Benar kata bunda septi, dari dulu
kita terbiasa untuk menghafal materi. Dalam proses belajar tersebut, sebelum
menghafalkan materi tertentu harus betul-betul dipahami terlebih dahulu
sehingga lebih mudah menghafalkannya. Salah satu mata pelajaran yang
sangat saya sukai dan berbinar-binar mempelajarinya yakni matematika. Lebih
memilih untuk mengerjakan seabrek tugas matematika yang seabrek-abrek dibanding diberi soal karangan bahasa
Indonesia walau hanya satu halaman, haha... baru sadar sekarang akan pentingnya
kegiatan menulis yang menjadi salah satu bagian dari pelajaran bahasa Indonesia
ini.
Dalam memilih fakultas ataupun jurusan,
yang menjadi pertimbangan pertama adalah apakah fakultas atau jurusan tersebut
sesuai minat dan bakat saya. Sangat kurang setuju dengan pendapat sebagian orang yang memilih fakultas
ataupun jurusan berdasarkan banyak atau sedikitnya jumlah peminat fakultas atau
jurusan tersebut.Prinsip saya, saya nantinya yang akan menjalani, kebayang saya
harus bergelut dengan ilmu yang bukan merupakan minat/ataupun bakat saya. Namun
tetap sebagai insan beragama, kita tidak memungkiri takdir Allah, bahwa semua berjalan
berdasarkan kehendakNya,fakultas/jurusan apapun yang nantinya ditakdirkan untuk
kita jalani in syaa Allah yang terbaik. Kita hanya bisa berikhtiar dan tawakkal
kepada Allah akan hasilnya.
Jujur, salah satu keinginan dari
dulu yang memotivasi dalam belajar adalah ingin mendapatkan nilai yang baik
dari hasil pembelajaran. Klo di perguruan tinggi tentuingin mendapatkan IPK
yang tinggi.
Namun seiring waktu, saat kita sudah menentukan peran
masing-masing dalam kehidupan, semakin jelas kemana arah pembelajaran kita, apa
tujuan yang ingin kita dapatkan dari proses belajar tersebut. Menuntut ilmu
karena merasa ilmu tersebut merupakan kebutuhan dan rasa ingin tahu. Terutama
saya sebagai ibu rumah tangga, tentu mencari ilmu bukan lagi untuk mengejar nilai
ataupun sertifikat, dan faktanya ilmu itu in syaa Allah terasa lebih
bermanfaat, karena kita betul-betul menginginkan isinya untuk dikejawantahkan
dalam kehidupan sehari-hari. Dan alhamdulillah dalam beberapa pekan mengikuti
kuliah matrikulasi ibu profesional, lebih bisa menentukan skala prioritas dalam
menuntut ilmu.
Ada beberapa metode yang saya
terapkan dalam proses pembelajaran :
- Meluangkan waktu dan memanfaatkan waktu luang. Harus ada jadwal belajar dan pandai-pandai memanfaatkan waktu luang, menjadikan “me time” salah satunya untuk belajar.
- Banyak membaca, dan memang akan sangat berat kalau kita tidak suka membaca. Jangan bermimpi kita akan bisa menargetkan untuk membaca beberapa buku kalau pada dasarnya kita tidak memilik keinginan untuk membaca. Maka dari itu, hal ini menjadi perhatian yang kami terapkan kepada anak-anak. Kami memang lebih cepat menstimulan anak-anak dalam membaca, terlepas dari kontofersi yang ada, begitu banyak hal yang positif yang kami dapatkan saat mereka sudah pandai membaca di usia dini, dan ini kami terapkan dari anak pertama hingga anak ketiga dan in syaa Allah kami akan terapkan untuk anak berikutnya. Namun intinya, stimulan mereka dengan cinta, sebelum mengajarkan mereka untuk pandai membaca, kenalkan mereka terlebih dahulu pada buku, bahwa buku adalah hal yang menarik, tumbuhkan keingin tahuan mereka akan buku. Misalnya saja, dengan sering membacakan buku sebelum tidur, hampir sebelum jam tidur anak-anak saya akan membacakan buku untuk mereka, memperkenalkan buku memang dari usia sebelum 1 tahun.
Bagi saya, pandai membaca saja tidak cukup, karena pointnya adalah bagaimana menjadikan mereka suka membaca dan alhamdulillah semua anak-anak sangat suka membaca tanpa disuruh dan tidak hanya sebatas buku pelajarannya saja. Jika ada kesempatan untuk masuk ke pusat perbelanjaan, tempat yang pertama yang kami tuju adalah toko buku, satu cara untuk mengajak anak-anak mencintai buku dan alhamdulillah efektif. Apalagi buku itu dibeli dari hasil tabungan mereka. Tentang metode membaca, sudah saya bahas sangat banyak di blog ini termasuk pada postingan di artikel ini. Dan selanjutnya mengarahkan mereka untuk selektif dalam memilih bacaan karena pada hari ini begitu banyak orang-orang cerdas yang memiliki pemikiran nyeleneh salah satunya karena salah memilih bacaan.
- Menuliskan kembali ilmu yang didapatkan, dengan mencatat alhamdulillah sebagai salah satu sarana mengikat ilmu.
- Mengamalkan/mempraktekkan ilmu yang diperoleh, tidak sekedar menjadikannya sebagai tumpukan catatan. Mengamalkan ilmu juga merupakan salah satu cara untuk mengikat ilmu. Dan ini saya terapkan termasuk ke anak-anak, misalnya mengajarkan mereka do’a sehari-hari tidak dengan sengaja menyuruh mereka menghafal satu persatu do’a tersebut namun dengan membacakan mereka setiap melakukan ‘amalan yang berkaitan dengan do’a tersebut. Sebelum makan, menuntun mereka membaca basmalah, masuk kamar mandi menuntun mereka membaca do’a masuk kamar mandi dan lainnya. Begitu seterusnya, pembiasaan yang akhirnya secara tidak langsung menghafalkan do’a-do’a tersebut. Begitu juga dengan menghafal Al-Qur’an, saya ingat sewaktu Abdullah masih berusia sekitar 2 tahun, sangat senang mendengar murattal dari handphone kami dan dia sendiri yang mengulang-ulangnya hingga hafal, jika berkendaraan kami senantiasa mengulang-ulang hafalan Al Qur’an sehingga dengan sendirinya terbiasa menghafal AlQur’an dan memperlihatkan bahwa menghafal AlQur’an itu adalah hal yang menyenangkan, bukan malah menjadikan beban. Allah tidak menilai kita dengan seberapa banyak ilmu yang kita miliki namun sejauh mana kita mengamalkan ilmu yang kita dapatkan dengan ikhlas dan sesuai tuntunan Rasul-Nya.
- Mengajarkannya. Dan ini penting untuk kita lebih mendalami ilmu tersebut, contoh saja, dulu saya sangat sulit mengingat beberapa teori ilmu tajwid sampai saya berusaha mengajarkannya dan ternyata teori-teori itu memang lebih melekat dengan mengajarkannya. Dan yakinlah bahwa ilmu itu tidak akan berkurang dengan dibagi ke orang lain malah in syaa Allah semakin menambah perbendaharaan ilmu yang kita miliki.
- Membuat resensi buku melalui blog, ini juga menjadi salah satu motivasi saya untuk mendalami sebuah buku
- Salah satu hal yang juga mempengaruhi pembelajaran yakni lingkungan yang nyaman, tentu sangat berbeda kalau kita belajar di tempat yang bising dari pada di lingkungan alam yang sejuk. Jadi sekali-kali kita refreshing dalam menuntut ilmu. Termasuk misalnya kalau belajar indoor, di kamar misalnya, kondiisi kamar dalam keadaan tertata rapi. Dulu sebelum saya ingin memulai belajar, hal yang pertama yang saya lakukan adalah menata kamar agar terlihat rapi terlebih dahulu sebelum bergelut dengan buku-buku pelajaran.
- Yang terakhir dan pertama sebenarnya adalah meluruskan niat. Ada perkataan yang indah dari seorang ulama Al Imam Ad Daruquthni “Dahulu kami menuntut ilmu bukan karena Allah, namun ternyata ilmu itu enggan kecuali jika dituntut karena Allah semata.
Dalam mendampingi proses belajar
anak-anak, saya selalu berpikir bahwa semua harus dijalani dengan fun, tidak ada paksaan untuk mereka dalam belajar,
berusaha menanamkan bahwa belajar merupakan kebutuhan dan hal yang mereka sukai.
Walau dibeberapa kesempatan saya kadang ngomel-ngomel (kebiasaan emak-emak
hahaha) tapi saya akan berusaha semampunya untuk tidak marah dalam proses
belajar. Sehingga mereka tidak pernah merasa terbebani dalam belajar, tidak
merasa tertekan dan terlihat mereka selalu berbinar-binar dalam proses belajar.
Tentu itu bukan hasil yang diperoleh secara instan, menjadikan anak suka
belajar melalui proses yang panjang dan yang paling penting kita sebagai orang
tua menjalani semua ini dengan suasana hati yang menyenangkan. Dan terus
menjadi contoh buat mereka, bahwa tidak ada kata berhenti dalam belajar meski
di usia-usia seperti ini. Termasuk saat mengerjakan NHW ini...mereka sudah pada
paham, umminya sedang belajar ^_^
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Syukron telah membaca postingan kami, silahkan meninggalkan komentar ^_^