Seingatku.. dulu pandai membaca di usia 5 tahun sudah merupakan hal yang
amazing. Sehingga orang tua yang memiliki anak yang pandai membaca di usia itu adalah hal yang sangat membanggakan.
Namun, seiring dengan perkembangan informasi yang sangat pesat, saat ini hal tersebut bukan lagi sesuatu yang langka. Pandai membaca di usia balita bahkan batita adalah hal yang sangat mungkin.
Sudah menjadi isu yang menarik bahwa masa keemasan perkembangan otak anak malah pada usia 3 tahun pertama. Sehingga untuk mengajarinya membaca sejak dini, mengapa tidak?
Begitu pula dengan saya sebagai seorang ibu, hal ini tentu sangat menjadi bahan perhatian. Harapan agar si kecil bisa membaca sejak dini tentu ada, terlepas dari kontroversi yang ada tentang masalah ini.
Saya jadi teringat dengan biografi seorang ulama yang sejak berusia kurang lebih 7 tahun sudah menghafalkan Al-Qur'an, di usia seperti itu sudah mengusai beberapa disiplin ilmu agama. Yang menjadi pertanyaan, dengan usia seperti itu kira-kira dalam usia berapa mereka mampu membaca Al-Qur'an? Tentu jauh sebelum usia itu karena sebelum menghafalkan tentunya kita harus mampu membacanya.
Mungkin hal ini termasuk salah satu motivasi dalam mengajarkan si kecil membaca sejak dini, baik itu bacaan iqro'nya yang tetap harus menjadi prioritas, maupun bacaan latinnya.
Saat itu saya sempat berpikir untuk menuntaskan iqro'nya terlebih dahulu lalu kemudian bacaan latinnya yang mungkin sudah saya paparkan di
postingan yang lalu. Namun, berhari-hari saya merenung..kenapa tidak pembelajarannya diparalelkan? Sambil tetap bermusyawarah dengan suami.
Saya memutuskan sebelum memulai harus tetap mencari informasi, setidaknya sharing dengan orang yang mungkin punya pengalaman yang sama, ketakutan akan terjadi over lapping dengan pembelajaran iqro'nya.
Alhamdulillah, setelah sharing dengan seorang teman cukup merasa lega. Dia mengatakan, "Otak anak itu ibarat sponge, ia menyerap informasi apa saja yang dia peroleh", dan hal ini dipraktekkan kepada putranya, iqro' jalan, latin juga jalan. Akhirnya, bismillah.. kuputuskan untuk mulai mengajarkan si kecil. Tentunya jauh dari kesan memaksakan dan tetap dengan metode belajar dan bermain.
Pandai membaca hanyalah sebuah wasilah (sarana) karena tujuan kita ada pada apa yang ia baca nantinya dan menjadikannya "suka membaca" karena begitu banyak anak yang sudah pandai membaca tapi tidak suka membaca dan yang senang membaca tapi bukan bacaan yang bermanfaat.
Untuk mewujudkan hal ini, saya mencoba membuatkan bahan-bahan belajar untuknya, baik Iqro' maupun latinnya. Bahan-bahan belajar tersebut bisa dilihat
di sini dan
di sini. Silahkan didownload dengan gratis :)
|
Contoh flash card bahan belajar bacaan latin |
|
Contoh bahan belajar iqro' |
Alhamdulillah jerih payahku tidak sia-sia, hasilnya pun terlihat. Abdullah dan Aisyah bisa membaca di usia 3 tahun, dan untuk Aisyah serasa lebih mudah karena sudah memiliki pengalaman mengajarkan Abdullah terlebih dahulu, lagi pula selama ini dia memperhatikan bagaimana kakaknya belajar.
Merangsang minat baca
Tidak merasa puas sampai di situ saja karena memang tujuan kami bukan sekedar mereka pandai membaca, pandai membaca hanyalah sarana untuk menanamkan kecintaan mereka pada membaca itu sendiri.
Sedari kecil saya membuatkan buku-buku bacaan sederhana dari kardus bekas, Buku
Aku Anak Muslim dan
Ayo Berhitung karena waktu itu kami masih tinggal di daerah yang masih terbatas buku-buku edukatif untuk anak. Ditambah lagi satu dua
buku yang kami pesan secara online serta mem-
print beberapa ebook hasil
download.
|
Tiga buku diantaramya adalah kreasiku untuk anak-anak.(tahun 2008)
Ebooknya bisa dilihat di sini |
|
Abdullah dan buku-bukunya waktu berusia setahun lebih |
Membacakan cerita sebelum tidur sudah menjadi agenda keseharian, bahkan sampai saat ini, saat mereka sudah pandai membaca sendiri bukunya, mereka masih kadang meminta kami untuk membacakan cerita untuk mereka. Mungkin mereka lebih senang mendengarkan intonasi yang berbeda jika kami yang membacakannya.
Alhamdulillah, kecintaan itu mulai tumbuh. Sejak berada di Makassar, jadi lebih bisa menambah koleksi bacaan buat mereka karena adanya beragam pilihan. Kalau ke toko
buku, ingiiiiiiin sekali rasanya memborong begitu banyak
buku buat mereka. Namun kembali lagi, semua harus disesuaikan dengan
budget yang ada.
|
Koleksi buku anak-anak |
|
Buku buatanku masih awet sampai sekarang (2015)
walau sudah agak sedikit kucel, tapi buku Ayo berhitung (jilid 2)
entah kemana :( |
Senang saat melihat mereka mulai menikmati bukunya sendiri tanpa tergantung kepada saya untuk membacakannya. Terkadang mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada saya terkait akan apa yang mereka baca
"Ummi, serangga apa yang suka pada bunga?"
"Kelelawar juga disebut binatang malam kan ummi?"
"Nabi Muhammad pernah dibelah dadanya kan ummi?"
dan pertanyaan lainnya.
Itu berarti, sudah ada hasil yang melekat pada mereka akan apa yang mereka baca. Alhamdulillah.
|
Pasukan pink lagi membaca, walau ini bukan posisi
yang tepat. Biasanya saya tegur, tapi karena lagi ingin mengambil gambar mereka
yanh lagi asyiknya membaca, ditegurnya setelah motret...hihi |
Untuk mewujudkan kecintaan mereka pada membaca tentu tidak hanya berasal dari pihak mereka saja, yang paling utama buat saya adalah memberikan keteladanan buat mereka. Tularkan kepada mereka semangat cinta baca, perlihatkan kepada mereka pada saat kita membaca. Bahkan terkadang tertarik melihat apa yang kita baca.
Ada hal yang lucu saat saya membaca
buku "Mendidik Anak Dengan Cinta" karya ibu Irawati Istadi. Si Khadijah malah dengan serius memperhatikan covernya...
Kebetulan, di covernya ada tiga orang anak, satu anak laki-laki dan dua anak perempuan. Satunya mengenakan jilbab.
Dia berkata, "Ummi, jibat (jilbab maksudnya)" sambil menunjuk ke gambar anak perempuan yang mengenakan jilbab
Lalu berkata lagi, "Ummi, Abullah (Abdullah)"
Terus saya menunjuk ke anak perempuan berponi yang tak berjilbab, "Ini siapa?"
"Aisyah" jawabnya.
"Terus mana Khadijah?" tanyaku lagi
"Ini" tunjuknya ke gambar anak yang berjilbab.
|
Cover buku yang jadi perhatian Khadijah |
Saya senyum-senyum sendiri melihat imajinasi anak seusia Khadijah ini, yang menarik dia memilih anak yang berjilbab untuk mewakili karakter dirinya ^_^
Semoga istiqomah anak-anakku. Harapanku, tumbuhlah menjadi anak yang cerdas dan senantiasa haus akan ilmu yang salah satu pintunya diperoleh dengan membaca. Bacalah bacaan yang benar sehingga bisa terarahkan menjadi orang-orang yang benar, dan bukan orang yang malah tersesat dengan bacaannya.
My Dream
Ada satu mimpi yang belum terwujud saat ini, keinginan untuk membangun sebuah rumah baca. Rumah baca untuk anak-anak di sekitar tempat tinggal. Keinginan yang ingin kuwujudkan saat kembali ke tempat domisili di salah satu Kabupaten di Kalimantan Timur setelah suami menyelesaikan pendidikan di kota ini.
Dimana anak-anak dapat terlibat dalam mewujudkan impian itu sehingga kecintaan mereka akan membaca semakin erat. Bukan mustahil itu semua akan terwujud.
Alhamdulillah sudah beberapa sahabat-sahabat Blogger yang telah lebih dahulu mendirikan rumah baca, sehingga lebih banyak tempat bertanya dan berdiskusi jika saatnya nanti mewujudkan impian.
Mari bersama-sama menebarkan virus cinta baca kepada sesama, dan ada baiknya dimulai dari lingkungan keluarga kita sendiri. Semoga bernilai amal jariyah.
Aaamiin Yaa Rabb...