Senin, 31 Maret 2014

Apa yang kita inginkan dari anak kita? Sebuah Renungan!

anak
Bicara soal anak, kita punya keinginan yang sama. Sewaktu anak itu lahir, kita ingin ia tumbuh sehat dan lucu. Demi asa itu, kita tak segan keluar tenaga dan biaya. Tapi ingat! sehat dan lucu saja belum cukup.

Kita ingin anak itu tumbuh cerdas dan mengukir segudang prestasi. Demi asa itu, kita rela mnguras otak dan mengerahkan segala usaha. Tapi ingat! Cerdas dan berprestasi saja juga belum cukup.

Kalaulah sekarang kita mendapatkan apa yang kita mau. Anak kita tumbuh sehat dan lucu, cerdas dan mengukir segudang prestasi, akankah itu berguna bagi kita di dunia dan dia akhirat??

Kita belum bisa memberikan jawaban pasti…

Betapa sering telinga kita mendengar orang tua yang pusing tujuh keliling, panik bukan kepalang, sebab anaknya yang semasa kecil sehat dan lucu, sekarang menjadi biang permasalahan. Berapa banyak orang tua yang geram karena didurhakai oleh anaknya ynag berprestasi luar biasa. Berapa banyak pula orang tua yang menangis karena dikibuli oleh anaknya yang cerdas tak terkira. Nasibnya seperti kata pepatah, “senjata makan tuan”.

Betapa pilu hati ini menyaksikan orang tua yang semasa muda bekerja keras, peras keringat banting tulang demi masa depan anaknya. Ia curahkan ksih sayang yag begitu tulus, setulus mentari pagi yang menebarkan sinarnya. Namun apa balasan yang ia terima?

Di penghujung usia, disaat tubuh sudah renta, si anak tidak segan-segan membentaknya bagai membentak seekor binatang yang hina. Atau ia serahkan tubuh yang tak berdaya itu ke panti jompo tanpa perasaan bersalah atau berdosa. Wal ‘iyadzu billah.

Ini di dunia..

Lalu apa yang terbayang di benak anda, akankah anak kita bermanfaat setelah kita meninggalkan dunia yang fana ini? Di saat Allah mengirimkan malaikat maut untuk mencabut nyawa kita, lalu orang-orang pun mengantarkan kita ke liang kubur. Di saat itu segala bentuk penghormatan tak ada lagi gunanya. Hanya tiga yang masih bisa kita harapkan selain amal-amal yang telah selesai pencatatannya : amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan.

Mungkin hari ini kita bangga memeiliki anak dengan sederet gelar dan segudang prestasi. Namun itu semua tak bermanfaat ketika malaikat Allah datang utnuk memeriksa amal-amal kita.

Pada hari itu, prestasi mereka yang menakjubkan tak lagi membahagiakan jika tak disertai dengan keimanan. Bahkan kita tak bisa berharap banyak dari doa yang mereka panjatkan. Sebaba mereka berdoa bukan untuk orang tuanya? atau mereka bukan anak yang shalih. Sebab bukankah doa-doa mereka hanya akan berguna bila mereka adalah anak yang shalih yang berdoa untuk orang tuanya??. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mengatakan, “Waladun shalihun yad’u lahu” (dan anak shalih yang berdoa untuknya.

Padahal sekirany anak-anak kita tumbuh sebagai hamba yang shalih, sejatinya itu sudah cukup untuk mengantarkan kita pada kemuliaan akhirat. Sebab, setiap kali mereka melakukan ibadah dan amal shalih, selalu ada kebaikan yang tercatat untuk kita. Bukankah kita yang mengajarkan kebaikan untuk mereka? Dan bukankah jika kita mengajarkan kebaikan, lalu orang lain mengikutinya, maka bagi kita pahal sebesar pahala orang yang mengerjakannnya?

Namun berhentilah berharap banyak dari apa yang tidak kita usahakan. Tanyakan, “Sudahkah kupersiapkan anakku menjadi seorang mukmin sejati yang mampu menggenggam dunia dengan hati yang dipenuhi rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya ?

Mendidik anak membutuhkan kesungguhan! Mendidik anak memerlukan pengorbanan! Mendidik anak membutuhkan ilmu..

Persiapan materi saja tidak cukup, jika kita menginginkan anak yang shalih dan handal. Anak yang membawa kebaikan bagi kedua orang tuanyadi dunia dan di akhirat. Sebab, sangat banyak perkara yang tidak bisa dibeli dengan uang. Memang, uang bisa membeli tempat tidur yang mewah, tapi bukan tidur yang lelap. Uang bisa membeli rumah yang lapang, tapi bukan kelapangan hati utnuk tinggal di dalamnya. Demikian pula, uang bisa membeli sekolah unggulan, tetapi uang tidak bisa membeli hidayah Allah.

Maka, menjadi orang tua harus berbekal ilmu yang memadai. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa ilmu tentang pendidikan anak adalah cabang ilmu yang khusus yang hrus dikuasai setiap orang tua bahkan sebelum mereka berpredikat sebagai orang tua..

Selanjutnya, semua terserah anda, apa yang anda inginkan terhadap anda?

-semoga bermanfaat-


sumber : “Mencetak Generasi Rabbani”, Abu Ihsan Al-atsari dan Ummu Ihsan Choiriyah

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Syukron telah membaca postingan kami, silahkan meninggalkan komentar ^_^

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...