Senin, 17 Februari 2014

Menjadikan anak shalih?? Kembali ke diri kita

Kita tentu menginginkan buah hati yang cerdas dan tentunya shalih, berharap bahwa anak kita nantinya berbakti kepada orang tua dan hal-hal baik lainnya.

Tapi sadarkah kita?

Keshalihan dan ketakwaan kita merupakan modal utama untuk meraihnya. Jadi sangatlah lucu, jika kita berharap anak menjadi shalih, sementara kita berkubang dalam kemaksiatan dan kelalaian.

Keshalihan jiwa dan perilaku orang tua mempunyai andil besar dalam membentuk keshalihan anak. Bahkan membawa kebaikan  bagi anak di dunia dan akhirat.

Tentu kita masih ingat kisah.yang disebutkan dalam surat Al-Kahfi. Alkisah, Nabi Musa 'alaihissalam  melewati sebuah perkampungan. Keduanya meminta  penduduknya agar menyambut dan menjamu mereka berdua. namun penduduk menolak. Selanjutnya Nabi Musa dan Khidr melihat bangunan yang hampir roboh. Tiba-tiba Nabi Khidr memperbaiki dinding tersebut hingga tegak kembali. Maka Nabi Musa berkata:" Jika engkau berkehendak, tentu engkau bisa mengambil upah atasnya." (Q.S. Al-Kahfi:77)

Maka jawaban Nabi Khidr atas pertanyaan itu adalah:
"Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan dibawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shalih, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya it, sebagai rahmat dari Tuhanmu".

Demikianlah keshalihan seorang hamba akan mendatangkan rahmat Allah bagi anak keturunannya.

Keshalihan orang tua adalah modal utama...

Orang tua yang senantiasa mentaati Allah dan memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Orang tua yang shalih, selain menyuguhkan makanan yang baik, juga menyuguhkan pengajaran-pengajaran yang baik pula.

Ayah dan bunda adalah guru, pendidik, dan sosok teladan pertama bagi anak-anak mereka. Inilah salah satu hikmah mengapa Allah dan Rasul-Nya sangat menekankan dalam memilih jodoh karena mereka adalah calon-calon pendidik bagi anak-anak yang terlahir dari pernikahan mereka.

Seorang anak akan tumbuh menurut pendidikan yang diberikan kepadanya. Sifat-sifat orang tua kana menurun kepada anak-anak mereka. Ibarat pepatah, "buat tidak akan jatuh jauh dari pohonnya". Betapa banyak ketakwaan yang ada pada diri anak disebabkan ia mengikuti ketakwaan kedua orang tuanya atau slah seorang dari mereka. namun kembali lagi, hidayah hanya milik Allah, kita sebagai orang tua hanya berusaha..

maka dalam hal ini, sangat dibutuhkan kerja sama yang baik diantara ayah dan bunda. Ayah berkedudukan sebagai pemimpin dalam rumah tangga. Dialah panglima yang harus bisa memberi teladan bagi istri dan anak-anaknya.

Sementara ibu adalah petugas lapangan yang secara langsung menjadi "madrasah" pertama bagi anak-anak mereka. Maka dapat dikatakan, peran ibu dalam masalah pendidikan anak lebih dominan dibanding sang ayah. Hal ini disebabkan, secara umum ibu lebih banyak tinggal di rumah sehingga intensitas pertemuan dengan anak tentu lebih banyak.

Seorang wanita yang shalihah tidak hanya menyuapkan makanan ke mulut anaknya, tetapi juga memberi "santapan iman". Disamping memberi air susu, ia juga memberi "air kehidupan" yaitu prinsip-prinsip terbaik dalam kehidupan. Disamping memberi belaian kasih, ia juga memperdengarkan lantunan dzikir kepada Allah dan shalawat kepada Nabi-Nya yang akan menanamkan ketakwaan dalam dada mereka serta menguatkan cinta mereka kepada Isalm hingga akhir hayat.

So..ingin menjadikan anak yang shalih...yuk sama-sama belajar menjadi orang tua yang shalih..

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Syukron telah membaca postingan kami, silahkan meninggalkan komentar ^_^

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...