Sabtu, 29 Maret 2014

Gara-gara baju

Julia. Bagaimana ya kabarnya anak itu sekarang?? Kangen juga dengan celotehnya..
Gadis kecil yang saat itu berusia sekitar 5 tahun. Salah satu satu santri di TPA ku..

Yah, dulu saya memang pernah membentuk sebuah TPA di Muara Samu, daerah tempat suamiku bertugas.

Belum layak juga sih disebut TPA, katakan saja “tempat mengaji”. Jujur saja itu pertama kalinya saya mengajar anak-anak TPA. Dulu seringnya berhadapan dengan para mahasiswa.
Pesertanya terbatas, hanya menerima 10 orang santri..kusesuaikan dengan kemampuan dan waktuku saat itu.

10 orang santri itu diantaranya adalah Julia, santri yang usianya paling muda di antara semuanya.. karena yang lain rata-rata sudah berpendidikan SD, malah dua diantaranya sudah SMP..

Julia itu cerdas, pelajaran Iqro yang kuberikan begitu cepat diserap, hafalan do’a sehari-hari yang kuberikan juga tak terlihat sulit untuk dia menghapalkannya.

Pernah, suatu waktu kami (aku dan suami) berinisiatif untuk membelikan baju muslim dan muslimah yang murah meriah untuk santriku yang kurang mampu..dan sebagian besar santriku memang tingkat ekonominya rendah, rata-rata orang tuanya hidup dari berladang dengan penghasilan ala kadarnya. Baju yang dipakai tiap hari itu-itu saja dan terlihat baju mereka kelihatan lusuh.

Julia tidak termasuk di dalamnya, karena dia anak seorang yang ekonomi orang tuanya boleh dikatakan cukup mapan. So, dia tidak termasuk dalam hitungan kami.

Alhamdulillah, niat itu terlaksana..dan kebetulan waktu kami membagikan paket baju pada mereka julia tidak hadir..

Besoknya, Julia datang ke rumah untuk mengaji, dia datang jauh lebih cepat dari waktu yang ditentukan.. Saat itulah terjadi dialog di antara kami..

Julia : Tante, kemarin tante bagi-bagi baju yah?
Aku : Iya, kasihan kan temanmu pake bajunya itu-itu aja tiap hari
Julia : Kok, Julia nggak di kasi tante?
Aku : Kan Julia sudah punya banyak baju…

Dia terdiam, kayaknya dia menerima jawabanku. Lalu dia pergi ke ruang tempatku mengajar, corat coret di papan tulis. Saya pun kembali menyelesaikan pekerjaan rumahku…sambil menunggu anak-anak yang lain datang.

Selang beberapa waktu kemudian, agak lama kukira, mungkin sekitar setengah jam-an. Sambil menghapus papan tulis, Julia tiba-tiba bertanya lagi…

“Kenapa tante tahu Julia banyak baju, kan tante belum pernah liat lemarinya Julia”

Oalah, ternyata dia belum nyerah, penasaran sekali kayaknya kenapa dia tidak kebagian baju..
Spontan kujawab saja, “Kan Julia, tiap ke sini bajunya terus berganti-ganti, bajunya cantik-cantik lagi. Itu artinya Julia punya banyak baju kan??”

Kali ini dia mengangguk, kayaknya jawabanku kali ini sudah sangat masuk akal baginya..he..
Julia..julia…
Kami memang berpikir suatu saat juga akan memberinya hadiah tapi bukan karena dia tidak mampu tapi karena prestasinya.

Bukan hanya Julia sebenarnya, anak-anakku yang lain, yang pernah mengisi hari-hariku di Muara Samu dulu…. Ada tawa, dongkol, air mata mewarnai hari-hariku mengajar mereka
Pur, Endis, Tija, Arma, Andi, Norman, Adi, Rina dan lainnya..Bagaimana kabar kalian..?? Banyak hal yang membuatku belajar dari kalian.

Senang rasanya, saat ada yang kuajarkan mereka terapkan. Ada suatu waktu…salah satu santriku Rina bercerita, “Tante, waktu aku bantu ibu berladang, panaaaaaas sekali, lantas aku berdo’a tante Allahumma Shayyiban Naafi’an”
Padahal itu do’a turun hujan, seharusnya dia membaca do’a meminta hujan :) Tapi terharu..karena dia sudah berusaha mengamalkan apa yang kuajarkan…

Muara Samu..tempat yang menyimpan banyak kenangan yang selalu manis untuk diceritakan.. Mudah-mudahan ada satu kesempatan untuk kuberbagi cerita tentang suasana di sana. Satu desa terpencil di Kalimantar timur.

Rumah tempat kami tinggal

Disinilah ruang tempatku mengajar mengaji

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Syukron telah membaca postingan kami, silahkan meninggalkan komentar ^_^

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...