Kamis, 27 Februari 2014

Menyemai Akhlak Mulia

PH01001
Apa yang ada dalam pikiran anda? ketika mendapati seorang anak yang lembut tutur katanya, sopan perilakunya, pandangannya tak liar, wajahnya berseri, pikirannya terdidik?

Anak yang membuat senang siapa saja yang berjumpa dengannya.

Pasti kita yakin dan tidak sangsi lagi bahwa ia anak yang terdidik dengan baik dan mendapat bimbingan akhlak yang mulia.

Mengapa demikian? Sebab terbentuknya akhlak yang mulia pada diri seseorang sangat dipengaruhi oleh tempaan pendidikan yang dilaluinya.

Karenanya, sangat penting kita mengisi masa kanak-kanak mereka dengan menanamkan adab dan akhlak yang terpuji.

Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah yang murni dan perangai yang lurus. Jiwa yang polos ini menerima bentuk perangai apapun yang dipahatkan pada dirinya. Selanjutnya pahatan itu akan meluas sedikit demi sedikit hingga akhirnya meliputi seluruh jiwa dan menjadi tabiat yang melekat padanya dan akan menentang segala yang berlawanan dengannya.

Dalam kitab Ahkamul Maulud , Ibnu Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, “Yang sangat dibutuhkan anak adalah perhatian terhadap akhlaknya. Ia akan tumbuh menurut apa yang dibiasakan oleh pendidiknya sejak kecil. Jika sejak kecil ia terbiasa marah, keras kepala, tergesa-gesa dan mudah mengikuti hawa nafsu, serampangan, tamak dan seterusnya, maka akan sulit baginya untuk memperbaiki dan menjauhi hal itu ketika dewasa. Perangai seperti ini akan menjadi sifat dan perilaku yang melekat pada dirinya. Jika ia tidak dibentengi betul dari hal itu, maka pada suatu ketika nanti semua perangai itu akan muncul. Karena itu kita temukan manusia yang akhlaknya menyimpang, itu disebabkan oleh pendidikan yang dilaluinya.”

Pertama, lakukan pembinaan akhlak anak secara nyata melalui keteladanan yang baik bagi mereka, hingga mereka tumbuh dengan perangai yang mulia ini dan tidak mengabaikan akhlak-akhlak islam di hadapan berbagai gelombang arus yang menyimpang.

Lihatlah akhlak Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam !

Beliau menyuruh dan melarang anak, bercanda dengan mereka, mengajak mereka bermain, membonceng mereka, memberikan senyuman, tidak marah di depan mereka dan tidak mencela mereka.

Inilah kunci agar anak merasa dekat dengan kita, hingga terciptalah suasana yang hangat dan kita lebih leluasa memberikan pengajaran kepada mereka.

Anas bin Malik menceritakan,”Aku menjadi pelayan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam selama sepuluh tahun, dan selam itu beliau sama sekali tidak pernah mengatakan ,’uff’! (ah, cih, hus dan seterusnya) kepadaku. Beliau juga tidak pernah mengatakan mengenai sesuatu, ‘Kenapa kamu lakukan ini, kenapa tidak begitu?”

Anas juga berkata, “Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam  adalah manusia yang terbaik akhlaknya. Suatu hari beliau mengutusku untuk suatu keperluan. Lalu aku katakan, “Demi Allah, aku tidak akan pergi,” Padahal sebenarnya aku tetap akan pergi menuruti apa yang diperintahkan oleh Nabiyullah kepadaku.

Akupun keluar sampai aku melewati anak-anak kecil yang sedang bermain-main di pasar. Ternyata Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mengikuti secara sembunyi-sembunyi di belakang. Aku kemudian melihat beliau sedang tertawa. Beliau berkata, “Engakau berangkat juga menuju tempat yang aku perintahkan. Aku jawab, “Ya, wahai Rasulullah”. Selanjutnya Anas berkata, “Demi Allah, aku menjadi pelayan Nabi selama 9 tahun, dan seingatku beliau tidak pernah mengomentari apa yang aku lakukan dengan mengatakan “Kenapa kamu lakukan itu?” atau mengomentari sesutau yang aku tinggalkan dengan mengatakan, “Kenapa tidak kamu lakukan yang demikian?”


Sumber : "Mencetak Generasi Rabbani", Ummu Ihsan Choiriyah & Abu Ihsan Al-Atsary

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Syukron telah membaca postingan kami, silahkan meninggalkan komentar ^_^

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...