Kamis, 30 Januari 2014

Ketika tawakkal diuji

Kemarau kali ini terasa sangat panjang buat kami..
Bahkan ada pada satu titik dimana tawakkal kami betul-betul diuji. Mesin air yang kami gunakan sudah tak mampu untuk menarik, semestinya memang harus segera diganti, tapi apa daya belum ada dana untuk mengganti, dana yang ada untuk saat ini dialokasikan untuk kebutuhan pendidikan suamiku saat ini yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit..
terpaksa harus sedia minimal 2 galon setiap harinya dengan pemakaian ala kadarnya...

Persediaan tabungan sudah semakin menipis sementara informasi bea siswa belium begitu jelas rimbanya...
Boleh dikata suami melanjutkan pendidikan dengan modal "nekat", betul-betul mengandalkan beasiswa dan sedikit tabungan yang ada..

Yang mebuat kami betul-betul terpukul, sewaktu keluar pengumuman verifikasi calon penerima bea siswa, nama suamiku dan satu orang temannya tidak tertera..astaghfirullah..
Hanya kami berdua yang tahu perasaan kami saat itu..

tapi kami tidak putus asa..kami tetap berpikir semuanya belum final..ini masih hasil verifikasi, masihada harapan..walaupun harapan itu sangat kecil, jika dipersenkan mungkin hanya sekitar 5%...
Yang kami yakini selama ini, "Rencana Allah pasti indah".
Insya Allah suamiku akan berusaha semaksimal mungkin..

Dengan ujian ini, begitu banyak hikmah yang kami dapatkan..
Kami jadi merasa lebih dekat kepada Maha Pemberi Rezki, kami bisa mengajarkan pada anak-anak untuk meminta kepada Allah, Abdullah yang kelihatan sudah ingin bersekolah, terpaksa kami tunda keinginannya untuk masuk play group tahun ini, kami hanya mengajarkan untuk berdo'a pada Allah, makanya dia jadi sering berdo'a "Ya Allah, berikan rezki, abdullah mau sekolah". Saya sering tersenyum dan terharu mendengarnya. Dalam hati berharap semoga Allah mengabulkan do'anya. Karena kejadian ini, dia juga sudah hapal do'a minta hujan "Allaahumma agitsnaa 3x"

Suatu pagi, seperti biasa saya mengantarkan suamiku sampai ke depan pagar..kami sempat berbincang bahwa tawakkal kita betul-betul diuji..kami masih bisa tersenyum..
Suamiku hanya berkata, "nggak apa-apa, klau tidak lulus kita kembali ke pasir"
Sebenarnya mudah untuk kami jika ingin meminjam dana pada bank konvensional, namun kami tidak ingin melanggar sebuah prinsip hanya karena alasan melanjutkan pendidikan..semoga Allah memberi kekuatan..

Siang harinya, seperti biasa, suamiku pulang untuk makan siang untuk nantinya balik lagi. Dia berucap, " Ummi..ada berita gembira, alhamdulillah saya lulus sebagai penerima bea siswa, keputusan final insya Allah".

Subhanallah..saat itu saya tidak sanggup menahan air mata. Hanya mampu bersujud di hadapan-Nya dan semakin yakin bahwa Dia tidak pernah tidur lagi mendengar do'a hamba-hamba-Nya..

Tidak salah apa yang kami yakini selama ini bahwa rencana allah PASTI indah..


Tulisan ini kusertakan dalam event "Ayo Menulis "Hikmah dibalik susah " "



Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Syukron telah membaca postingan kami, silahkan meninggalkan komentar ^_^

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...