Selasa, 03 Desember 2013

Harga Sebuah Keimanan


Memiliki kawan sejati yang biasa disebut sahabat, dan orang tua tercinta yang selalu memberi apa yang diminta adalah kenikmatan.

Juga kenikmatan ketika dianugrahi pasangan hidup yang baik hati, anak yang menyejukkan pandangan, rumah, kendaraan, pekerjaan mapan, semuanya patut disyukuri. dan masih banyak nikmat lainnya yang tak mampu tertuliskan satu demi satu.

Ternyata pula, nikmat-nikmat yang diuraikan tadi, Allah juga memberikan kepada orang yang ogah-ogahan shalat, enggan membaca Al-Qur'an, pembakhil harta, dan pelaku kemaksiatan lainnya.


Hingga pada orang kafir pun, Allah juga memberi kenikmatan. Fir'aun, orang yang paling kafir sepanjang peradaban manusia, toh Allah juga memberi jabatan tinggi di masyarakat saat itu.

kadangkala "kebalikannya"; kepada orang yang rajib shalat, gemar membaca Al-Qur'an, suka menolong, ternyata kehidupannya melarat, masalahpun kerap mendera,.

Lalu pantaskah Allah dikatakan tidak adil dalam memberi  kenikmatan kepada manusia di dunia ini?

Tidak, kawan! Justru kesenangan dunia boleh jadi menjadi ujian, apa dengannya manusia bersyukur atau malah melupakan Allah. karena ujian terbesar sebenarnya ujian hawa nafsu.

Hawa nafsu yang getol diperturutkan, hingga tanpa sadar, hawa nafsu menjadi sesembahannya. Wal'iyadzu billah..

Sadarkah kita, adakah yang melebihi nilainya dari sekedar uraian nikmat di atas tadi yang anggaplah dinamai nikmat kehidupan?

Ya, tentu saja kawan! Dialah nikmat keimanan, yang semestinya sangat disyukurii. Apalah artinya nikmat kehidupan jika tak bersanding dengan nikmat keimanan, meski rasa iman tak bisa diindera.

Bahkan, dengan nikmat keimanan, seseorang mampu mengorbankan  dunianya demi mendapat kecintaan Allah.

bacalah sejarah, bagaimana syahidah pertama, Sumayyah yang rela mengorbankan jasadnya demi memepertahankan keimanannya, juga sahabat muhajirin yang rela mengorbankan hartnaya untuk hijrah ke madinah., menuju perintah Allah demi mempertahankan iman di dada, dan sederet kisah kepahlawanan sejati dari salafushshalih yang begitu menghargai keimanan.sehingga keimanan adalah puncak kebahagiaan di dunia ini.
Allah anugrahan kepada orang yang dikehendaki-Nya.

Namun begitu, tak jemunya Nabi Ibrahim meminta setelah dikaruniakan Ismail dan Ishaq dalam penantian yang sangat lama dengan do'a

"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat, Ya Tuhan Kami perkenankanlah do'aku" (Q.S. Ibrahim:40)

Subhanallah, Nabi Ibrahim tidak meminta agar anaknya berlimpah harta, atau memiliki martabat di masyarakat.

Juga sang baginda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam, pemimpin orang beriman dan paling tinggi keimanannya memanjatkan do'a :

"yaa muqallibal quluub tsabbit qalbii 'alaa diinik, yaa musarrifal quluub tsabbit qolbii 'alaa tho'atk"

Keimanan adalah nikmat terbesar dalam nikmat kehidaupan ini. Disyukuri dengan mengejawantahkan iman dalam amalan shalih, meski keimanan itu akan selalu teruji.

Tapi begitulah cara Allah, agar kita kian menghargai keimanan.



Sumber : Majalah "Al-Firdaus edisi 7 2011

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Syukron telah membaca postingan kami, silahkan meninggalkan komentar ^_^

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...