Selasa, 28 Januari 2014

Kejadian tak Terlupakan : Antara Hidup dan mati

Sulit untuk melupakan kejadian itu..
Kejadian yang terjadi 3 tahun yang lalu, saat anak kami Abdullah masih berusia 3 bulan, dan ayahnya yang saat itu masih berada di Kaltim...

Yah, kami berpisah untuk sementara, karena kami memutuskan agar saya melakukan proses kelahiran di Makassar saja agar bisa didampingi orang tua ditambah lagi fasilitas di daerah tempat kami berdomisili waktu itu sangat minim karena letaknya di daerah terpencil.
Tapi alhamdulillah kami masih tetap bisa berkomunikasi melalui telepon genggam..

Sampai suatu ketika saya terserang campak...Komunikasi dengan suami saya pun semakin intens karena kebetulan dia seorang praktisi kesehatan, agar dia bisa memberikan terapi terhadap gejala yang saya keluhkan..
Beberapa hari kondisiku belum juga membaik.. Malah saya merasakan sakit di bagian dada..jika saya berbaring ke arah kiri..

Suamiku menduga kemungkinan ada komplikasi...dia memutuskan untuk ke Makassar, dia berkata "Insya Allah hari Ahad nanti saya pulang"...
Namun takdir berkata lain.. Pada sabtu dini hari, nyeri di dadaku semakin bertambah, bukan hanya di bagian kiri namun juga di bagian kanan...
Hingga tak sanggup lagi untuk berbaring. Nafasku terasa sesak...hingga agak sulit untuk bernafas...

Melalui telepon, suami menganjurkan untuk saya ke puskesmas terdekat.
Ditemani orangtua, mertua, saudara dan iparku, saya menuju puskesmas. Sesampai di sana, diberikan pertolongan pertama untuk selanjutnya dirujuk ke salah satu Rumah Sakit swasta di Makassar...
Kondisiku semakin memburuk, nafasku semakin sesak...
Hingga hampir rasanya tak sanggup lagi untuk bernafas..

Aku dilarikan ke ruang ICU, diiringi isak tangis keluargaku... Iparku tak henti berkomunikasi dengan suamiku, menggambarkan keadaanku....
Yang kupikir hanya satu saat itu, "Yaa Rabb, Inikah saatnya Engkau mengambil nyawaku???" Tak henti kuucapkan syahadat "Laa ilaaha Illallaah"... Hingga akhirnya aku tidak mengingat apa-apa lagi...

Ternyata aku pingsan, saat terbangun, Hidung dan mulutku sudah tertutup alat bantu pernafasan..
Saat itu aku sadar, kondisi kritisku telah berlalu..
Yaa Allah..ternyata Engkau masih memberi kesempatan diriku untuk hidup...
Tubuhku lemas, nafasku masih sesak...
Hanya satu hal yang ada dipikiranku saat itu, "Dimana suamiku?"

Saya dikabarkan kalau beliau sudah dalam perjalanan ke Makassar, saya sudah membayangkan begitu kalutnya dia....
Ya..Allah... Saat itu kehadiran suamiku begitu sangat kurindukan... Walau keluarga mengelilingiku saat itu, perasaanku tetap terasa tidak tenang...
Mataku tak lepas dari jam dinding, dihatiku cuman ada satu pertanyaan saat itu, "Jam berapa sekarang, kenapa dia belum datang?"..
Saat sempat terlelap, begitu bangun yang kutanyakan hanya satu, "Dimana husband-ku?", "Dimana suamiku?"
Duhai..andai kalian tahu perasaanku saat itu...

Terlelap lagi...aku terbangun ketika ada yang membalikkan badanku seraya berucap, "Periksa darah dulu" dengan senyumnya...
Saya spontan berkata dan sempat tersenyum "Alhamdulillah sudah datang"...
Saya merasa lebih tenang saat itu...Ada kekuatan baru untukku, kekuatan untuk bisa kuat dan sembuh...

Walau selanjutnya saya dikatakan saat itu mengalami gagal nafas dan harus mendapatkan bantuan alat pernapasan yang lebih berat...Aku yakin, aku kuat..

Kekuatan lainnya adalah anakku..anakku yang saat itu berusia 3 bulan..yang masih sangat tergantung dengan ASI-nya...
Setiap hari saya berusaha terus memerah ASI, walaupun sedikit..untuk diminumkan pada anakku di rumah...

Hari-hari di ICU, suamiku setia mendampingi, bahkan saya terkadang terharu melihat dia yang hampir dikatakan tak pernah tidur normal karena memang tidak ada fasilitas tidur untuk pendamping pasien..alhasil yang paling bisa tidur dalam keadaan duduk.
Ditambah lagi kondisiku yang masih tidak menentu, terkadang tiba-tiba menggigil..

Saat kami sempat ngobrol, suami bercerita kalau dia betul-betul kalut, satu hal yang menjadi pikirannya saat itu, saat perjalanan antara Tanah Grogot ke Bandara Sepinggan, Balikpapan, "Istriku...bagaimana dengan anakku?? Anakku yang masih kecil, masih berusia 3 bulan??" Dia menangis, sampai-sampai tidak sadar kalau bus-nya ternyata hampir mengalami kecelakaan. Dia baru sadar saat kejadian itu terlewat.

9 hari di ICU, suami miminta kepada pihak Rumah Sakit, untuk saya bisa pulang.... Selanjutnya berobat jalan saja...melihat kondisiku juga yang sudah bisa beradaptasi tanpa bantuan oksigen..
Sepulang di rumah... bertemu anakku tercinta, tak bisa kubendung rasa haruku, melihat dia tersenyum ketika melihatku... Dan alhamdulillah...ASI ku juga masih tetap ada dan bisa kuberikan pada anakku..
Subhanallah..suatu nikmat tak terkira...

Dari kejadian ini, saya menjadi sangat tahu untuk lebih mensyukuri nikmat kesempatan hidup yang Dia berikan, berartinya nafas yang Dia berikan, berartinya suami dan anak-anak serta keluarga dalam hidupku...
Bahwa begitu aku menyayangi dan mencintai mereka...
Bahwa mereka juga sangat menyayangiku...



Tulisan ini saya ikut sertakan pada

GIVEAWAY 10th Years Wedding Anniversary : Moment to Remember

 

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Syukron telah membaca postingan kami, silahkan meninggalkan komentar ^_^

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...