Minggu, 07 Desember 2014

Mengenal lebih dekat Abu Hurairah (2)

“Janganlah kalian mencela para sahabatku. Demi Dzat yang jiwaku berada di  genggaman-Nya, jika salah seorang di antara kalian menafkahkan emas sebesar gunung Uhud, itu belum menandingi satu mud pencapaian mereka, bahkan setengah mud pun belum.” (Muttafaq ‘alaihi)

Ungkapan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam ini menggambarkan betapa agung para sahabat di hadapan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam sehingga beliau sungguh tidak rela apabila ada di antara mereka yang dicela. Tentu saja sanjungan ini tidak berlebihan. Perhatikan firman Allah berikut :

“Orang-orang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada Allah.” (At-Taubah : 100)

===

Kembali ke kisah Abu Hurairah...


Kesungguhan Abu Hurairah kepada ilmu dan kehadirannya di majelis-majelis Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam membuatnya harus memikul kelaparan dan kesulitan hidup yang tak dimiliki orang lain.

Abu Hurairah berkata tentang dirinya sendiri :
Aku pernah didera kelaparan yang sangat. Sampai-sampai aku terpaksa berpura-pura bertanya kepada seorang laki-laki dari sahabat-sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam tentang satu ayat Al-Qur’an padahal aku sudah mengetahuinya, aku melakukan hal itu dengan harapan dia akan berkenan membawaku ke rumahnya dan memberiku makan.

Suatu hari aku benar-benar sangat lapar, sehingga aku mengganjal perutku dengan batu. Aku duduk di jalan yang biasa dilalui para sahabat. Tidak lama kemudian Abu Bakar pun lewat, aku bertanya kepadanya akan satu ayat dalam kitab Allah, aku bertanya kepadanya kecuali agar dia membawaku ke rumahnya, namun dia tidak melakukannya.

Kemudian Umar bin Khattab lewat di depanku, aku melakukan hal yang sama dengan yang kulakukan terhadap Abu Bakar, dan Umar pun melakukan hal yang sama dengan Abu Bakar, sampai akhirnya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam lewat di depanku, beliau tahu aku sedang lapar. Beliau bertanya, “Abu Hurairah

Aku menjawab, “Ya, wahai Rasulullah”

Lantas aku mengikuti masuk rumah bersama beliau. Beliau melihat satu bejana berisi susu. Beliau bertanya kepada keluarganya, “Dari manakalian mendapatkan susu ini?”

Mereka menjawab, “Fulanah mengirimkannya untuk engkau.”

Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku, “Abu Hurairah, pergilah kepada Ahli Suffah dan panggillah mereka kemari” (ahli suffah adalah tamu-tamu Allah dari kalangan kaum muslimin yang miskin, tidak mempunyai keluarga, tidak punya harta dan tidak memiliki keluarga, tidak punya harta dan tidak mempunyai anak, mereka tinggal di shuffah mesjid Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam)

Permintaan beliau kepadaku untuk mengundang mereka tidak menenangkanku, aku berkata dalam diriku, “Apa yang bisa dilakukan terhadap susu ini terhadap ahli Shuffah? Semestinya aku dulu yang minum sehingga aku kuat lalu aku pergi kepada mereka”.

Aku datang kepada ahli Shuffah, aku mengundang mereka dan merekapun datang, manakala mereka 
duduk di hadapan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau berkata kepadaku, “Ambillah bejana itu dan berikalah kepada mereka”.

Aku pun memberi mereka minum satu persatu hingga mereka semua kenyang, kemudian aku memberikan bejana susu tersebut kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Beliau memandangku dengan tersenyum seraya bersabda, ” Tinggal aku dan kamu wahai Abu Hurairah”

Aku menjawab, “Benar Ya Rasulullah”

Beliau bersabda, “Minumlah”. Maka akupun minum.

Beliau bersabda, “Minumlah”. Maka akupun minum.

Dan beliau terus bersabda, ”Minumlah”

Dan aku terus minum sampai aku berkata, “Demi Allah yang telah mengutusmu dalam kebenaran, tidak ada ruang dalam perutku untuknya”

Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam mengambil bejana dan meminum sisanya.

===

Tidak perlu waktu lama setelah itu sehingga harta datang kepada kaum muslimin dengan melimpah. Harta-harta rampasan perang mengalir ke mereka. Abu Hurairah pun memiliki harta, rumah dan perlengkapannya. Dia juga memiliki istri dan anak.

Namun semua itu tidak merubah penampilan pribadinya yang mulia sedikitpun. Tidak membuatnya melupakan hari-harinya yang telah berlalu. Dia sering berkata, “Aku tumbuh sebagai anak yatim, aku berhijrah dalam keadaan miskin, aku adalah kuli Busrah binti Ghazwan dengan upah makanan yang mengenyangkan perutku, aku melayani orang-orang ketika mereka singgah, menumpang kendaraan mereka ketika mereka bernagkat, lalu Allah menikahkanku dengannya. Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan agama sebagai pilar utama dan menjadikan Abu Hurairah sebagai imam”.

Abu Hurairah beberapa kali menjadi gubernur Madinah atas perintah Mu’awiyah bin Abu Sufyan, namun jabatan tersebut tidak merubah tabiatnya yang pemurah dan keramahannya sedikitpun.
Saat dia menjabat gubernur Madinah, dia melewati salah satu jalan di sana, dia memanggul kayu bakar di atas punggungnya untuk keluarganya, dia melewati Tsa’labah bin Malik, maka dia berkata, 

“Berikanlah jalan untuk gubernur wahai Ibnu Malik”

Tsa’labah menjawab,”Semoga Allah merahmatimu, apakah jalan seluas ini tidak mencukupimu?”

Maka dia berkata, “Berikanlah jalan untuk gubernur dan kayu bakar yang ada di punggungnya”.

Abu Hurairah menggabungkan keluasan ilmu dan kemurahan hatinya dengan ketakwaan dan kebersihan hati, dia berpuasa di siang hari dan  bangun malam untuk shalat di sepertiga malam yang pertama, kemudian ia membangunkan istrinya lalu istrinya shalat malam di sepertiga malam yang kedua, kemudian istrinya membangunkan anak perempuannya lalu dia shalat di sepertiga malam yang ketiga. Sehingga rumah Abu Hurairah tidak terputus dari ibadah sepanjang malam.

Putrinya pernah mengadu kepadanya, dia berkata, “Bapak, teman-temanku mengejekku, mereka berkata, ‘Mengapa bapakmu tidak menghiasimu dengan emas?’” maka Abu Hurairah berkata, “Katakan kepada mereka, ‘ Sesungguhnya bapakku takut panasnya api neraka atasku’”

Penolakan Abu Hurairah untuk mempercantik putrinya dengan perhiasan bukan karena dia kikir atau rakus dalam menumpuk harta, tetapi karena Abu Hurairah adalah laki-laki dermawan yang banyak memberi di jalan Allah.

Marwan bin Al-Hakam mengirimkan seratus dinar emas kepadanya, esoknya, dia mengutus seseorang kepada Abu Hurairah, dia berkata, “Orangku salah telah menyerahkan dinar emas kepadamu, bukan kamu yang aku inginkan, akan tetapi orang lain”

Abu Hurairah diam, lalu dia menjawab, “Aku telah membelanjakannya di jalan Allah dan tidak tersisa satu dinar pun di tanganku, jika jatah pemberianku dari negara sudah keluar maka lunasilah ia dengannya.”

Marwan melakukan itu untuk mengujinya, manakala dia meneliti, dia melihat kebenarannya.

===

Manakala Abu Hurairah sakit, yang dalam sakitnya itu dia meninggal dunia, dia menangis. Orang banyak bertanya, “Apa yang membuatmu menangis wahai Abu Hurairah?”

Dia menjawab, “Aku tidak menangis atas dunia kalian ini, akan tetapi aku menangis karena perjalananku jauh dan bekalku sedikit. Aku telah berada di ujung jalan yang membawaku ke syurga atau ke neraka. Aku tidak tahu ke mana aku melangkah”

Marwan bin AL-Hakam menjenguknya dan berkata, “Semoga Allah menyembuhkanmu wahai Abu Hurairah”.

Maka Abu Hurairah menjawab, “Ya Allah sesungguhnya aku mencintai perjumpaan denganMu maka cintailah perjumpaan denganku dan segerakanlah”. Marwan baru saja hendak meninggalkan rumah dan Abu Hurairah telah wafat.

Semoga Allah merahmati Abu Hurairah dengan rahmat yang luas, dia telah menghafal untuk kaum muslimin lebih dari 1609 hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan atas jasa mulianya bagi Islam dan kaum muslimin.


Sumber : 

“Mereka Adalah Para Sahabat”, 
Penulis Dr. Abdurrahman Rafat Ba’sya, 
Penerbit At-Tibyan 
Ketebalan : 420 halaman
Ukuran : 16,5 x 25 cm

4 komentar :

  1. wah, makasih postingannya mba, jadi tahu ttg abu hurairah, salam kenal ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama mbak, seharusnya kita memang lebih mengenal para sahabat. Banyak hikmah setelah membaca kisah mereka.
      Salam kenal balik mbak

      Hapus
  2. bukunya menginspirasi sekali... jd pgn baca juga...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa mbak, saya beli online juga, coba langsung pesan ke penerbitnya. Googling aja..

      Hapus

Syukron telah membaca postingan kami, silahkan meninggalkan komentar ^_^

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...