Selasa, 11 Februari 2014

Toilet Training : Berbagi Pengalaman

Mungkin menerapkan toilet training untuk anak seusia Abdullah termasuk agak terlambat. Kami menerapkan toilet training saat Abdullah berusia kurang lebih 2,5 tahun. Sebagian ibu mungkin sudah menerapkan toilet training sebelum dua tahun atau masih berusia beberapa bulan.

Namun kami memilih usia ini bukan tanpa alasan. Kami hanya merasa belum siap untuk menerapkan toilet training bagi si kecil sebelum-sebelumnya.

Jarak umur antara Abdullah dan Aisyah yang cukup dekat menjadikan kami merasa ragu karena berpikir akan sangat merepotkan nantinya, sedangkan saya merawat anak-anak di rumah sendiri tanpa ada pengasuh ataupun yang membantu pekerjaan rumah tangga, ditambah lagi kami tinggal di perantauan. Sehingga kami takut hasilnya nanti malah tidak maksimal. Lagipula, melihat dari sisi keuangan, alhamdulillah masih merasa cukup untuk menyediakan stok “diaper” sementara ini.

Nah, itu tadi kronologisnya, mengapa kami baru memulai pada usia ini..di saat kami, terutama saya umminya merasa sudah betul-betul “siap”.

Setelah membaca beberapa referensi tentang tips-tips toilet training, bisa saya simpulkan yakni:
1. Si kecil sudah betul-betul siap, yang bisa ditandai dengan, diantaranya:
  • Frekwensi buang air kecilnya sudah mulai berkurang, saat kita memeriksa diapernya yang menunjukkan dia sudah mampu mengontrol air seninya
  • Kelihatan sudah tidak senang (gerah) memakai diaper
  • Sudah mampu menyampaikan keinginannya dalam memenuhi kebutuhannya.. Misalnya jika ingin buang air dia sudah mampu mengatakan , “Ummi, pipis..”
2. Jangan ada pemaksaan, jangan buat si kecil merasa tertekan, biarkan mereka melakukannya dengan suka rela.

3. Menggunakan bantuan pispot

Masing-masing orang tua yang sudah mempraktekkan mengenai toilet training ini tentunya memiliki cerita masing-masing karena anak-anak memiliki karakter yang berbeda. Ada yang begitu mudahnya beradaptasi dan sangat mudah diarahkan. Adapula yang orang tuanya mesti ekstra keras dalam mengarahkan si kecil.

Nah, untuk si kecil Abdullah bisa saya katakan gampang-gampang susah. Si kecilku ini punya keunikan tersendiri, Dalam point di atas, yang paling utama yakni, kita merasa bahwa si kecil sudah “siap”. Namun, saya malah melihat si kecilku ini tidak kunjung menampakkan kesiapannya.

Yang pertama, dia kelihatan masih sangat betah dengan diapernya..malah nangis klo habis mandi nggak dipakein diaper. Yang kedua, frekwensi dan kuantitas buang airnyapun kelihatan masih sangat tidak terkontrol, diapersnya sangat cepat penuhnya.. Yang ketiga, dia memang sudah mampu mengungkapkan sesuatu untuk kebutuhan lainnya, tapi klo diminta “bilang pipis ya nak klo mau pipis”, dia malah nggak mau bilang, malu kali yah.. tapi bisa diketahui lewat bahasa tubuhnya

Melihat semuanya itu, kami jadi berpikir, klo nggak sekarang kapan lagi.. usia si kecil udah sangat mendesak untuk dilakukan toilet training. Jadi.. tanpa menunggu si kecil betul-betul siap, kami ber”ijtihad” untuk memulainya. Bismillah…

Langkah pertama, membiasakan untuk tidak memakai popok, awalnya agak susah karena dia masih merasa nyaman dan aman dengan popoknya, sampai sempat nangis karena habis mandi nggak langsung dipakein celana.. tapi cuman sebentar aja. Sambil memakaikan celana,terus dijelaskan mengapa dia sudah tidak memakai popok lagi.

Langkah kedua, membawanya sesering mungkin ke kamar mandi, walaupun dia tidak meminta. Saya pernah membaca artikel dan dari pengalaman teman, membawanya ke kamar mandi tiap 15 menit, tapi untuk si kecil kayaknya belum berlaku, sebelum 15 menit dia kelihatan sudah pengen pipis. Ini terjadi, karena dia kelihatannya belum mampu untuk mengontrol buang airnya.

Awalnya, dia kelihatan belum bisa beradaptasi untuk bisa pipis di kamar mandi. Setiap dia dibawa ke kamar mandi, pasti nggak mau pipis. Jadinya, pada hari pertama, sering kecolongan, karena selalu pipis di luar kamar mandi. Namun, dengan berlalunya waktu akhirnya dia sudah bisa beradaptasi. Tipsnya, beri dia support, kalau berhasil pipis diberikan pujian plus ciuman sayang. Saat-saat awal, setiap pipis saya pegangin tangannya untuk memberikan rasa aman, lambat laun dilepas sedikit demi sedikit. Pada awalnya, biarkan dia pipis sambil berdiri, nantinya dia akan mulai bisa pipis sambil jongkok jika dia sudah mulai merasa aman.

Langkah ketiga, sebelum tidur diusahakan bawa ke kamar mandi walau awalnya masih nggak mau. Tapi begitu dia bangun tidur segera bawa ke kamar mandi, saat bangun tidurkan saat dimana si kecil nggak mampu untuk enahan pipisnya. Nah, di sini ada kejadian lucu, mungkin karena dia nggak terbiasa liat langsung dirinya pipis, begitu dia pipis langsung panik, seakan-akan dia mau manahanair seninya keluar dengan memegang kemaluannya. Pada saat dia berhasil pipis, sontak kami memujinya, “Nah, itu kan bisa..Abduh pintar deh”..

Begitu seterusnya, hingga akhirnya dia sudah percaya diri untuk bisa pipis di kamar mandi. Awalnya dipegang akhirnya udah bisa tidak dipegang. Awalnya pipis sambil berdiri akhirnya udah bisa pipis sambil jongkok. Awalnya pipis di lantai kamar mandi akhirnya perlahan-lahan bisa pipis di closet.

Kuncinya, sabar..sabar.dan sabar.. dan sekali berkomitmen untuk mengajarkannya toilet training jangan pernah mundur karena kita harus memulai dari awal lagi..

Kali ini dengan catatan, kami mengajarkannya tanpa bantuan pispot karena di tempat kami tinggal sangat susah ditemukan barang seperti ini..

Catatan kedua, untuk saat ini buang air besarnya masih agak susah, sekarang masih dalam tahap pembelajaran.. Klo ada yang bisa share..Silahkan!..

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Syukron telah membaca postingan kami, silahkan meninggalkan komentar ^_^

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...