sumber gambar |
Saya selalu
ingin menjadi ibu pembelajar, berapapun usia dan profesi yang kujalani saat ini
tidak menyurutkan keinginan untuk terus belajar. Dulu terkadang ada rasa iri “positif”
pada teman-teman yang masih sanggup melanjutkan pendidikan formal, sementara
saya yang memilih untuk berada di ranah domestik sepertinya harus menahan diri
untuk hal yang satu ini kecuali takdir berkata lain.
Alhamdulillah,
di era internet seperti sekarang ini, menjadikan sesuatu yang sepertinya
mustahil menjadi mungkin. Media pembelajaran online menjamur mulai dari
gratisan hingga berbayar. Siapa sangka emak-emak dasteran ternyata masih bisa
bergelut dengan buku-buku selayaknya mahasiswa di luar sana. Tawaran belajar
dari berbagai disiplin ilmu betul-betul sangat menarik perhatian dan rasa-rasanya
hal yang diminati semua ingin digeluti. Prinsip saya sebelumnya, kalau tidak
bisa mengambil keseluruhannya maka tidak mengapa mengambil sebagiannya.
Ternyata memang prinsip tersebut tidak sepenuhnya benar. Setelah menjalani
beberapa media pembelajaran tersebut memang tidak menutup mata bahwa semua berjalan
serba setengah-setengah. Tidak ada yang betul-betul maksimal. Sampai saya
bergabung dengan komunitas ibu profesional (IIP) dan mencoba mengikuti program
matrikulasi. Dan apa yang saya tuliskan saat ini merupakan tugas awal dari
program tersebut yakni mengenai “Adab Menuntut Ilmu”, dimana kita diarahkan
untuk memilih satu ilmu yang menjadi prioritas.
Jujur, awal saya
berpikir “mudah”, tinggal memilih dan menjabarkan sesuai permintaan dari tugas
yang diberikan. Tapi dengan arahan fasilitator, saya kemudian berpikir dan
merenung bahwa ini bukan sekedar tugas, ini akan menjadi acuan apa yang
nantinya akan saya jalani. Ilmu yang saya pilih nantinya adalah ilmu yang
betul-betul menjadi prioritas.
Di situ saya
tersadar dan bertanya kepada diri sendiri, “apa lakon yang saya jalani dalam
kehidupan ini?”, “Apa yang menjadi tanggung jawab utama saya di hadapan Rabb?”.
Dan akhirnya saya memilih ilmu mendidik anak (parenting)
sesuai syariat Islam sebagai prioritas. Karena inilah salah satu lakon utama yang saya jalani dalam
universitas kehidupan. Lakon sebagai seorang ibu bagi anak-anakku, sebagai madrasah pertama untuk mereka. Walau telah
menjalani kurang lebih 9 tahun sebagai seorang ibu, tetap masih terlihat
kekurangan di sana sini terutama dalam hal mengelola emosi dalam mendidik
anak-anak.
Anak-anak yang
tidak selamanya berada dalam masa kanak-kanak. Kelak mereka satu persatu akan
menjadi dewasa. Jangan sampai suatu saat nanti saya baru merasa pentingnya ilmu
mendidik anak setelah mereka sudah dewasa, padahal waktu tidak akan bisa
dimundurkan. Walau sekali lagi hidayah hanya milik Allah ‘azza wa jalla
namun saya sebagai seorang ibu hanya mampu berusaha semaksimal yang saya bisa.
Strategi
Sebagaimana
ilmu-ilmu yang lainnya, tentunya untuk mendapatkan ilmu tentang seni mendidik
anak, ada beberapa strategi yang bisa ditempuh, diantaranya:
- Lebih mendekatkan diri kepada Rabb, karena sebagaimanapun usaha yang kita jalani, hidayah hanyak milik Allah azza wa jalla, hanya Dia yang mampu membolak-balikkan hati anak kita. Bukankah jika ingin mendapatkan anak yang shalih, harus terlebih dahulu berusaha menshalihkan diri. Meluruskan niat, bahwa mendidik anak semata-mata karena Allah bukan karena tendensi yang lain, misalnya karena ingin dikatakan sebagai orang tua yang berhasil dalam mendidik anak. Dan ini adalah sesuatu yang sangat berat. Sebagaimana beratnya meluruskan niat untuk perkara ibadah yang lain.
- Meluangkan waktu setiap harinya untuk membaca buku-buku yang berkaitan dengan seni mendidik anak.Menghadiri seminar-seminar yang berhubungan dengan dunia parenting.
- Bergabung dengan komunitas yang memiliki tujuan yang sama, dan alhamdulillah Institut Ibu Profesional (IIP) memfasilitasi hal ini.
- Membangun komunikasi yang baik dengan pasangan hidup kita, karena seyogianya tugas mendidik bukan hanya kewajiban ibu, tapi kolaborasi keduanya untuk bersama-sama menentukan visi misi keluarga berkaitan dengan mendidik anak.
Hal yang terlupakan
Kadang dalam menuntut ilmu, kita terlupa dalam masalah adab, padahal para ulama terdahulu sangat mengedepankan adab dibandingkan ilmu itu sendiri untuk meraih keberkahan ilmu.
Bersyukur saya mengikuti program matrikulasi ini karena hal awal yang diingatkan kepada kami adalah masalah adab. Maka harus ada yang berubah, terutama bagi diri saya pribadi.
Kadang dalam menuntut ilmu, kita terlupa dalam masalah adab, padahal para ulama terdahulu sangat mengedepankan adab dibandingkan ilmu itu sendiri untuk meraih keberkahan ilmu.
Bersyukur saya mengikuti program matrikulasi ini karena hal awal yang diingatkan kepada kami adalah masalah adab. Maka harus ada yang berubah, terutama bagi diri saya pribadi.
- Lebih memperhatikan jadwal belajar. Terutama dalam pembelajaran online. Sampai saat ini masih keteteran dan harus berusaha untuk berubah.
- Gelas kosong. Menerima materi selayaknya baru pertama kali menerima materi tersebut. Menyimak dengan baik materi yang disampaikan. Tidak jumawa dengan pencapaian-pencapaian yang ada.
- Lebih semangat dalam mengerjakan tugas. Berusaha untuk tidak terus menerus menjadi deadliner. Walau beraaaat -__-
Selain ilmu
mendidik anak, sebenarnya ada beberapa ilmu yang menjadi perhatian khusus yakni
ilmu Bahasa Arab, Tahsinul Qira’ah, Kepenulisan serta ilmu yang berhubungan
dengan dunia bisnis. Ke depannya saya ingin ahli dalam bidang ilmu tersebut dan yakin in syaa Allah ilmu-ilmu tersebut bisa
menjadi menjadi penunjang yang akan melengkapi peran saya sebagai seorang hamba,
istri sekaligus sebagai seorang ibu...
Semangat belajar,
dan jangan pernah berhenti belajar.... ^_^
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Syukron telah membaca postingan kami, silahkan meninggalkan komentar ^_^