Minggu, 29 Januari 2017

Khadijah dan buku



Beberapa hari belakangan ini, Khadijah (menjelang 4 tahun) lagi senang-senangnya membaca buku. Buku serial anak miliknya, yang memang cocok untuk anak yang baru pandai membaca. Tulisan dengan paragraf yang tidak begitu banyak serta gambar yang menarik. Buku yang dia beli sekitar 2 tahun yang lalu, sewaktu menemani kakaknya membeli buku di sebuah toko buku di Makassar. Betapa senangnya dia sewaktu kami juga memilihkan buku untuk dia waktu itu, dan mengatakan “Ini untuk Khadijah”...

Ini salah satu cara kami dalam mengakrabkan anak-anak dengan buku, walaupun dia sama sekali belum tahu membaca karena tugas kami atau kakaknya yang membacakan untuknya.
Toko buku memang selalu menjadi tujuan pertama kami saat berkunjung di sebuah pusat perbelanjaan, dan mempersilahkan mereka untuk membeli satu atau dua buah buku untuk dibawa pulang, walau tetap tugas kami untuk menyeleksi buku pilihan mereka kalau misalnya mendapatkan buku yang “kurang sesuai” untuk mereka.

Alhamdulillah, anak ini sudah pandai membaca sebelum adiknya lahir, tapi tampak dia masih tidak tertarik membaca paragraf yang panjang. Kalau dia mendapati sebuah buku, hanya tertarik membaca judulnya saja. 

Entah kenapa hari-hari belakangan ini dia sudah mulai senang membaca paragraf yang panjang, bukunya dibawa kemana-mana. Sambil tak hentinya menanyakan jika ada kata yang tidak dia mengerti serta mencocokkan kalimat yang dia baca dengan ilustri gambar di halaman yang sama. Dua hari ini saya mendapatinya tertidur bersama bukunya.









Tertidur di sisi bukunya
 
Baarakallaahu fiyk anandaku. Semoga istiqomah hingga engkau dewasa.


Sabtu, 28 Januari 2017

Menentukan skala prioritas dalam menuntut ilmu, itu perlu !!!



sumber gambar
Saya selalu ingin menjadi ibu pembelajar, berapapun usia dan profesi yang kujalani saat ini tidak menyurutkan keinginan untuk terus belajar. Dulu terkadang ada rasa iri “positif” pada teman-teman yang masih sanggup melanjutkan pendidikan formal, sementara saya yang memilih untuk berada di ranah domestik sepertinya harus menahan diri untuk hal yang satu ini kecuali takdir berkata lain.

Alhamdulillah, di era internet seperti sekarang ini, menjadikan sesuatu yang sepertinya mustahil menjadi mungkin. Media pembelajaran online menjamur mulai dari gratisan hingga berbayar. Siapa sangka emak-emak dasteran ternyata masih bisa bergelut dengan buku-buku selayaknya mahasiswa di luar sana. Tawaran belajar dari berbagai disiplin ilmu betul-betul sangat menarik perhatian dan rasa-rasanya hal yang diminati semua ingin digeluti. Prinsip saya sebelumnya, kalau tidak bisa mengambil keseluruhannya maka tidak mengapa mengambil sebagiannya. 

Ternyata memang prinsip tersebut tidak sepenuhnya benar. Setelah menjalani beberapa media pembelajaran tersebut  memang tidak menutup mata bahwa semua berjalan serba setengah-setengah. Tidak ada yang betul-betul maksimal. Sampai saya bergabung dengan komunitas ibu profesional (IIP) dan mencoba mengikuti program matrikulasi. Dan apa yang saya tuliskan saat ini merupakan tugas awal dari program tersebut yakni mengenai “Adab Menuntut Ilmu”, dimana kita diarahkan untuk memilih satu ilmu yang menjadi prioritas.

Jujur, awal saya berpikir “mudah”, tinggal memilih dan menjabarkan sesuai permintaan dari tugas yang diberikan. Tapi dengan arahan fasilitator, saya kemudian berpikir dan merenung bahwa ini bukan sekedar tugas, ini akan menjadi acuan apa yang nantinya akan saya jalani. Ilmu yang saya pilih nantinya adalah ilmu yang betul-betul menjadi prioritas.

Di situ saya tersadar dan bertanya kepada diri sendiri, “apa lakon yang saya jalani dalam kehidupan ini?”, “Apa yang menjadi tanggung jawab utama saya di hadapan Rabb?”.
Dan akhirnya saya memilih ilmu mendidik anak (parenting) sesuai syariat Islam sebagai prioritas. Karena inilah salah satu lakon utama yang saya jalani dalam universitas kehidupan. Lakon sebagai seorang ibu bagi anak-anakku, sebagai madrasah pertama untuk mereka. Walau telah menjalani kurang lebih 9 tahun sebagai seorang ibu, tetap masih terlihat kekurangan di sana sini terutama dalam hal mengelola emosi dalam mendidik anak-anak.

Anak-anak yang tidak selamanya berada dalam masa kanak-kanak. Kelak mereka satu persatu akan menjadi dewasa. Jangan sampai suatu saat nanti saya baru merasa pentingnya ilmu mendidik anak setelah mereka sudah dewasa, padahal waktu tidak akan bisa dimundurkan. Walau sekali lagi hidayah hanya milik Allah ‘azza wa jalla namun saya sebagai seorang ibu hanya mampu berusaha semaksimal yang saya bisa.

Strategi
Sebagaimana ilmu-ilmu yang lainnya, tentunya untuk mendapatkan ilmu tentang seni mendidik anak, ada beberapa strategi yang bisa ditempuh, diantaranya:
  • Lebih mendekatkan diri kepada Rabb, karena sebagaimanapun usaha yang kita jalani, hidayah hanyak milik Allah azza wa jalla, hanya Dia yang mampu membolak-balikkan hati anak kita. Bukankah jika ingin mendapatkan anak yang shalih, harus terlebih dahulu berusaha menshalihkan diri. Meluruskan niat, bahwa mendidik anak semata-mata karena Allah bukan karena tendensi yang lain, misalnya karena ingin dikatakan sebagai orang tua yang berhasil dalam mendidik anak. Dan ini adalah sesuatu yang sangat berat. Sebagaimana beratnya meluruskan niat untuk perkara ibadah yang lain.

  • Meluangkan waktu setiap harinya untuk membaca buku-buku yang berkaitan dengan seni mendidik anak.Menghadiri seminar-seminar yang berhubungan dengan dunia parenting.

  • Bergabung dengan komunitas yang memiliki tujuan yang sama, dan alhamdulillah Institut Ibu Profesional (IIP) memfasilitasi hal ini.
  • Membangun komunikasi yang baik dengan pasangan hidup kita, karena seyogianya tugas mendidik bukan hanya kewajiban ibu, tapi kolaborasi keduanya untuk bersama-sama menentukan visi misi keluarga berkaitan dengan mendidik anak.
Hal yang terlupakan

Kadang dalam menuntut ilmu, kita terlupa dalam masalah adab, padahal para ulama terdahulu sangat mengedepankan adab dibandingkan ilmu itu sendiri  untuk meraih keberkahan ilmu.
Bersyukur saya mengikuti program matrikulasi ini karena hal awal yang diingatkan kepada kami adalah masalah adab. Maka harus ada yang berubah, terutama bagi diri saya pribadi.
  • Lebih memperhatikan jadwal belajar. Terutama dalam pembelajaran online. Sampai saat ini masih keteteran dan harus berusaha untuk berubah.
  •  Gelas kosong. Menerima materi selayaknya baru pertama kali menerima materi tersebut. Menyimak dengan baik materi yang disampaikan. Tidak jumawa dengan pencapaian-pencapaian yang ada. 
  •  Lebih semangat dalam mengerjakan tugas. Berusaha untuk tidak terus menerus menjadi deadliner. Walau beraaaat   -__-
Selain ilmu mendidik anak, sebenarnya ada beberapa ilmu yang menjadi perhatian khusus yakni ilmu Bahasa Arab, Tahsinul Qira’ah, Kepenulisan serta ilmu yang berhubungan dengan dunia bisnis. Ke depannya saya ingin ahli dalam bidang ilmu tersebut dan yakin in syaa Allah ilmu-ilmu tersebut bisa menjadi menjadi penunjang yang akan melengkapi peran saya sebagai seorang hamba, istri sekaligus sebagai seorang ibu...
Semangat belajar, dan jangan pernah berhenti belajar.... ^_^