Buku-buku pelajaran Abdullah sudah resmi berganti. Buku-buku tematik yang
merupakan keluaran kurikulum 2013 sekarang telah kembali menggunakan kurikulum
sebelumnya yakni kurikulum 2006. Abdullah
pun diharuskan membeli buku cetak yang baru.
Buku-buku tematik yang tergantikan |
Sepulang sekolah Abdullah memperlihatkan buku-buku cetaknya yang baru. Saya
berinisiatif untuk membungkusnya dengan plastik bening. Setelah selesai
membungkus semua buku-buku cetaknya, saya memeriksa buku-buku tulisnya. Dan betapa
miris, ternyata selama ini saya terluput dari memperhatikan buku-buku tulis
putraku. Entah kenapa selama ini saya hanya fokus memperhatikan “isi” bukunya
tapi tanpa memperhatikan fisik bukunya.
Melihat fisik buku-buku tulisnya, ada yang terlihat bekas basah yang sudah
mengering, ada yang ternyata bukunya sebagian sudah terkena coretan tangan
mungil khadijah, dan ada yang sampulnya sudah agak robek, ditambah lagi satu
buku berisi beberapa mata pelajaran. Aiiiih, kemana saja saya selama ini?
Sebegitu kurang perhatiannya saya dengan peralatan sekolah Abdullahku yang
notabene sudah duduk di bangku SD. Teringat kembali masa-masa duduk di bangku
sekolah dulu, tahun ajaran baru selalu diwarnai “ritual” membungkus buku. Membungkusnya
terlebih dahulu dengan kertas marmer atau kertas kopi, lalu membungkusnya lagi
dengan plastik bening. Kegiatan itu selalu menjadi saat-saat menyenangkan. Melelahkan
tapi ada kepuasan setelah selesai mengerjakannya. Tapi sekarang, malah saya
melewatkan moment ini untuk putraku.
Segera kuraih kertas marmer berwarna hijau muda yang sudah jauh hari
tersedia. Memilah buku yang akan dibungkus, dan menyisihkan buku yang
kelihatannya sudah tidak layak pakai dan menggantinya dengan buku-buku baru. Menambah
buku untuk mata pelajaran yang selama ini masih nebeng di buku lainnya. Terlebih
dahulu membungkus buku tulisnya dengan kertas marmer, lalu membungkusnya dengan
plastik bening dengan terlebih dahulu menempelkan label sesuai mata pelajaran
di sudut kanan atas.
Membungkus buku seraya beristighfar, sembari meminta maaf kepada Abdullah
karena selama ini kurang memperhatikan buku-bukunya, lebih fokus kepada hal
yang bersifat abstrak namun yang fisik terlupa. Sekarang sudah berlalu satu
semester, walau terlambat tapi isnya Allah tetap bermanfaat karena masih bisa
digunakan selama beberapa bulan ke depan.
Abdullah terlihat sangat senang, sambil sesekali memberikan semangat, “Semangat,
Ummi”. Cukup melelahkan memang, lumayan membuat punggung pegal. Bahagianya saat
Abdullah mengambil tempat di belakangku lalu memijatnya bahu dan punggungku, “Enaknyaaa”,
saya terhenti sejenak, Abdullah lalu berkata, “Sudahmi deh karena nda jadi
nanti membungkus”... “Hahaha”. Kami tertawa
bersama, iya juga ya karena keenakan dipijat nanti membungkus bukunya tidak
selesai-selesai.
Akhirnya kegiatan membungkus buku selesai, lima buah buku cetak dan delapan
buah buku tulis. Senang dan bahagia, kegiatan membungkus buku diselingi dengan
bincang-bincang dan canda tawa. tidak hanya saya dan Abdullah, tapi juga ada Aisyah dan Khadijah. Kebersamaannya terasa. Sayang ayah mereka tidak berada di tengah-tengah kami karena sedang tugas di luar kota.
Oh iya, waktu sementara membungkus buku tiba-tiba listrik padam, akhirnya membungkus buku ditemani cahaya senter dan lilin tapi tetap semangat.
Ternyata memang bahagia itu sederhana ^_^
Oh iya, waktu sementara membungkus buku tiba-tiba listrik padam, akhirnya membungkus buku ditemani cahaya senter dan lilin tapi tetap semangat.
Ternyata memang bahagia itu sederhana ^_^
Sebagian buku yang sudah terbungkus , lainnya dibawa Abdullah ke sekolah |
Wah senangnya Ummi dipijit Abdullah sambil bercanda. Semoga pada saatnya saya bisa seperti Ummi ya. Amin
BalasHapusSekarang bukunya terbungkus rapi. fungsi kalau dilapisi plastik jadi tahan air yah, Umi. saya juga sering dibungkuskan mama. malah sampai SMK, hihi. di kelas cuma saya jadinya yang pakai bungkus, selain cewek :D. kuliah pakai binder, jadi gak lagi, hhe.
BalasHapusitu kerjaanku juga mak, tp kalo anak cowok memang bukunya cepat kotor.
BalasHapusSetidaknya mbak Leyla Hana sudah berusaha membungkus bukunya. Kalau saya sedari awal memang kurang memperhatikan :(
HapusTapi begitu kali ya mak klo anak cowok
Jadi inget Mba kalau tahun ajaran baru pasti suka banget menyampuli buku.
BalasHapus