yang baik maupun yang buruk yang diungkapkan oleh anaknya.

Janganlah membuat anak-anak takut untuk mengungkapkan isi hatinya, entah itu isi hati itu baik, tak baik, ataupun netral.

Anak memperhatikan reaksi orang tua terhadap pengungkapan perasaan-perasaannya. Dengan reaksi-reaksi orang tua itulah yang mengajarkan pada si anak, apakah dia sebaiknya bersikap jujur atau sebaliknya.

Berbicara yang tidak sebenarnya juga adalah hasil belajar anak terhadap lingkungannya. Orangtua ataupun masyarakat adalah tempat anak belajar berbohong.

Jika orang tua  pada suatu saat menghukum seorang anak karena anaknya mengatakan yang sebenarnya atau kebenarannya, maka ia akan terdorong untuk berbohong sebagi tindakan pembelaan diri.

Pada dasarnya, manusia mempunyai kebutuhan untuk disayangi oleh sesamanya. Demikian pula anak-anak, kasih sayang dan perhatian orang lain khususnya orangtua sangat diharapkan.

Berbagai bentuk usaha anak untuk memperoleh perhatian mereka. Bentuk yang dipilihnya pun tergantung dari sikap orang tua terhadap tingkah lakunya.

Di dalam keluarga yang terlalu sibuk,sehingga tidak ada  waktu untuk memperhatikan anak-anaknya, ada kecenderungan untuk anak berbuat sesuatu untuk menarik perhatian orang tuanya, meskipun dalam bentuk hukuman. Jadi di sini anak menganggap, hukuman yang diberikan orang tuanya merupakan bentuk perhatian orang tua terhadapnya…

Beberapa macam latar belakang yang menyebabkan anak berbohong adalah merupakan bekal sementara bagi orang tua yang memiliki telinga yang tajam, bahwa kebohongan anak sebenarnya mengungkapkan hal-hal yang hendak disembunyikan si anak, oleh karena itu perlulah kirana bersikap lebih bijaksana terhadap berbagai kebohongan si anak.

Orang tua harus mendalami maknanya, tidak serta merta membantah kebohongan dengan memberikan hukuman. Dari berbagai kebohongan, orang tua akan memperoleh manfaat dan pengetahuan yang memadai mengenai tingkah laku anak-anaknya. Orang tua kemudian dapat menggunakan pengetahuan itu untuk membimbing dan membantu anak-anaknya..

Yuk.. Mengenal Warna.. (merah & biru)

Assalaamu ‘alaikum bunda..

Kali ini kita belajar mengenal WARNA, agar belajarnya lebih fokus.. kita mulai dulu dengan warna merah dan biru..

Sebenarnya, sudah lama saya ingin membuatnya, tapi karena sesuatu hal baru sekarang ini bisa terwujud.

Walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, saya harap bisa membantu kita untuk mengajarkannya kepada si kecil..
Ebook ini bisa kita ajarkan dalam bentuk, buku, flash card ataupun dalam bentuk file PDF ini saja..
Kalau ada yang ingin mendownload, silahkan di sini ya..
Selamat belajar..!!

Mengatur Uang Saku

uang saku
Uang saku bermanfaat untuk memberikan kepada si anak  pengalaman menggunakan uang untuk tujuan-tujuan tertentu yang dipilihnya sendiri dan atas tanggung jawabnya sendiri. Secara tidak langsung melatih kecerdasan finansial mereka.
Praktek pemberian uang saku kepada anak, berbeda dari keluarga yang satu dengan keluarga yang lainnya. Praktek yang paling umum yang dilaksanakan oleh setiap keluarga ialah memberikan setiap hari sebelum anak berangkat sekolah.

Mungkin saja ada sementara orang yang beranggapan bahwa uang saku diberikan kepada anak-anaknya sebagai suatu hadiah yang dapat dipermainkan oleh orang tua apabila anaknya menolak untuk melakukan perintahnya. Sebagian lagi berpikir bahwa uang saku dianggap sebagai gaji, yaitu upah karena anak telah membantunya atau memiliki tingkah laku yang baik dan pandai disekolah.

Anggapan seperti  ini adalah anggapan yang keliru. Uang saku bukanlah hadiah atau upah kepada si anak karena telah berkelakuan baik. Uang saku sebenarnya merupakan sarana mendidik anak. Uang saku bermanfaat untuk memberikan kepada si anak  pengalaman menggunakan uang untuk tujuan-tujuan tertentu yang dipilihnya sendiri dan atas tanggung jawabnya sendiri. Dengan itu anak belajar memikul tanggung jawab. 

Sebaiknya orang tua jangan terlalu ketat mengawasi penggunaan saku oleh si anak. Pengawasan yang terlalu ketat akan membatasi si anak untuk memilih sendiri atas tanggung jawab sendiri.

Dalam memberikan uang saku, yang perlu dilakukan orang tua adalah memberikan pedoman umum, untuk keperluan apa saja mereka mengharapkan uang itu digunakan. Apakah itu untuk angkot, jajan, alat sekolah atau yang lainnya.

Semakin meningkat usia si anak, jumlah uang sakunya dapat diperbesar sesuai kebutuhannya serta situasi dan kondisi ekonomi keluarga.

Penyelewengan dan penyalahgunaan uang saku bisa saja terjadi karena anak belum bisa memanfaatkan secara tepat guna, yaitu mengeluarkan uang terlalu cepat dan terlalu banyak . Apabila ini terjadi ,hendaknya dibicarakan face to face, denga suasana tenang dan terus terang.

Apabila penyelewengannya tidak bisa terbendung, maka sebaiknya orang tua menempuh kebijaksanaan lain misalnya dengan memberikan uang saku tidak sekaligus tapi sedikit demi sedikit.

Perlu diingat bahwa uang saku bukanlah alat untuk “memeras” atau “menekan” si anak agar mereka menurut segala perintah yang dikeluarkan orang tua.  Walaupun orang tua dalam keadaan marah, janganlah anda menahan uang saku anak anda atau karena sedang bahagia, anda menaikkan uang saku kepada anak.

Jika suatu saat anak-anak memprotes kepada anda bahwa uang sakunya terlalu sedikit, tidak sepadan dengan anak temannya misalnya, maka tindakan yang sebaiknya anda ambil adalah terus terang dengan penuh simpati  misalnya, “Ibu sebenarnya ingin membrikan kepada kamu uang saku lebih banyak, namun kondisi dompet kita sungguh-sungguh tidak mengizinkan”. Beda jika kita misalnya mengatakan, “Barang-barang apa saja yang engkau beli dengan uang sebanyak  itu?!!”

Disarankan kepada orang tua untuk memberikan uang saku dari jumlah yang terkecil terlebih dahulu, kemudian meningkat sedikit demi sedikit sesuai kebutuhan dan kemampuan orang tua. memberikan uang saku terlalu banyak atau terlalu besar, akan membebani anakdengan tanggung jawab yang besar.

Jika uang saku yang diberikan ternyata dapat dikelola dengan sebaik-baiknya oleh si anak, maka salah satu dari tujuan yang hendak dicapai bisa terwujud yakni menanamkan rsa tanggung jawab terhadap diri si anak.

Tahapan Pemberian Uang Saku



Dalam buku Rich Kids, karya Ahmad Gozali dan Irawati Istadi dipaparkan mengenai tahapan pemberian uang saku pada anak. Berikut rangkuman pemaparannya :

Usia Pra Sekolah

Pada usia ini anak tidak dibiarkan memegang uang sendiri, cukup memberikan ketika ia membutuhkan sesuatu untuk dibeli. Anda bisa membelikan untuknya atau biarkan dia untuk memegang dan memberikan uangnya sebagai pembelajaran. Namun sebaiknya tetap menetapkan batasan nominalnya.

Usia TK

Pada usia ini anak-anak sudah bisa diperbolehkan memegang uang sakunya sendiri selama sekolah. Orang tua bahkan bisa mengajarkan anak-anak berhitung lebih mudah dengan uang daripada angka-angka yang hanya bayangan saja di papan tulis. Namun di usia ini ia belum bisa diminta untuk mengerti batasan uang saku, ia hanya diminta memegang uang pada saat sekolah saja. Di rumah biasanya minta jajan lagi.Namu tetap dengan batasan budget.

Usia SD Awal

Usia SD seharusnya sudah bisa berhitung dengan baik sampai pada pecahan uang yang lebih besar. Pada saat ini kita sudah bisa memberikan uang saku harian. Bukan untuk di sekolah saja tapi juga untuk di rumah.

Program menabung dengan celengan sudah bisa dimulai pada usia ini. Ingat, ajarkan mereka untuk mengisi celengannya sebelum berangkat sekolah bukan sepulangnya agar mereka memahami paradigma menabung yang benar bahwa menabung bukan menyisakan uang tapi mengalokasikan pengeluaran untuk kebutuhan tertentu di masa depan.

Usia SD Akhir

Di usia ini, orang tua harus lebih tegas tehadap uang saku. Tidak ada tambahan selain uang saku yang telah diberikan. Berikan pengertian untuk bertanggung jawab terhdap uang sakunya. Belajar berhitung pengeluaran dan belajar menaha keinginan seharusnya sudah tuntas di usia ini.

Usia SMP

Memasuki usia SMP, anak sudah bisa diberikan uang saku pekanan.Karena di usia ini terkadang sudah memliki kebutuhan yang muncul pekanan. Pemberian uang saku pekanan juga akan memberikannya pengalaman baru yang sangat berharga mengenai menahan keinginan untuk belanja. 

Pada usia ini juga mulai bisa dikenalkan proses mencari uang, bukan hanya membelanjakan uang. Dalam usia ini anak-anak juga bisa dikenalkan proses menabung melalui bank.

Usia SMA

Uang saku pada usia ini bisa ditingkatkan menjadi bulanan, bukan lagi pekanan.Dengan memberikannya uang saku bulanan, anak akan punya pengalaman mengelola uang yang lebih luas dan akan sangat bermanfaat pada saat ia menerima gaji bulanannya sendiri.

Di tahap ini, jangan halangi anak jika memiliki ketertarikan pada usaha tertentu atau merasa memiliki keahlian yang bisa ia  manfaatkan. Silahkan saja, jangan membatasi target keuntungan atau apapun. Biarkan mereka menimba pengalamannya sendiri.


Semoga bermanfaat ^_^

Jerih Payah Yang Tiada Sia-sia

 Anak adalah anugrah yang agung. Ia merupakan titipan Allah kepada kita,sekaligus menjadi amanah yang harus kita jaga.

Tugas kita sebagai orang tua,mengasuh dan mendidik anak-anak, mendampingi serta membimbing mereka. Semua itu harus dilakukan dengan mengharapkan pahala di sisi Allah subhaanahu wa ta'aala karena anak adalah aset yang tiada ternilai harganya dan merupakan tabungan dari orang tuanya di akhirat kelak.

Pada saat seluruh amalan telah treputus, saat pahala shalat dan puasa tak lagi bisa kita raih. Di kala itu, do'a anak yang shalih akan bermanfaat bagi kedua orang tuanya.

Demikian ilmu yang bermanfaat yang telah diajarkan kedua orang tua kepada anak-anak mereka akan terus menerus mengalirkan pahala untuk keduanya. Rasulullah shallallaahu 'alaii wasallam bersabda :

"Apabila seorang anak Adam meninggal, maka terputuslah segala amalannya kecuali dari tiga perkara : Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak yang shalih yang selalu mendoakannya." (H.R. Muslim)

Segala jerih payah yang ditempuh kedua orang tua dalam membimbing dan mendidik anak-anak mereka hingga menjadi anak-anak yang shalih akan membuahkan hasil dikala mereka terbaring sendiri di alam kubur, ketika tidak bisa lagi beramal, ketika tidak bisa berbuat apa-apa lagi, di kala itulah kita mengharapkan aliran do'a dari anak-anak kita yang shalih. Mengharapkan istighfar mereka (permohonan ampun kepada Allah) untuk kita.

Sebagai orang tua, kita jangan mengeluh dalam mengemban amanah yang mulia ini. Ketahuilah Allah memilih kita sebagai ibu bapak. Berapa banyak orang tua yang tidak mendapatkan amanah ini sementara mereka sangat mengharapkannya.

Maka seharusnya kita bersyukur atas nikmat tersebut. Syukur yang diwujudkan dengan menjaga dan mendidik mereka dengan baik. Mengajarkan mereka untuk cinta kepada Allah dan rasul-Nya. Mencetaknya menjadi anak yang shalih..

Anak shalihlah yang mendoakan dan memohonkan ampunan bagi kita, akan menghajikan kita bila kita tak mampu mengerjakannya, menunaikan nadzar-nadzar kita, melanjutkan karya-karya kita, membersihkan dan mengharumkan nama kita.

Sebagai orang tua kita harus berkorban apa saja agar anak kita dapat tumbuh menjadi anak yang shalih. Anak yang shalih adalah anugrah yang sangat besar yang tidak bisa dinilai dengan materi...!!!

Kamis, 27 Februari 2014

Kenalkan Allah Kepada Mereka

Kita mungkin sama-sama mengingat bahkan menghapalkan semenjak kita kecil mengenai rukun iman. Iman kepada Allah, iman kepada malaikat-Nya, iman kepada kitab-Nya, iman kepada rasul-Nya, iman kepada hari akhir, dan iman kepada takdir baik dan buruk.

Namun sungguh sangat disayangkan.. sebagian besar kita “mungkin” hanya menganggap itu hanya bagian dari berbagai macam pelajaran yang diajarkan kepada kita. Kita menghapalnya hanya karena mengejar yang namanya “nilai”..sedangkan keinginan untuk memahami maknanya apalagi mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari kurang terperhatikan.

Padahal, satu hal yang mesti kita sadari bahwa keenam rukun iman tersebut merupakan pondasi yang sangat berharga untuk menjalani hidup, menempuh ujian selama di dunia. Yang jikalau hal ini sudah ditanamkan semenjak dini kepada anak-anak merupakan modal utama untuk menjalani kehidupan mereka kelak di masa yang akan datang.

Pondasi pertama tentu saja Iman kepada Allah.. ajarkan kepada mereka apa itu iman kepada Allah. Kenalkan kepada mereka dengan Rabb mereka. Terangkan kepada mereka surat ini, surat yang barangkali sudah kita hapalkan diluar kepala yakni Surat Al-Ikhlas.

“Katakanlah, “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Rabb yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan dan tiada seorangpun yang setara dengan Dia” (Q.S. Al-Ikhlas : 1-4)

Selanjutnya, Kenalkan kalimat tauhid kepada anak semenjak dini. Ketika anak mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ia mulai mendengar setiap kata dan menyaksikan gerakan.

Biasanya, tanpa diperintah ia akan segera meniruka ucapan yang ia dengar ataupun gerakan yang ia saksikan. Maka ajarkanlah “Laa Ilaaha Illallaah” sebagai kalimat yang pertama kali bisa ia ucapkan secara fasih, sehingga kalimat itu menjadi yang pertama-tama mereka ucapkan.

Rasulullah bersabda : “Perbanyaklah membaca syahadat Laa Ilaah Illallaah sebelum kalian terhalang darinya” 

Karena tauhid merupakan dasar dalam ibadah, maka ajarkanlah kepada mereka semenjak dini tentang keesaan Allah, rububiyahNya, uluhiyahNya, serta asma dan sifatNya sehingga kelak ia dapat beribadah kepada Allah sesuai yang Dia kehendaki.

Hendaknya kita mengajarkan tauhid sesuai kadar pemahaman akalnya. Bisa dengan memberikan kisah-kisah, permisalan, serta mengajak anak untuk memikirkan dan memperhatikan tentang ciptaan Allah yang menunjukkan keesaan-Nya.

Dengan demikian sedikit demi sedikit akan tertanam dalam dirinya keimanan kepada Allah dengan dalil dan bukti.

Dalam menjalani hari-hari, setiap anak tentu akan menghadapi persoalan yang berbeda-beda. Baik di rumah, di sekolah ataupun di tengah lingkungannya. Setiap anak akan menghadapi persoalan dengan caranya masing-masing. Maka latihlah anak untuk menghadapi masalahnya secra benar.

Yaitu dengan menanamkan kecintaan yang mendalam kepada Allah, selalu mengaharapkan pertolongan-Nya, menanamkan rasa selalu diawasi oleh Allah, serta menanamkan keimanan kepada qadha dan qadarNya.

Dengan demikian diharapkan anak akan bisa menghadapi segala masalah di masa kanak-kanaknya dan disaat mereka telah dewasa nantinya.

Demikianlah yang dilakukan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dalam hadits yang sangat indah. Ibnu Abbas menceritakan, “Pada suatu hari aku membonceng di belakang Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam . Lalu beliau bersabda :

 “Wahai bocah, sesungguhnya aku akan  mengajarkan kepadamu beberapa kalimat. Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Apabila engkau menginginkan sesuatu maka mintalah kepada Allah, dan jika engkau memohon pertolongan maka mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh manusia berkumpul untuk memberi suatu manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan memberi manfaat kepada-Mu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan untuk-Mu. Dan seandainya mereka bersatu untuk menimpakan mudharat kepadamu, niscaya mereka tidak akan menimpakan mudharat kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembaran telah kering.” (H.R. tirmidzi)

Dalam riwayat yang lain disebutkan, “Jagalah Allah, niscaya engkau dapati Dia di hadapanmu. Ingatlah Allah di kala lapang, niscaya Dia akan mengingatmu di kala sempit. Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang ditakdirkan tidak menimpamu niscaya tidak akan menimpamu. Dan sesuatu yang ditakdirkan menimpamu niscaya tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu beserta kesabaran, kelapangan itu menyertai kesempitan dan bersama kesulitan itu selalu ada kemudahan, “ (H.R Ahmad)

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam  mengajarkan ini kepada Ibnu Abbas yang ketika itu masih kecil. Dan pengajaran sepeti ini memiliki pengaruh yang sangat dahsyat.

Apabila seorang anak telah menghapal hadits ini dan memahaminya dengan baik, niscaya ia tidak akan menemukan sandungan dalam menjalani seluruh kehidupannya.

Pengajaran dalam hadits ini akan mendorong anak untuk mengatasi segala persoalan yang dihadapinya dengan cara memohon pertolongan kepada Allah, merasa selalu diawasi olehNya, serta mengimani qadha’ dan qadar Allah.

Dahulu, anak-anak para sahabat menerima bimbingan ini langsung dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Mereka memohon pertolongan kepada Allah ketika mendapat bencana dan mereka berkeyakinan bahwa tidak ada daya dan upaya serta kekuatan kecuali atasa pertolongan Allah.

Mereka percaya bahwa kelapangan itu selalu menyertai kesempitan dan kemudahan selalu menyertai kesulitan.

Semoga bermanfaat!


Sumber : "Mendidik generasi rabbani", Ummu Ihsan Choiriyah dan Abu Ihsan Al-Atsary



Menyemai Akhlak Mulia

PH01001
Apa yang ada dalam pikiran anda? ketika mendapati seorang anak yang lembut tutur katanya, sopan perilakunya, pandangannya tak liar, wajahnya berseri, pikirannya terdidik?

Anak yang membuat senang siapa saja yang berjumpa dengannya.

Pasti kita yakin dan tidak sangsi lagi bahwa ia anak yang terdidik dengan baik dan mendapat bimbingan akhlak yang mulia.

Mengapa demikian? Sebab terbentuknya akhlak yang mulia pada diri seseorang sangat dipengaruhi oleh tempaan pendidikan yang dilaluinya.

Karenanya, sangat penting kita mengisi masa kanak-kanak mereka dengan menanamkan adab dan akhlak yang terpuji.

Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah yang murni dan perangai yang lurus. Jiwa yang polos ini menerima bentuk perangai apapun yang dipahatkan pada dirinya. Selanjutnya pahatan itu akan meluas sedikit demi sedikit hingga akhirnya meliputi seluruh jiwa dan menjadi tabiat yang melekat padanya dan akan menentang segala yang berlawanan dengannya.

Dalam kitab Ahkamul Maulud , Ibnu Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, “Yang sangat dibutuhkan anak adalah perhatian terhadap akhlaknya. Ia akan tumbuh menurut apa yang dibiasakan oleh pendidiknya sejak kecil. Jika sejak kecil ia terbiasa marah, keras kepala, tergesa-gesa dan mudah mengikuti hawa nafsu, serampangan, tamak dan seterusnya, maka akan sulit baginya untuk memperbaiki dan menjauhi hal itu ketika dewasa. Perangai seperti ini akan menjadi sifat dan perilaku yang melekat pada dirinya. Jika ia tidak dibentengi betul dari hal itu, maka pada suatu ketika nanti semua perangai itu akan muncul. Karena itu kita temukan manusia yang akhlaknya menyimpang, itu disebabkan oleh pendidikan yang dilaluinya.”

Pertama, lakukan pembinaan akhlak anak secara nyata melalui keteladanan yang baik bagi mereka, hingga mereka tumbuh dengan perangai yang mulia ini dan tidak mengabaikan akhlak-akhlak islam di hadapan berbagai gelombang arus yang menyimpang.

Lihatlah akhlak Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam !

Beliau menyuruh dan melarang anak, bercanda dengan mereka, mengajak mereka bermain, membonceng mereka, memberikan senyuman, tidak marah di depan mereka dan tidak mencela mereka.

Inilah kunci agar anak merasa dekat dengan kita, hingga terciptalah suasana yang hangat dan kita lebih leluasa memberikan pengajaran kepada mereka.

Anas bin Malik menceritakan,”Aku menjadi pelayan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam selama sepuluh tahun, dan selam itu beliau sama sekali tidak pernah mengatakan ,’uff’! (ah, cih, hus dan seterusnya) kepadaku. Beliau juga tidak pernah mengatakan mengenai sesuatu, ‘Kenapa kamu lakukan ini, kenapa tidak begitu?”

Anas juga berkata, “Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam  adalah manusia yang terbaik akhlaknya. Suatu hari beliau mengutusku untuk suatu keperluan. Lalu aku katakan, “Demi Allah, aku tidak akan pergi,” Padahal sebenarnya aku tetap akan pergi menuruti apa yang diperintahkan oleh Nabiyullah kepadaku.

Akupun keluar sampai aku melewati anak-anak kecil yang sedang bermain-main di pasar. Ternyata Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mengikuti secara sembunyi-sembunyi di belakang. Aku kemudian melihat beliau sedang tertawa. Beliau berkata, “Engakau berangkat juga menuju tempat yang aku perintahkan. Aku jawab, “Ya, wahai Rasulullah”. Selanjutnya Anas berkata, “Demi Allah, aku menjadi pelayan Nabi selama 9 tahun, dan seingatku beliau tidak pernah mengomentari apa yang aku lakukan dengan mengatakan “Kenapa kamu lakukan itu?” atau mengomentari sesutau yang aku tinggalkan dengan mengatakan, “Kenapa tidak kamu lakukan yang demikian?”


Sumber : "Mencetak Generasi Rabbani", Ummu Ihsan Choiriyah & Abu Ihsan Al-Atsary

Otak Emosi vs Otak Rasional, Menang Siapa??

Otak emosional seseorang, atau yang disebut amigdala adalah bagian kecil otak yang letaknya  tersembunyi di sela-sela sistem limbic. Bagian inilah yang bertugas memberikan respon secara emosional. Ketika melihat darah mengucur dari kepala, otak ini mengeluarkan respon ngeri, takut, kasihan atau keinginan untuk segera menolong.

Sementara otak rasional diperankan oleh bagian otak  yang disebut neokorteks. Bagian ini merupakan bagian luar yang menyelubungi  otak. Fungsinya adalah memberikan respon berupa tanggapan yang diperoleh dari proses penggabungan berbagai data dan fakta yang sudah tersimpan dalam otak tersebut sebelumnya. Otak inilah yang mampu menekan respon emosi yang sempat muncul, jika ternyata tersebut negatif dan merugikan.

Masalahnya, dalam beberapa situasi yang tergolong ‘darurat’, amigdala akan terpicu berbagai refleks,sehingga keputusan yang diambilnya pun spontan. Seperti ketika tangan anda menyentuh panci di atas kkompor, spontan amigdala terkejut dan menyuruh Anda menarik tangan menjauh. Juga ketika Anda melihat isi perut seseorang keluar akibat kecelakaan yang dialaminya, spontan amigdala  merespon dan mengeluarkan emosi ketakutan, disertai rasa iba yang amat sangat, yang membuat bulu kuduk Anda berdiri dan secara refleks Anda pun memalingkan muka karenanya.

Baru setelah otak rasioanal bekerja, walau lebih lambat, Anda akan memeberikan respon yang lebih bijaksana. Tidak akan berteriak-teriak ttanpa henti hanya karena tangan terluka gara-gara menyentuh panci panas, tetapi segera merendam tangan dengan air dingin yyang mengalir dari kran, baru kemudian mencari salep untuk luka bakar di kotak obat.

Atau anda kemudian bisa begitu bijaksana, menekan segala kengeriasn dan ketakutan, memeberikan diri, walau sambil gemetar dan menahan nafas, menolong mengusung korban kecelakaan yang isi perutnya terburai tadi, menuju ke mobil ambulance yang terparkir di tepi jalan.

Dalam kondisi-kondisi darurat seperti ini, peran amigdala menjadi sangat penting. Apa jadinya jika pendidikan emosi yang diterimanya buruk, sementara respon yang diterimanya begitu cepat, atau mengalahkan respon otak rasional? Mungkin, anak sudah terlebih dahulu nyontek sebelum pikiran sehat sempat datang. Atau anda terlebih dahulu pingsan karena tak kuat menahan kengerian, melihat korban kecelakaan yang terbuai isi perutnya!

Rabu, 26 Februari 2014

Otak Emosi, Reflek Penentu Keputusan

 Pembelajaran emosi menjadi amat penting, antara lain karena kekuatan dorongan emosi seseorang bisa lebih kuat daripada kekuatan logikanya. Itu karena, otak logika berpikir kalah cepat dengan otak emosi. Yang dimaksud dengan otak emosi, adalah bagian otak yang disebut amigdala, yaitu bagian yang berproses memberikan respon berupa tindakan emosional.

Manakala terjadi sebuah peristiwa, semisal ketika bapak guru matematika yang killer mengumumkan ujian di suatu pagi, seperti apa respo emosional yang ditampilkan anak? Terkejut, wajah pucat, tangan gemetar, darah seperti berhenti mengalir. Betapa kecewanya anak, karena semalam terlalu lama menonton film, sehingga belum sempat mengahapal rumus terakhir yang diajarkan pekan lalu. Kalau rumus saja belum hapal, bagaimana bisa mengerjakannya? Padahal ada 3 jenis rumus dengan beberapa simbol baru yang semestinya harus dihapal! Perasaan anak menjadi kecut. Teringat ancaman ayah untuk menghapus uang sakunya, bila sekali lagi ulangannya mendapat nilai di bawah lima.

Beberapa detik setelah diumumkan ujian dadakan, semua murid diminta meletakkan tas ke depan. Tentu saja untuk meghindari upaya penyontekan. Dan ketika teman-temannya sibuk berjalan mengumpulkan tas ke depan itulah, si anak dengan amat sigap menarik buku matematikanya dari dalam tas dan menyorongkannya masuk ke dalam laci mejanya!

Rupanya, amigdala, otak emosional anak telah bereaksi dengan begitu cepat, sebelum otak rasionalnya sempat berpikir. Nyontek! satu-satunya jalan keluar, pikir amigdala.

Beberapa menit berlalu, soal-soal matematika sudah berulang kali ia baca, tanpa bisa menemukan jalan keluar dengan baik. Matanya terus menerus memandang guru killer yang berdiri di depan kelas sambil matanya berputar mengitari kelas, mengawas satu demi satu gerakan anak muridnya. Tak ada kesempatan! Pikirnya kecewa dan iapun pasrah.

Ketegangan yang mengusik pikirannya sudah mulai reda. Keinginan untuk menyontek pun mulai goyah. Rupanya, kini otak rasioanalnya mulai bekerja. Apakah ada gunanya kalau nyontek? Akibatnya tentu sangat parah, jika ketahuan pak guru. Bukan saja dikeluarkan dari kelas, ditambah lagi tak boleh mengikuti pelajaran matematika selama sepekan! Apa kata ayah nanti?

Andaikan anak tidak mengalami tekanan dari siapapun, ayanhnya bisa bijaksana mnerima nilai-nilainya yang belum sesuai harapan, maka respon ‘lari’ tidak akan tertanam dalam benaknya. Sehingga amigdala  masih bisa mengambil altrernatif kedua, yaitu ’hadapi’.

Setelah beberapa saat lewat, barulah otak rasional bekerja dengan baik.Sifat otak ini, adalah berpikir dengan jernih dan cerdas, mempertimbangkan resiko dari berbagai segi dan memikirkan akibatnya jauh ke depan. Seperti ketika otak rasional anak mengambil keputusan, untuk tidak mengikuti dorongan emosinya. Setelah otak berpikirnya bekerja, anak memutuskan untuk berani menghadapi resiko, demi mempertahankan tujuan jangka panjangnya.

Dapatkah anda bayangkan, bagaimana jadinya jika otak rasionalnya terlambat mengambil keputusan? Atau keadaan aman untuk menyontek sehingga anak cepat memperturutkan emosinya untuk menyontek? Perilaku buruk ini adalah akibat dari pembelajaran yang diterima amigdala, jauh sebelum peristiwa tersebut terjadi.

Datangnya Kecerdasan Emosi


Anak, terlahir dengan otak yang masih bersih, kosong dari pengaruh apapun. Kemudian, siapa yang lebih dulu bertamu kepadanya dengan cara yang menarik, akan diterima masuk, bisa duduk berbincang di ruang tamu, atau lebih dalam diterima lebih akrab di ruang keluarga, atau bahkan dipersilahkan beristirahat di ruang tidur. Beberapa tamu istimewa bahkan menginap beberapa malam, atau bahkan diminta tinggal di sana selamanya!

Begitulah cara otak mengisi dirinya, hingga akhirnya kian lama kian penuh isi dirinya itu. Tamu-tamu yang ingin masuk tadi, tidak semua memperoleh kesempatan memasukinya. Jika tamu-tamu otak itu adalah informasi-informasi yang masuk ke otak anak, ada yang hanya bisa menunggu di teras, ada yang bisa masuk, atau bahkan tinggal selamanya, dalam alam bawah sadar otak.

Hingga usia lima tahun, otak mengalami perkembangan hingga 80% dari perkembangan keseluruhannya. Ini adalah penyebab awal, mengapa peristiwa yang dialami otak dalam rentang waktu ini akan terekam dengan sangat baik, dan menentukan perkembangan otak berikutnya.

Emosi yang cerdas, adalah emosi yang memperoleh pendidikan terbaik, terutama di saat pemiliknya berusia dini,setidaknya lima tahun pertama. Pendidikan emosi, tidak bisa disampaikan secara teoritis dan verbal, tapi harus secara praktek. Melalui beragam peristiwa dan kejadian yang dialami, dilihat, didengar oleh anak. Semakin banyak anak mengalami, melihat dan mendengar sebuah nilai,s emakin kuat nilai tersebut tertancap diotaknya.

Sumber: “Melipatgandakan Kecerdasan Emosi”, Irawati Istadi

Belajar membaca ظَ (DZO)



Alhamdulillah.. kembali modul belajar iqro'nya untuk membaca  ظَ (Dzo) dah selesai..

Tetap semangat yah belajarnya.. biar bisa membaca Al-Qur'an sejak dini..

Bagi yang ingin mendownload silahkan klik di sini,

Ket : isi = 12 lembar PDF

Selasa, 25 Februari 2014

Jangan menyerah untuk memberi ASI


Pada artikel sebelumnya, kami sudah menampilkan apa kira-kira faktor penyebab ketidakinginan bayi yang baru lahir tidak ingin menyusu pada ibunya.

Pada beberapa kasus, pada saat hal ini "terlanjur" terjadi... yakni si bayi "terlanjur" tidak ingin menyusu pada ibunya, banyak ibu yang langsung pasrah, menyerah dan langsung berkesimpulan kalau bayinya tidak mau menyusu, bayinya nggak suka ASI-nya.. dan kesimpulan-kesimpulan lainnya.
Padahal ternyata tidak MUTLAK seperti itu.. 

Masih ingat pada postingan yang lalu, kami mengangkat kasus adik kami sendiri yang mengalami hal yang sama.. Awalnya sang bayi saaaaangat tidak mau menyusu dengan ibunya. Namun ibunya tidak menyerah, walaupun setiap menyusui...setiap itu pula sang bayi menangis. Kami orang-orang di sekitarnya juga terus menyemangati untuk tetap memberi ASI.

Alhamdulillah, usaha membuahkan hasil.. sang bayi yang awalnya menolak, perlahan-lahan mulai menyusu walau kadang masih diselingi dengan susu botol. Akhirnya, sekarang sang bayi TOTAL menyusu pada ibunya, malah sekarang dia sudah merasa "aneh" jika diberikan ASI lewat susu botol...
Awalnya, hanya ingin menyusu pada bagian kiri, akhirnya sudah bisa menyusu pada keduanya..

Kesimpulan yang bisa saya ambil pada kasus ini bahwa kita JANGAN PERNAH MENYERAH pada saat bayi kita menolak untuk menyusu karena ternyata BISA, Insya Allah., 
Meskipun kami hanya menampilkan satu kasus pada postingan ini, namun bisa menjadi motivasi tersendiri untuk tetap berusaha menyusui.. Seperti kata sebuah iklan politik ...There is a will there is a way..

Adalah hal yang sang sangat merugi jika kita melewatkan kesempatan untuk memberi ASI secara langsung pada buah hati kita..  Begitu baaaaanyak manfaat ASI yang sulit tergantikan oleh apapun..
Mengenai beberapa manfaat ASI, sudah saya sajikan pada postingan yang lalu.

Untuk sang ibu, tetap semangat untuk tetap memberikan ASI maksimal hingga masa penyapihan. Terutama jangan pernah melewatkan kesempatan untuk memberikan ASI eksklusif pada si kecil.
Untuk ibu pekerja, saat ini begitu banyak solusi untuk tetap memberi ASI.. 

Semoga bermanfaat!



Keistimewaan rumah sebagai wadah pendidikan


Rumah memiliki peran yang sangat sentral dalam pendidikan anak. Bisa dikatakan bahwa segala sesuatu bermula dari rumah.

Bila pendidikan dalam rumah tidak berjalan atau lemah maka si anak akan jatuh ke dalam "pendidikan-pendidikan" diluar rumah yang masih belum jelas arahnya.

Dapat kita saksikan besarnya pengaruh pendidikan luar rumah ini ketika pendidikan dalam rumah tidak berjalan pada anak-anak yang menjadi korban broken home. Atau ayah dan ibunya tidak mengacuhkannya di rumah karena kesibukan masing-masing, si ayah bekerja di kantor dan ibunya juga berkarir di luar rumah. Akibatnya pendidikan anak di dalam rumah terbengkalai.
Dapat ditebak, si anak akan terperangkap dalam pendidikan luar rumah yang masih belum jelas. Kata kuncinya, jangan membuat anak tidak betah berada di rumah sehingga mencari pelampiasan di luar rumah. janan terlalu cuek terhadap anak sehingga anak merasa kurang diperhatikan.

Intinya, orang tua harus menyiapkan pendidikan yang benar dari dalam rumah sebelum melepas anaknya ke luar. Dalam hal ini suasana islamisangat membantu keberhasilan kedua orang tua dalam mendidik anak-anaknya.

Dengan memberikan pendidikan dari dalam rumah, akan memberikan beberapa keistimewaan diantaranya :

  • Di dalamnya anggota keluarga dapat berkumpul bersama dalam jangka waktu yang lebih lama sehingga terjalin kedekatan pribadi antar anggota keluarga
  • Anak dapat melihat teladan dan panutan dalam ucapan ataupun perbuatan, yang bisa membantu mereka untuk menirunya.
  • Kita bisa memanfaatkan kesempatan di dalam maupun di luar rumah, ketika makan, minum, berpakaian, tidur, bangun, waktu buang hajat dan kegiatan-kegiatan lainnya untuk mengajarkan adab-adab Islam serta dzikir dan doa yang berkaitan dengan aktivitas tersebut.
  • Penyampaian nasihat dan pemberian hukuman di dalam rumah, bukan di hadapan orang banyak akan lebih besar pengaruhnya bagi jiwa anak.
  • Menumbuhkan semangat beragama di dalam rumah yang membantu seluruh anggota keluarga untuk menjauhi perilaku yang salah dan menyimpang
  • Keikhlasan kedua orang tua dalam membimbing dan memberikan pengarahan kepada anak-anaknya yang mendorongnya untuk semakin memperbaiki diri.

Senin, 24 Februari 2014

Diare dan Dehidrasi pada anak (2) selesai

Diare Dehidrasisambungan dari artikel sebelumnya..

Apa yang dapat dilakukan di rumah jika anak diare tanpa dehidrasi?

Ibu dapat mengingat 4 aturan perawatan di rumah untuk anak diare tanpa dehidrasi:

1. Beri cairan tambahan sebanyak yang anak mau

Dalam hal ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
  • Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan yang utama. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.
  • Jika anak memperoleh ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai carian tambahan.
  • Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri satu atau lebih cairan berikut : Oralit, caran makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang.
  • Beri minum sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/cangkir/gelas.
  • Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat.
  • Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.

Berikut jumlah caran Oralit yang harus diberikan sebagai tambahan kebutuhan cairan sehari-hari:

Kurang dari 2 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali BAB
2 tahun keatas : 100 sampai 200 ml setiap BAB

2. Beri tablet Zinc selama 10 hari

Umur 2 – 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari
Umur 6 bulan keatas : 1 tablet (20 mg) per hari

Pada bayi, larutkan tablet Zinc pada sendok dengan sedikit air matang, ASI perah, atau larutan Oralit.
Pada anak yang lebih besar, tablet dapat dikunyah atau dilarutkan.

3. Lanjutkan pemberian makanan/ASI

Tetap berikan makanan atau ASI jika anak meminta. Kecuali jika kita curiga diare anak akibat dari makanan yang dikonsumsi.

4. Ingat!!! Kapan harus ke Dokter / tempat pelayanan kesehatan

Anak sebaiknya dibawa ke dokter/tempat pelayanan kesehatan jika:
- Bertambah parah
- Tidak minum/menyusu/malas minum
- Timbul demam
- Ada darah dalam tinja/feses

Jika tidak menunjukkan salah satu dari tanda di atas, anak dapat di bawah ke fasilitas kesehatan pada hari ke-5.


Apa yang dapat dilakukan jika anak diare dengan dehidrasi ringan – sedang?

Prinsip penanganan dehidrasi adalah dengan rehidrasi baik lewat oral (mulut) atau melalui pembuluh darah (infus). Pada keadaan diare dengan dehidrasi ringan-sedang, walaupun rehidrasi yang dilakukan masih lewat oral (oralit atau larutan lainnya), sebaiknya anak ditangani di tempat pelayanan kesehatan (Rumah sakit, Klinik, atau Puskesmas) karena keadaan anak harus betul-betul dipantau, apakah bertambah baik atau tidak, atau apakah rehidrasi yang dilakukan sudah harus melalui pembuluh darah.

Jika karena pertimbangan tertentu anak belum dapat di bawa ke tempat pelayanan kesehatan, berikut sedikit gambaran yang dapat dilakukan:

- Pastikan derajat dehidrasi anak (menggunakan skor diatas). Hal ini untuk menilai bahwa anak belum jatuh ke dehidrasi berat.

- Dalam 3 jam pertama, berikan oralit sebanyak 75 ml/kg berat badan dari anak. Misalkan berat badan anak 10 kg, maka dalam tiga jam pertama cairan oralit yang harus diberikan sebanyak 750 ml (+ 3 ½ gelas). Atau dapat menggunakan tabel berikut:

UmurSampai 4 bulan4-12 bulan12-24 bulan2-5 tahun
Berat badan< 6 kg6-10 kg10-12 kg12-19 kg
Jumlah cairan yang diberi dalam 3 jam pertama200-400 ml400-700 ml700-900 ml900-1400 ml
(Sumber: Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit – WHO)

-  Untuk anak yang kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, beri juga 100 – 200 air matang selama periode ini.

- Evaluasi setelah 3 jam, untuk menilai dan mengklasifikasi kembali derajat dehidrasinya dan menentukan tindakan selanjutnya.

- Mulai meberi makan setelah anak mau makan.

- Lanjutkan pemberian ASI.

- Beri tablet Zinc sesuai aturan diatas.

- Jika ibu ragu atau keadaan anak tidak lebih baik, jangan tunda lagi, segera bawa ke tempat pelayanan kesehatan.

Catatan :
- Jangan lupakan DOA karena tidak ada kesembuhan melainkan dengan izin-Nya
- Diare pada anak dapat merupakan gejala umum dari segala penyakit, sehingga tidak semua kasus diare diberi obat diare (anti diare) apalagi antibiotik.
- Terkadang anak bayi yang diare, penyebabnya adalah dari Ibu yang menyusui. Dimana Ibu mengkonsumsi makanan yang tidak tidak cocok oleh bayinya, seperti lombok atau merica.
- Penanganan dehidrasi terutama dehidrasi berat harus sesegera mungkin karena salah satu komplikasi dari dehidrasi adalah gagal ginjal.

Demikian sedikit tentang diare dan dehidrasi semoga dapat bermanfaat.

Minggu, 23 Februari 2014

Diare dan Dehidrasi pada anak (1)

Diare DehidrasiTerinspirasi dari anak kami yang kedua yang beberapa hari lalu mengalami dehidrasi berat setelah diare, kali ini kami ingin berbagi sedikit mengenai diare dan dehidrasi.

Kata Diare maupun dehidrasi adalah dua kata yang mungkin sudah sering terdengar di telinga kita. Disamping itu, kedua kata tersebut memiliki hubungan yang erat serta membutuhkan perhatian jika keadaan tersebut terjadi di sekitar kita.
Defenisi

Diare adalah perubahan pola defekasi (buang air besar) yakni pada bentuk atau frekuensinya dimana bentuk feses (tinja) berubah menjadi lunak atau cair, atau frekuensinya yang bertambah menjadi lebih dari tiga kali dalam sehari.

Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali dalam sehari.
Dehidrasi adalah keadaan dimana terjadi kehilangan cairan tubuh total yang berakibat gangguan pada tubuh sesuai dengan berat ringannya dehidrasi yang terjadi.

Pembagian diare berdasarkan onset kejadiannya

Diare Akut yaitu diare yang berlangsung mendadak dan singkat yakni kurang dari 15 hari.
Diare Kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 15 hari, terus menerus ataupun tidak.


Beberapa penyebab diare pada anak:

- Infeksi pada saluran cerna (Bakteri, Virus, Parasit)
- Infeksi di luar saluran cerna (Infeksi Telinga, Saluran Napas, Kulit)
- Intoleransi/malabsorbsi (Laktosa, Protein, Karbohidrat, Lemak)
- Tidak cocok oleh makanan yang dikonsumsi
- Efek samping dari obat
- Penggunaan Antibiotik yang lama
- Gangguan pada saluran cerna


Mengapa diare butuh perhatian?

Sebanyak 1-2 % dari penderita diare jatuh ke dalam dehidrasi dan jika tidak mendapatkan pertolongan dengan segera, sekitar 50 – 60 % diantaranya dapat meninggal. Inilah yang menjadi penyebab angka kematian anak dibawah lima tahun sekitar 350.000 – 500.000 anak setiap tahunnya.
Di negara berkembang, kasus diare sangat bervariasi sesuai dengan usia. Tetapi umumnya kasus tertinggi terjadi pada usia dua tahun pertama dan akan menurun seiring dengan pertambahan usia anak. Walau demikian, masih merupakan penyebab kematian yang tinggi di negara berkembang. Untuk di Indonesia, angka kejadian diare masih tinggi di sebagian besar wilayah dengan angka kesakitan sekitar 4 % dan angka kematian sekitar 3,8 % (tahun 2001), dan pada bayi menempati urutan tertinggi penyebab kematian dari seluruh kematian bayi yakni 9,4 %.



Klasifikasi tingkat dehidrasi anak yang diare
Klasifikasi di bawah ini dapat kita gunakan sebagai pedoman dalam menentukan tingkat dehidrasi pada anak yang diare:

KlasifikasiTanda-tanda atau Gejala
Dehidrasi BeratTerdapat dua atau lebih tanda-tanda di bawah ini:
§ Letargis/tidak sadar
§ Mata cekung
§ Tidak bisa minum atau malas minum
§ Cubitan kulit perut kembali sangat lambat
Dehidrasi Ringan – sedangTerdapat dua atau lebih tanda di bawah ini:
§ Rewel, gelisah
§ Mata cekung
§ Minum dengan lahap, haus
§ Cubitan kulit kembali lambat
Tanpa dehidrasiTidak terdapat cukup tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan atau berat
(Sumber: Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit – WHO)

Selain dari klasifikasi di atas, sebaiknya ibu juga dapat memantau (menghitung) denyut nadi (jantung) anak dan frekuensi napasnya dalam semenit. Hal ini bermanfaat untuk menilai apakah dehidrasi anak mengalami perbaikan atau tidak. Sedikit yang dapat dijadikan patokan adalah untuk denyut nadi tidak lebih dari 140 kali per menit dan frekuensi napas tidak lebih dari 40 kali per menit, karena keadaan ini biasanya sudah mengarah ke dehidrasi berat.


Penatalaksanaan Diare

Tatalaksana Diare bergantung pada faktor penyebab dan tidak semata-mata berdasarkan keluhan atau gejala yang tampak.

Berikut beberapa gambaran singkat:

Untuk diare akibat Infeksi kita mesti melihat apakah karena virus, bakteri, atau parasit. Yang terbaik adalah dengan analisis feses, tapi ini hanya dapat dilakukan di Rumah Sakit (RS) itupun biasanya hanya di RS Pendidkan.

Sedikit gambaran, biasanya diare pada anak adalah infeksi virus yang tidak memerlukan penggunaan obat diare selain cairan pengganti (oralit) karena sifat diare akibat virus adalah dapat sembuh dengan sendirinya (self limiting dissease) dan biasanya perlangsungannya hanya sebentar.

Walaupun diare akibat infeksi virus dapat sembuh dengan sendirinya, yang patut kita perhatikan adalah jangan sampai anak menjadi dehidrasi apalagi dehidrasi berat sehingga harus segera mendapatkan penanganan yang tepat.

Untuk diare akibat bakteri atau parasit, penanganan yang diberikan selain terapi suportif/cairan (oralit) maka akan diberikan antibiotik yang sesuai. Curiga infeksi bakteri atau parasit jika pada feses terdapat darah, berbau sangat menyengat, seperti air perasan beras. Sebaiknya segera periksakan ke dokter atau ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Untuk diare akibat infeksi pada bagian tubuh yang lain (infeksi parenteral), penanganannya dengan mengatasi penyakit utamanya. Misalnya pada infeksi telinga tengah (OMA) yang ditandai keluarnya cairan berwarna (hijau atau kuning) pada telinga, sering anak juga disertai diare sehingga yang perlu diobati adalah penyakit utamanya sehingga sebaiknya anak diperiksakan ke dokter.

Untuk diare akibat Intoleransi / malabsorbsi, biasanya dapat kita ketahui dengan melihat riwayat sebelum anak diare yakni pada saat anak baru mendapatkan susu formula (SF) atau makanan pendamping ASI (MP ASI) lainnya atau setelah mengganti dengan SF yang baru.

Keadaan ini mungkin saja penyebabnya adalah Intoleransi atau Malabsorbsi. Yang dapat anda lakukan pertama adalah dengan menghentikan sementara pemberian SF atau MP ASI anak yang diare. Selain itu dapat juga dicoba mengganti SF dengan yang Low Lactose Milk (LLM) , Non Lactose Milk (NLM), atau Susu Kedelai.

Sama halnya dengan Intoleransi/Malabsorbsi, tidak cocok dengan makanan yang dikonsumsi oleh anak/bayi juga dapat menyebabkan diare dan dan sering dapat diketahui dari riwayat makanan yang dimakan sebelum diare.

Misalnya beberapa ibu sudah memberi bayinya makanan (pisang yang dihaluskan) padahal belum berumur 6 bulan dengan alasan ASI tidak cukup atau bayinya masih kelaparan. Setelah pemberian makanan tadi biasanya si bayi jadi diare.

Untuk keadaan ini sebaiknya pemberian makanannya dihentikan dan kembali memaksimalkan ASI atau jika bayinya sudah berumur 6 bulan maka pemberian makanan dapat dihentikan sementara dan dicoba diberikan lagi nanti dengan porsi yang dikurangi.

Anak dapat diare jika minum obat boleh jadi karena efek samping obat atau anak yang tidak tahan dengan obat yang dikonsumsi. Pada keadaan ini harus dilihat obat yang dikonsumsi. Jika obat tersebut merupakan obat yang memang harus dikonsumsi karena penyakit yang diderita maka tetap dilanjutkan sambil dipantau, apabila tetap diare mungkin sebaiknya anda berkonsultasi dengan dokter yang memberi obat apakah obat dapat dilanjut atau diganti dengan yang lain.

Jika anak mengalami diare kronik, mungkin sebaiknya anak diperiksakan ke dokter spesialis anak karena bisa saja terdapat gangguan pada saluran cerna anak yang dapat diketahui dengan pemeriksaan yang lebih lengkap.

Apa yang dapat dilakukan di rumah jika anak diare tanpa dehidrasi? bersambung…

Sabtu, 22 Februari 2014

IMD, Rooming in dan Co-Sleeping

1. IMD (Inisiasi Menyusui Dini)

IMD memberikan kesempatan kepada bayi untuk mengasah refleks isapnya sesaat setelah dilahirkan. Selain itu, saat bayi yang baru lahir diletakkan di dada ibu dan dibiarkan merayap menemukan puting susu ibu, proses ini memberinya kesempatan untuk terpajan kuman  di kulit ibu.

Oleh karenanya, penelitian terbaru mengatakan, bayi harus diletakkan di dada ibu minimal selama satu jam. Apalagi, butuh waktu beberapa menit hingga satu jam sampai bayi menemukan puting dan berhasil menyusu.

IMD harus dilakukan langsung sebelum bayi ditimbang, diukur, atau dibersihkan kecuali tangannya. Manfaatnya, bayi akan merasakan langsung skin to skin contact deng ibunya, sehingga ia akan merasa lebih lekat. Hubungan secara emosionalpun terjalin dengan erat.

IMD-pun memberikan latihan pertama pada bayi bagaimana ia berusaha mendapatkan apa yang ia butuhkan dengan instingnya. Hal ini kelak membuatnya lebih tangguh dan cerdas.

Untuk bisa melakukan IMD, pilihlah dokter atau rumah sakit yang mendukung program ini. Informasikan ke dokter maupun bidan yang akan menolong persalinan jika kita akan melakukan IMD.

2. Rooming in

Rooming in atau rawat gabung yakni ibu dan bayinya dirawat dalam satu ruangan dengan tempat tidur yang berbeda namun berdekatan.

Manfaatnya sangat banyak, diantaranya : bayi lebih mudah mendapatkan kolustrum yang diproduksi payudara ibu semenjak hari pertama sampai maksimal 3-4 hari yang membuat kekebalan bayi lebih kuat.

Selain itu, dengan rawat gabung, bayi akan mendapatkan ketenangan, aman dan nyaman bersama ibunya. Sedangkan pada ibu, merasa lekat dan bahagia, sehingga hormon otitoksin dapat mengalirkan ASI lebih banyak.

Sebelum persalinan, bahkan kehamilan, carilah dokter atau rumah sakit yang mendukung dan memiliki fasilitas rooming in, tetapi kita juga harus memahami jika si bayi sakit atau bayi memliki berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gr) atau justru lebih berat berlebih (di atas 4 kg), maka tak diperkenankan dirawat bersama ibunya karena si kecil membutuhkan perawatan yang intensif.

4. Co-Sleeping

Co-sleeping adalah tidur di dekat bayi, di ranjang yang sama dengan kita atau di boks bayi khusus untuk ibu dan bayi berdua. Tujuannya supaya kita dapat melekat dengan bayi di atas tempat tidur, sehingga bayi merasa aman, nyaman dan terlindungi, serta mudah mendapatkan apa yang diinginkan (ASI, belaian, dekapan). sehingga ia kan lebih mudah tidur.

Informasi di atas mungkin lebih bersifat definitif, namun perlu diketahui sebagai persiapan untuk pasca persalinan. Tentunya dalam mendukung ASI eksklusif.

Semoga bermanfaat !

Jumat, 21 Februari 2014

Belajar Membaca THO (طَ)


Alhamdulillah.. sekarang kita sudah mulai belajar membaca  Tho (طَ). Mudah-mudahan kita masih tetap semangat untuk mengajari anak kita hal yang bermanfaat.. 
Bagi yang ingin mendownload, silahkan klik di sini.

Ket : isi = 12 lembar PDF

Kamis, 20 Februari 2014

Didiklah mereka dengan kelembutan

Inilah salah satu sifat yang dicintai Allah dan disukai oleh manusia. Pada hakekatnya setiap jiwa menyukai kelembutan. Terlebih lagi jiwa anak yang masih polos dan lugu. Setiap anak sangat merndukan sosok pendidik yang ramah dan lemah lembut.


Sebaliknya, jiwa si anak akan phobi dengan karakter pendidik yang kasar dan kejam. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam adalah sosok pendidik yang penuh kelembutan.

Sifat lemeh lembut dalam mendidik akan mendatangkan banyak kebaikan. Sebaliknya, sifat kasar akan membawa keburukan. Di samping itu, sikap kasar dapat meninggalkan trauma dan memori buruk dalam jiwa dan ingatan si anak.

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

"Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut dan menyukai kelembutan dalam segala urusan" (Muttafaqun 'ilahi)

Beliau shallallaahu 'alaihi wasallam juga bersabda :

"Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelemahlembutan. Dia akan memberikan orang yang ramah sesuatu yang tidak Dia berikan kepada orang yang kasar dan sesuatu yang tidak Dia berikan kepada yang lainnya." (H.R.Muslim)

Dalam hadist beliau  shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :


"Sesungguhnya sifat lemah lembut itu tidaklah ada pada sesuatu kecuali ia akan menghiasinya. Dan tidaklah sifat lemah lembut itu tercabut pada sesuatu kecuali akan menjadikannya buruk." (H.R. Muslim)

Karena itulah, jika sifat lemah lembut ini tidak kita miliki niscaya akan terluput banyak kebaikan.

Sifat lemah lembut ini akan membuat anak menjadi nyaman dan lebih mudah dalam menerima pengajaran. Dan secara tidak langsung sifat lemah lembut ini akan menjadi karakter anak dan insya Allah sifat ini dengan sendirinya akan menurun kepadanya.

Jika demikian halnya, tentu orang pertama yang akan merasakan kebaikannya adalah kedua orang tuanya.

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam adalah teladan dalam hal ini. Abu Hurairah menceritakan :
"Kami mengerjakan shalat bersama Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam, beliau mengerjakan shalat, dan ketika sujud, tiba-tiba Al-Hasan dan Al-Husein melompat ke atas punggung beliau. Ketika beliau mengangkat kepala, maka beliau mengambil keduanya dan beliau letakkan dengan perlahan. Ketika beliau kembali sujud, maka keduanya menaiki punggung nabi shallallaahu 'alaihi wasallam. Ketika beliau bangkit, maka beliau meletakkan satu di sebelah kanan dan satu di sebelah kiri.
Aki berkata kepada Rasulullah, "Apakah tidak sebaiknya saya bawa keduanya ke tempat ibu mereka?". Beliau menjawab, "Tidak". Kemudian ibunya datang dan Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam berkata, "Sekarang ikutilah ibu kalian". Lalu keduanya berjalan mengikutinya masuk ke dalam rumah.

Subhaanallaah..betapa indahnya akhlak beliau shallallaahu 'alaihi wasallam.


Sumber : Mencetak Generasi Rabbani, Ummu Ihsan dan Anu Ihsan Al-Atsari.

Rabu, 19 Februari 2014

Bermain Merangsang Otak Anak

balok mainanBermain merupakan aktivitas menyenangkan yang terjadi secara alamiah. Melalui bermain, anak memiliki kesempatan luas untuk bereksplorasi dan berimajinasi secara aktif.

Manfaat bermain akan bertambah, saat orang tua mau menyediakan waktu untuk bermain dengan anak. Inilah antara lain manfaatnya:

Merangsang otak

Bermain yang melibatkan orang tua da anak secara efektif akan membentuk emosi positif yang akan mengoptimalkan tumbuh kembang otak anak.

Emosi positif menekan kadar kortisol (stress hormon ) sehingga meningkatkan asupan glukosa pada hippocampus, bagian dari otak besar yang berperan pada kegiatan mengingat dan navigasi ruangan. Dengan begitu, hippocampus cukup punya energi menjalankan fungsinya sebagai pusat memori (ingatan).

Selanjutnya, turut meningkat pulasejumlah fungsi neurotransmitter yang memungkinkan sel saraf berkomunikasi satu sama lain, selain membuat sel-sel saraf tidak mudah rusak.

Menjalin kedekatan emosi

Dengan bermain bersama diharapkan dapat tercipta kedekatan emosi antara orangtua dan anak. Bermain pun dapat menjadi wadah untuk mencurahkan perasaan dan gagasan.

Menciptakan komunikasi terbuka

Pola komunikasi menjadi terbuka. Komunikasi antara anak dan orang tua berkembang baik. Bahkan kemampuan verbal anakpun berkembang karena terstimulasi.

Melatih konsentrasi

Saat orang tua bermain dengan si kecil, intinya kita melakukan aktifitas bersama  yang berkualitas tanpa gangguan dari pihak lain, bahkan televisi. Dengan begitu, anak bisa memberikan atensinya pada suatu kegiatan tertentu pada suatu waktu. Perhatiannya tidak terbagi-bagi.

Otomatis itu akan melatih daya konsentrasinya. Anak bisa belajar lebih cepat karena kemampuannya.

nah, siap bermain dengan si kecil?  Selamat bersenang-senang..


sumber : Stimulasi Otak untuk Kecerdasan, serial buku nikita

Selasa, 18 Februari 2014

Agar Stimulasi Efektif

otakAnak-anak dalam masa pertumbuhan terutama di usia batita, memerlukan stimulasi untuk membantu perkembangan motorik serta kecerdasannya.

Bagaimana agar anak menerima stimulasi / pembelajaran dengan baik? berikut ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan :

Emosi anak harus dalam keadaan senang

Ada sebuah bagian di otak yang bernama korteks yang disebuta sebagai pusat logika. Disitilah kemampuan  berpikir nalar dan menganalisis seseorang berada.

Nah, tak jauh dari korteks ada bagian kecil di otak yang disebut sebagai limbik yang merupakan pusat emosi (itulah sebabnya limbik juga disebut sebagai the sense of love).

Jika emosi anak dalam keadaan senang; merasa disayang, dihargai dan diterima, maka limbiknya akan mengeluarkan zat endorfin yang dapat mempengaruhi korteks bekerja lebih efektif sehingga dapat menerima stimulasi (pelajaran) lebih baik.

Tak perlu galak-galak

Guru galak atau orang tua yang selalu marah-marah saat menyuruh anak belajar, justru akan membuat otak anak jadi bebal. Otak anak, atau lebih tepatnya, bagian batang otaknya, saat terancam karena dimarah-marahi, dikecam, dibentak-bentak, secara otomatis akan membanguns sebuah mekanisme pertahanan. Akibatnya, kortekspun mogok melakukan penalaran dan analisis.

Lama kelamaan, karena sering “tidak digunakan” ukuran korteks anak yang sering merasa terancam ini, berdasarkan penelitian terbukti lebih kecil ketimbang anak-anak lain yang emosinya positif.

Hindari stres

Pada prinsipnya, saat kita harus memutar otak karena mengerjakan sesuatu yang rumit, ini berarti kita memasukkan data yang kompleks ke otak, untuk dikenali dan dipahami.

Otakpun mencurahkan energi sepenuhnya untuk memproses data itu sehingga terkadang kita mengalami stress. Stress membuat persepsi kita menjadi negatif fan pikiran kita menjadi terganggu.

Jika anak sudah tampak stress atau lelah belajar, minta ia untuk rileks sejenak, dengan membasuh muka, lari-lari di tempat, melakukan senam otak atau permainan yang menyenangkan. Karena itu, selama ia bersantai seperti itu tanpa disadari, otaknya terus memproses data yang tadi dimasukkan dalam otak.

Data yang dimasukkan satu jam yang lalu yang menurut kita sudah tidak dapat diingat lagi sesungguhnya sedang diproses dalam kecanggihan otak secara tidak sadar. Sistem tersebut dapat bekerja dengan maksimal selama tidak kita ganggu dengan kecemasan dan ketegangan.

Semoga bermanfaat!


sumber : Stimulasi Otak Untuk Kecerdasan, serial buku Nakita

Senin, 17 Februari 2014

Menjadikan anak shalih?? Kembali ke diri kita

Kita tentu menginginkan buah hati yang cerdas dan tentunya shalih, berharap bahwa anak kita nantinya berbakti kepada orang tua dan hal-hal baik lainnya.

Tapi sadarkah kita?

Keshalihan dan ketakwaan kita merupakan modal utama untuk meraihnya. Jadi sangatlah lucu, jika kita berharap anak menjadi shalih, sementara kita berkubang dalam kemaksiatan dan kelalaian.

Keshalihan jiwa dan perilaku orang tua mempunyai andil besar dalam membentuk keshalihan anak. Bahkan membawa kebaikan  bagi anak di dunia dan akhirat.

Tentu kita masih ingat kisah.yang disebutkan dalam surat Al-Kahfi. Alkisah, Nabi Musa 'alaihissalam  melewati sebuah perkampungan. Keduanya meminta  penduduknya agar menyambut dan menjamu mereka berdua. namun penduduk menolak. Selanjutnya Nabi Musa dan Khidr melihat bangunan yang hampir roboh. Tiba-tiba Nabi Khidr memperbaiki dinding tersebut hingga tegak kembali. Maka Nabi Musa berkata:" Jika engkau berkehendak, tentu engkau bisa mengambil upah atasnya." (Q.S. Al-Kahfi:77)

Maka jawaban Nabi Khidr atas pertanyaan itu adalah:
"Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan dibawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shalih, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya it, sebagai rahmat dari Tuhanmu".

Demikianlah keshalihan seorang hamba akan mendatangkan rahmat Allah bagi anak keturunannya.

Keshalihan orang tua adalah modal utama...

Orang tua yang senantiasa mentaati Allah dan memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Orang tua yang shalih, selain menyuguhkan makanan yang baik, juga menyuguhkan pengajaran-pengajaran yang baik pula.

Ayah dan bunda adalah guru, pendidik, dan sosok teladan pertama bagi anak-anak mereka. Inilah salah satu hikmah mengapa Allah dan Rasul-Nya sangat menekankan dalam memilih jodoh karena mereka adalah calon-calon pendidik bagi anak-anak yang terlahir dari pernikahan mereka.

Seorang anak akan tumbuh menurut pendidikan yang diberikan kepadanya. Sifat-sifat orang tua kana menurun kepada anak-anak mereka. Ibarat pepatah, "buat tidak akan jatuh jauh dari pohonnya". Betapa banyak ketakwaan yang ada pada diri anak disebabkan ia mengikuti ketakwaan kedua orang tuanya atau slah seorang dari mereka. namun kembali lagi, hidayah hanya milik Allah, kita sebagai orang tua hanya berusaha..

maka dalam hal ini, sangat dibutuhkan kerja sama yang baik diantara ayah dan bunda. Ayah berkedudukan sebagai pemimpin dalam rumah tangga. Dialah panglima yang harus bisa memberi teladan bagi istri dan anak-anaknya.

Sementara ibu adalah petugas lapangan yang secara langsung menjadi "madrasah" pertama bagi anak-anak mereka. Maka dapat dikatakan, peran ibu dalam masalah pendidikan anak lebih dominan dibanding sang ayah. Hal ini disebabkan, secara umum ibu lebih banyak tinggal di rumah sehingga intensitas pertemuan dengan anak tentu lebih banyak.

Seorang wanita yang shalihah tidak hanya menyuapkan makanan ke mulut anaknya, tetapi juga memberi "santapan iman". Disamping memberi air susu, ia juga memberi "air kehidupan" yaitu prinsip-prinsip terbaik dalam kehidupan. Disamping memberi belaian kasih, ia juga memperdengarkan lantunan dzikir kepada Allah dan shalawat kepada Nabi-Nya yang akan menanamkan ketakwaan dalam dada mereka serta menguatkan cinta mereka kepada Isalm hingga akhir hayat.

So..ingin menjadikan anak yang shalih...yuk sama-sama belajar menjadi orang tua yang shalih..

Minggu, 16 Februari 2014

Hidayah Bukan di Tangan Kita

air
Kita harus berusaha semaksimal mungkin. Kita harus menuntun anak ke jalan hidayah . Hiasilah diri dengan ilmu dan keshalihan! Curahkan segenap kemampuan! Didiklah anak dengan penuh kesungguhan. Siapa yang menebar benih, ia akan memanen hasilnya.

Namun kita harus tetap sadar bahwa hidayah bukan di tangan kita. Pemberi hidayah hanya Allah semata.

Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya pula.

Jika Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, hamba yang paling bertaqwa, tak mampu memberikan hidayah pada paman beliau tercinta, lalu bagaimana pula kita?

Apa arti keshalihan kita dibandingkan Nabi Nuh ‘alaihissalam ..

Kalau beliau saja tak mampu memberi hidayah kepada anaknya tercinta, lalu bagaimana pula kita?

Di saat air bah melanda, Nuh ‘alaihissalam bersikukuh mengatakan kepada anaknya :

“Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir” (Q.S. Huud: 42)

Namun Allah subhaanahu wa ta’aala tidak berkenan memberi petunjuk kepada anaknya tersebut. Anak itu berkata :

“Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah” (Q.S. Huud : 43)

Kemudian ayahnya berkata :
“Tidak ada yang melindungi hari ini dari adzab Allah selain Allah (saja) yang Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; Maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.” (Q.S. Huud:43)

Ketika itu rasa sayang seorang bapak terhadap anaknya menguasai diri nabi Nuh, beliau berseru :

“Ya Rabbi, Sesungguhnya anakku termasuk keluargaku. dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah hakim yang seadil-adilnya.” (Q.S. Huud : 45)

Namun Allah subhaanahu wa ta’aala memperingatkan Nuh ‘alaihissalam :

“Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan). Sesungguh (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.” (Q.S. Huud:46)

Kemudian Nabi Nuh ‘alaihissalam meminta maaf seraya berkata :

“Ya Rabbi, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu sesuatu yang tiada mengetahui (hakekat)nya. dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi” (Q.S. Huud:47)

Kisah ini semakin menyadarkan kita bahwa yang mampu memberi hidayah kepada kita dan anak-anak kita hanyalah Allah. Kita hanya  bisa berusaha dan memohon hidayah itu kepada-Nya.

Maka selayaknya setiap saat kita harus merasa membutuhkan  di hadapan-Nya. Setiap usaha dan jerih payah yang kita kerahkan untuk mengasuh dan mendidik mereka agar menjadi anak shalih, hendaknya kita iringi dengan permohonan yang tulus kepada-Nya. Ikhlaskan segala kerepotan kita. Semoga Allah shallallaahu 'alaihi wasallam cukupkan kerepotan itu sampai disitu saja. Tidak berlarut-larut hingga akhirat. Sebab di hari kiamat setiap kerepotan tak dapat diselesaikan, kecuali kalau kita mendapat syafa'at.


Di saat engkau menyuapkan makanan untuknya, mohonlah kepada Allah agar setiap makanan yang mengalirkan darah di tubuh mereka akan mengokohkan tulang-tulang mereka membentuk daging mereka dan membangkitkan jiwa mereka sebagai pemolong-penolong agama Allah subhaanahu wa ta'aala. Semoga dengan itu, setiap suapan yang masuk ke mulut mereka akan membangkitkan semangat dan meninggikan martabat. Mereka bersemangat untuk senantiasa menuntut ilmu, menunaikan amanah dan meninggikan kalimat Allah.

Penuhi hatimu dengan akhirat, karena amalan itu tergantung kepada niatnya.

Jika di ruang batinmu adalah dunia, maka ketika engkau mengajarkan agama sekalipun, dunia yang sampai kepada mereka. Kita ajarkan aneka do'a, tapi yang mereka harap dari do'a itu adalah dunia. Mereka rajin berpuasa senin dan kamis, tapi mereka menahan lapar dan dahaga bukan karena mencintai sunnah nabi, melainkan agar hajat-hajat dunia tercapai dan harapannya terkabul.

Sebaliknya jika yang ada di ruang batinmu adalah harapan pada kehidupan yang kekal di akhirat, insya Allah kemanapun mereka menghadapkan wajah kepada Allah subhaanahu wa ta'aala . Inilah yang akan mengawal mereka , mengawasi perbuatan dan menjaga tindak-tanduk mereka. Inilah sebaik-baik pengawasan.

Setiap kali ada sesuatu yang engkau inginkan dalam kehidupan, maka bisikkanlah pada mereka pengharapanmu kepada Allah, sehingga mereka akan dapat merasakan sepenuh jiwa bahwa hanya kepada Allah tempat kita meminta. Sesungguhnya anak-anak yang kuat jiwanya adalah mereka yang meyakini janji Allah subhaanahu wa ta'aala.

Wahai para pendidik, ikhlaskanlah niatan hatimu semata-mata mengharap ridha Allah Yang Maha Pemurah



sumber: Mencetak Generasi Rabbani, Ummu & Abu Ihsan Al Atsari

Belajar membaca ضَ (DHO)


Nggak terasa yah.. sekarang kita dah sampai pada belajar membaca ضَ  (Dho), bagi yang ingin mendownload, silahkan klik di sini

ket : isi = 12 lembar PDF

Sabtu, 15 Februari 2014

Beratnya menyapih si kecil

asi
Keputusan untuk menyapih si kecil adalah salah satu yang sangat berat bagi sebagian besar para ibu menyusui, setidaknya itu yang kurasakan sewaktu mememutuskan untuk menyapih si sulung..

Masa ideal untuk menyapih si kecil idealnya saat si kecil berusia kurang lebih 2 tahun. Dalam hal ini, kami ingin berbagi tips seputar pangalaman kami dalam menyapih si kecil.. Just sharing..

Dalam menyapih si kecil ada beberapa faktor yang mesti diperhatikan :

Menyapih secara perlahan

Jika kita memutuskan untuk menyapih si kecil,lakukan secara perlahan. Jika kita melakukannya secara mendadak, si kecil akan mungkin merasa bingung atau tertekan akibat berkurangnya kedekatan hubungan secara mendadak dari yang biasa ia terima sehari-hari.

Komitmen

Hal ini juga merupakan point yang sangat penting. Jika kita sudah bertekad untuk mulai menyapih, jangan mundur ke belakang. Maksudnya..jangan hentikan di tengah jalan hanya karena mendapatkan respon negatif si kecil,. Oleh karena itu, jangan memulai menyapih jika kita tidak betul-betul siap, persiapan mental sangat dibutuhkan di sini..

Belajar untuk “tega”

Yah..mungkin itu istilah kasarnya.. karena manakala kita menyapih si kecil, kita “pasti” akan mendapatkan respon negatif. Entah itu tangisan, luapan kemarahan, atau bahkan ada yang sampai anaknya demam..

Karena si kecil, akan berusaha untuk mendapatkan keinginannya..semampu yang dia bisa.. namun begitu, kita harus kuat. Sungguh berat memang..saya masih mengingat bagaimana beratnya untuk “tega”. Ingin rasanya menitikkan air mata melihat respon si kecil pada saat itu, sedih..sangat sedih… namun saya berpikir “Saya harus kuat”.. saya tidak ingin perjuanganku sampai saat ini sia-sia.. Akhirnya.. alhamdulillah..menuai hasil.

Dan banyak ibu yang tidak berhasil karena alasan “tidak tega”. Hingga akhirnya, sang anak menyusu hingga usia yang menurutku sudah ti dak pantas. Misal, sampai usia sekolah masih menyusu pada ibunya.

Pilih waktu yang tepat

Jangan menyapih pada saat anak sedang mengalami peristiwa yang dapat membuatnya tegang, misalnya baru memiliki adek baru, Usahakan menyapihnya tidak di waktu malam, karena terkadang kita merasa tidak enak mengganggu tetangga lain yang sedang terlelap

Jangan Berbohong

Nah, hal ini seingatlu paling banyak dilakukan sebagian besar ibu, payudaranya diberi balsem lah, atau hal-hal menjijikkan lainnya hanya agar si anak tidak ingin lagi (takut) menyusu pada payudaranya. Menurutku, ini hal yang tidak benar, hal ini sama dengan mengajarkan anak berbohong. Lakukan penyapihan sambil menjelaskan kepadanya mengapa dia disapih. Biarkan dia mengerti bahwa ada saatnya dia berhenti menyusu dan inilah saatnya.. Insya Allah, si kecil itu makhluk yang cerdas.. Dan alhamdulillah, ini yang saya terapkan, hal yang prinsip bahwa jangan melakukan sesuatu berlandaskan kebohongan bahkan untuk sesuatu yang menurut kita “sepele”

Berikan alternatif

Misalnya sebelum tidur berikan susu terlebih dahulu.. untuk mengganti kebiasaan menyusuinya sebelum tidur. Tapi, kata seorang ibu yang juga praktisi kesehatan gigi.. minum susunya sebelum sikat gigi sebelum tidur..

Semoga bermanfaat!